I 'Pernikahan'

641 77 12
                                    

"Kemana Hugo pergi?" Sophia bertanya sembari merapikan gaunku. Rambut pirangku diurai menutupi punggungku yang terbilang cukup lebar, gaun putih pemberian Ayah anggun menjuntai ke lantai dihias pernak-pernik yang indah, tentu bernilai fantastis. Keluargaku, keluarga Samantha merupakan pemilik darah biru terkaya yang menguasai hampir seluruh istana. Tidak sembarang mereka memilih gaun untuk hari sakral penentu calon menantu mereka.

Aku terdiam. Menelan ludah ketakutan, mengintip para tamu yang datang satu per satu melalui celah dinding istana. Bagaimana tidak? Calon pasanganku bahkan belum menampakkan dirinya sama sekali.

Entah mengapa, firasatku mengatakan sesuatu yang buruk akan terjadi.

"Hugo bilang ia pergi ke halaman belakang istana untuk waktu yang tidak lama."

Burung gagak beterbangan masuk melalui jendela tepat ketika Sophia menghentikan dandananku. "Dewa - dewa tidak pernah menerbangkan burung gagak se gila ini sebelum suatu bencana datang." ujarnya parau.

"Seharusnya ia sudah kembali..."

"Tunggu disini, aku akan memeriksa kekasihmu di halaman belakang." Sophia memerintah dengan lemah lembut. Manik matanya yang biru kelam menatapku lamat - lamat, terlihat sangat cemas, bahkan dandananku yang tebal tidak bisa menutupi wajahku yang pucat ketakutan.

Pintu berderit dengan sangat keras ketika Sophia membuka pintu halaman belakang istana. Kacau, barang - barang berserakan menutupi halaman yang semulanya sempurna dihias bermacam - macam bunga. Sophia menyalakan api biru di di kedua tangannya, cukup untuk menerangi beberapa bagian yang tertutup barang - barