19

27 7 0
                                    

Hy....Readers 👋👋👋
Jangan lupa Vote sebelum membaca yah....!!!
                             💮
                             💮
                             💮
                             💮

Cindy sedikit mendongakkan kepalanya untuk melihat, apakah kak Boby masih menatapnya atau tidak. Dan ternyata benar, kak Boby tetap setia menatap dan tersenyum manis kepada Cindy, dan membuat pipi Cindy bertambah merah.

        Melihat semua itu, Vicky langsung menarik paksa tangan Cindy agar keluar dari kerumunan tersebut. Ia tidak suka jika Cindy semakin dekat dengan kak Boby.

"Ih...Vicky lepasin, lepasin Vicky ini sakit" paksa Cindy yang meringis kesakitan karena Vicky terlalu erat menggenggam tangannya. Vicky yang mendengar Cindy kesakitan pun langsung melepaskan tangannya.

"Maaf Cindy aku....aku gak sengaja" ujar Vicky sambil mengelus tangan Cindy yang memerah akibat genggamannya.

"Kamu kenapa sih...tiba - tiba narik aku kayak gitu? "

"Maaf...aku cuma gak mau kamu tambah deket sama kak Boby, dia itu gak baik buat kamu Cindy" jawab Vicky memberi pengertian.

"Kak Boby itu gak seperti yang kamu pikirkan, dia itu baik." bela Cindy.

"Baik dari mananya, dia itu playboy yang suka mainin hati wanita. Aku gak mau kamu jadi korban selanjutnya"

"Iya...aku memang playboy"

          Vicky dan Cindy sama - sama terkejut akan kedatangan kak Boby.

"Aku memang playboy...tapi itu dulu,sebelum aku mengenal Cindy. Kau tau kenapa aku gonta - ganti pacar?? Semua itu karna aku belum menemukan seseorang yang tepat, namun sekarang aku menemukan seseorang yang kucari...itu kau Cindy"

      Seketika pipi Cindy berdesir, entah seperti apa wajahnya sekarang. Mungkin seperti kepiting rebus atau tomat matang. Yang Cindy tau ialah, bahwa ia sangat senang hari ini. Disaat kak Boby mengatakan semua itu tubuh dan hati Cindy terasa ingin terbang ke angkasa. Oh Tuhan, apakah ini mimpi?

       Setelah mendengar kata - kata kak Boby terhadap Cindy, tangan Vicky mengepal. Ada rasa khawatir,marah,tidak suka dan mungkin juga cemburu di sana. Ia tahu bahwa kak Boby tidak layak untuk perempuan seperti Cindy.

"Ayo...kita pergi sekarang" Vicky menggenggam tangan Cindy dan langsung membawanya ke parkiran. Tanpa babibu Vicky langsung meninggalkan taman tersebut bersama Cindy. Sedangkan Cindy? Ia bagai patung yang tak dapat berbicara apa - apa.

*Skip....rumah

     Setelah sampai di rumah, Cindy langsung meninggalkan Vicky yang masih memarkirkan sepedanya. Ia marah dan kesal terhadap Vicky. Tidak ada perbincangan diantara mereka berdua.

       Cindy masuk kedalam kamar dan melempar semua benda yang ada di kamarnya. Ia kesal, mengapa Vicky ingin menjauhkan kak Boby darinya? Itulah pertanyaan yang selalu terlintas dibenak Cindy.

"Arrrgghh....Vicky kenapa sih? Selalu kayak gitu kalo aku sama kak Boby. Padahal kak Boby kan baik banget orangnya." Cindy tak habis pikir dengan sahabatnya itu, Vicky seakan - akan ingin menjauhkan kak Boby dengan dirinya.

Cetttaarrrrrr.....

      Cindy memecahkan vas bunga yang ada di nakas kamar, hingga vas tersebut pecah berkeping - keping. Dan juga menimbulkan suara gaduh, untung saja mama Cindy tidak berada dirumah hari ini.

VICKY  POV

"Ayo...kita pergi sekarang" aku menarik pergelangan tangan Cindy secara kasar, dan tidak mempedulikan Cindy yang meringis kesakitan akibat genggamanku yang terlalu kuat.
  
        Tanpa babibu aku langsung pergi meninggalkan area taman bersama Cindy. Aku mengayuh sepeda secepat mungkin agar kita segera sampai dirumah, tidak ada pembicaraan di antara kita melainkan hanyahembusan hembusan angin yang terdengar.

        Setelah sampai di rumah, Cindy langsung turun dari sepeda dan memasuki rumahnya tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku tau Cindy pasti marah kepadaku, tapi semua yang aku lakukan demi kebaikannya. Aku ingin Cindy bahagia dengan orang yang tepat, bukan dengan pria hidung belang seperti kak Boby.

       Aku memarkir sepeda dan masuk ke dalam rumah, yang saat itu tengah sepi karna jam segini tante Nevi masih berada di kantornya. Saat ini pikiranku tengah campur aduk, ada rasa bersalah dan kesal didalamnya. Aku pun duduk di tepi ranjang dan melamun, hingga suara gaduh menembus indera pendengaranku.

Cetttaarrrrrr

      Suara itu berasal dari rumah Cindy, tepatnya pada kamar Cindy. Suara nyaring itu pasti dari kaca atau semacamnya. Aku pun bergegas keluar dari rumah, dan memasuki rumah Cindy. Khawatir. Itulah yang aku rasakan saat ini, aku tak ingin terjadi sesuatu kepada bidadari kecilku. Aku membuka pintu kamar Cindy yang saat itu memang tidak dikunci. Dan hal pertama yang aku lihat ialah jari Cindy yang terluka, dan luka itu mengeluarkan darah yang lumayan banyak.

"Cindy....kau tidak apa - apa?" Tanyaku dengan raut wajah cemas.

      Bukannya menjawab pertanyaanku Cindy malah menangis dengan keras, membuatku semakin cemas dibuatnya. Spontan aku langsung membawa Cindy dalam dekapanku. Aku juga menghisap jari Cindy yang terluka tadi, dan memberikan plester pada luka itu.

AUTHOR  POV

         Setelah memberikan plester pada luka Cindy, Vicky menangkup pipi chuby  Cindy dan menghapus jejak air matanya menggunakan ibu jari. Ia memandang lekat mata bulat Cindy dan mengatakan...

"Maaf"

      Cindy kembali menangis dan langsung  berhambur kedalam pelukan Vicky. Ia membenamkan kepalanya di dada bidang Vicky sembari menangis sesenggukan. Vicky yang mendapatkan perlakuan seperti itu langsung mengeratkan pelukannya dan mencium puncak kepala Cindy dengan sayang.

"Maafin Vicky yah.....Vicky cuma ingin yang terbaik buat Cindy".
Cindy pun mengangguk kecil di dalam dekapan Vicky.

                            💮
                            💮
                            💮

Hy readers....
Hehe maaf yah lama update nya....
Soalnya AUTHOR nya lagi sibuk nihhhh...

Udah deh gitu doang, dan jangan lupa VOMENT!!!!!

Kalo ceritanya garing maafkeun yahhh..

28 Juli 2019

You're My Best FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang