Ke Luar Kota

271 11 0
                                    

                                                                               
"Terkadang cinta berarti rela melepaskan saat kau ingin mendekapnya lebih erat"

  Begitu cepatnya waktu berlalu, kali ini Firli tengah mempersiapkan diri untuk pergi ke rumah Geza, dengan bertujuan untuk memberi tahu Geza sekaligus meminta izin kepada Geza atas kepergiannya untuk yang sementara.
  Hari itu Firli dan keluarganya berencana pergi ke luar kota selama dua minggu, kebetulan sekolah Firli telah diliburkan dua minggu karena Firli baru saja selesai mengikuti ujian semester 1 dihari kemarinnya. Tujuan mereka keluar kota adalah untuk bertemu dengan sanak saudara yang sudah lama tak kunjung bertemu, yang bertempatan di kota Palembang.
  Belum sempat Firli keluar, Firli melihat Geza lewat jendela kamarnya, yang ternyata Geza sedari tadi sudah berada di luar rumahnya. Firli langsung bergegas keluar rumah.
  "Eh kebetulan!" seru Firli sembari melangkahkan kaki menghampiri Geza.
  "Wah..kesayangannya abang Geza udah cantik nih, eneng tahu dari mana kalau abang mau jemput eneng pergi liburan ke pantai? Padahal abang belum bilang sama eneng tuh" ucap Geza sembari membuka helm khas cowo yang tengah dipakainya.
  "Bukan kaya gitu, tadinya gue mau kerumah elo..tapi elo nya udah duluan kesini." Jawab Firli, ketus.
  "Lha, emangnya mau apa ke rumah abang?" Geza menaikkan salah satu alisnya.
  "Mau minta izin, kalo sekarang gue mau pergi ke luar kota sama keluarga gue." Jawab Firli lagi.
  Geza terdiam, wajahnya memucat, terlihat di matanya seakan-akan ada sesuatu perasaan yang tidak rela akan kehilangan seseorang, senyum pada bibir Geza menjadi padam. Ternyata di hari liburnya kini tidak akan menyenangkan seperti hari libur yang dirasakan orang lain.
  "Emangnya mau kemana Fir? Tega elo mau ninggalin gua disaat orang lain sibuk berlibur bareng bersama kekasihnya?" Tanya Geza sedikit kecewa.
  "Bukannya gitu za, sebenarnya gue juga gak rela ninggalin lo sendirian tanpa gue, apalagi kita baru pacaran selama sebulan yang lalu." Firli tertunduk dan merasakan keterpaksaan atas kepergiannya kini.
  "Bukankah elo juga tahu Fir? gua ditinggalin mantan gua juga pas dia pergi ke luar kota, gua takut Fir, gua takut akan terjadi yang kedua kalinya di dalam hidup gua." Geza meraih kedua telapak tangan Firli untuk di genggamnya erat-erat.
  "Tapi hanya di tahun ini aja gue akan ketemu sama saudara gue, apalagi gue udah gak ketemu mereka sejak gue duduk di kelas 5 SD."
  Geza termenung, memikirkan bagaimana lagi ia harus menjawab perkataan dari Firli. Akhirnya dia berpasrah diri untuk mengizinkan Firli pergi, dia juga merasa dia tidak perlu beregois diri terhadap keluarga Firli. Karena bagaimanapun juga Firli sepenuhnya merupakan milik keluarganya, tidak seharusnya dia melarang Firli untuk pergi.
  "Baiklah, gua izinin lo tuk pergi, gua do'ain semoga lo selamat sampai tujuan" Geza mengenakan kembali helm yang tengah dipegangnya sedari tadi pada kepalanya, lalu beranjak pergi meninggalkan Firli tanpa meminta pamit.
  Firli hanya terdiam, dia juga bingung harus bagaimana. Di sisi lain dia sudah rindu sama sanak saudaranya di Palembang yang sudah lama tidak bertemu langsung 5 tahun lamanya, sedangkan di sisi yang lainnya lagi dia tidak tega meninggalkan Geza yang baru saja jatuh cinta kembali setelah merasakan kehilangan yang sangat mendalam, dan kini Geza harus kehilangan Firli walau hanya untuk sementara, padahal Geza disaat yang seperti ini sangat merindukan hiburan bersama sang kekasih.
  "Ma'afin gue za, gue bingung harus pilih yang mana. tenang aja za, gue hanya pergi untuk yang sementara kok, bukan jadi kekasihmu untuk yang sementara." Firli melihat kosong kearah jalan raya yang sudah dilalui motor Geza, walaupun Geza sudah sama sekali tidak terlihat disana.
  "Firli sayang, udah siap ya?" suara teriakan mama Firli membuat Firli tersadar dari lamunan kosongnya.
  "Aduh mama ngagetin aja deh." Firli mengusap pelan dadanya
  "Udah siap nak? Ayo kita naik ke mobil, sambil nungguin papa beresin uang perbekalan."
                                                                          ****
  Geza terduduk diatas kasur sambil memegang kepala dengan kedua tangannya.
Aaaaarrrrrrrrrggggghhhhhhhh!! Geza mengacak-acak rambutnya karena dia sedang sangat frustasi.
  "Malang banget nasib gua, slalu ditinggalin dan susah buat ngelupain!" Geza mengetuk kepalanya beberapa kali dengan sangat keras, tanpa merasa sakit sedikit pun.
  Geza tidur berbaring diatas kasur yang  sudah ia acak-acak tanpa memejamkan mata. Geza mengambil dua foto dari sakunya, foto itu adalah foto Firli dan yang satunya lagi adalah foto mantannya. Mantan? Bukankah Geza sudah memiliki pengganti dihatinya dan melupakan mantannya itu? Tapi kenapa Geza masih menyimpan foto mantannya?
  "Elo tan, elo ninggalin gua pas gua lagi sayang-sayangnya ke elo, lo bikin gua sakit atas kepergian lo. Dan lo Fir, elo ninggalin gua juga pas gua mau mencari kesenangan hidup bareng lo, gua mau menciptakan kebahagiaan didalam hubungan kita Fir, tapi disaat gua mau meraih semua itu, lo malah pergi ninggalin gua gitu aja!" Geza bicara sendiri dengan kedua foto-foto yang sedang dipegangnya.
  Dada Geza terasa sesak, sehingga suara dari perutnya ia hiraukan, yang kini ia butuhkan bukan makan,melainkan kehadiran seorang cewe yang sangat dicintainya.
  Angin di ruangan kamar Geza terasa sangat panas, padahal suhu AC nya sudah mencapai batas suhu tertinggi. Tapi semuanya tak terasa, yang kini Geza rasakan hanyalah sesak,perih,stres,frustasi, yang sedang melanda fikiran dan hatinya.
  "Kok gua jadi lemah gini hanya karena seorang cewe?! memang cinta itu pahit! menyiksa! Membuat setiap orang yang mengalaminya menjadi gila dan bodoh!" Geza menepuk-nepuk dada nya sendiri dengan sangat keras, akan tetapi semua itu tidak mempan terasa, yang terasa hanyalah trauma akan kehilangan sosok perempuan yang sangat dicintai dan disayanginya, kini hanya kesedihanlah yang terus melanda hatinya, ditinggalkan! Itulah yang sudah menjadi lalap dari kehidupan Geza, apalagi sekarang dia dirumah hanya sendirian tanpa kehadiran sang ibu dan ayah, karena mereka lebih sibuk mengurusi perusahaan di luar negeri dibandingkan memperhatikan keadaan anaknya gimana dan bagaimana.
                                                                       ****
  Firli merenung melihat kearah kanan kaca mobil, bukan jalan raya dan perumahan yang ia lihat, ia hanya melihat dengan tatapan kosong. Ia juga tahu bahwa kini Geza sedang ditinggal sendirian oleh ibu dan ayahnya ke Rusia, dan kini Geza juga harus ditinggalkan Firli sendiri.
  Za, seandainya lo tahu, gue juga gak tega ninggalin lo sendirian disana, gue juga sakit bakalan LDR-an sama lo za! Apakah lo juga merasakan yang sama seperti gue? Firli berbisik didalam hati sambil menahan sesak di dada diiringi rintikan bulir air mata yang tak sengaja terjatuh begitu saja di pipinya.
  Tak terasa langit memadam berubah warna menjadi hitam padam, gelap, namun Firli terus saja melihat kearah kaca tanpa sadar bahwa dia merenung sangat begitu lama sehingga sampai datangnya sang gelap.
  Tanpa bersuara,tanpa bergerak, Firli yang biasanya ceria ketika ingin berkunjung temu dengan saudaranya, tapi kini Firli hanya membisu dan membatu. 
  "Fir..Fir... kamu gak papa nak?" mama Firli menoleh ke belakang dan memanggil nama Firli berulang-ulang. Namun, Firli hanya terdiam dan menghiraukan panggilan dari mamanya. Mama Firli paham betul apa yang tengah dirasakan kini anak kesayangannya itu, pasti dia kini tengah patah hati bercampur bimbang yang dirasakan Firli anak tunggalnya. Mama Firli mencoba untuk berusaha menghentikan Firli dari lamunannya yang tak kunjung henti sedari berangkat pagi tadi sampai larut malam kini.
  "Yah, tolong hentikan mobil ini didepan yang sepi sana secara mendadak ya.." pinta mama Firli kepada ayahnya Firli pak Dzulkarnia.
  "Iya mah, emang mau apa?" Tanya pak Dzul terheran-heran
  "Buat ngagetin Firli, soalnya mama panggil-panggil dari tadi gak jawab mulu."
  "Mungkin dia sudah tidur mah"
  "Enggak pah, dia lagi melamun sambil lihatin kaca mobil sedari tadi juga mama udah perhatiin dia, tapi dia tak mau beralih pandangan dari kaca itu" jawab mama Firli khawatir.
  "Oh iya, baiklah mah"
  Cekiiiiikkkk ide yang sangat bagus! Rem dadakan berhasil telah membuat Firli tersadar dari lamunannya yang sangat panjang.
  "Ma'afin gue za!" tanpa sadar Firli mengucapkan kata-kata itu spontan dengan nada yang sangat keras selepas dari lamunannya tadi.
  "Ada apa dengan kamu nak?" Tanya ayah Firli
  "Enggak kok pah, Firli nyeyel doang kok tadi" Firli mencoba untuk menutupi rasa sedihnya dengan cara berbohong.
  "Mata tidak akan pernah bisa berbohong nak, itu buktinya basah di pipi kamu"
  Basah! Ternyata benar-benar basah pada pipi Firli, menangiskah ia sedari tadi? Tanpa lama-lama Firli langsung menyusut pelan air mata yang telah membasahi pipinya.
"Nak,kalau kamu punya masalah, bilang sama mama, nanti mama akan ngasih jalan terbaik buat kamu." Ucap mama Firli menasehati. Firli hanya mengangguk.

The Love Triangle💔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang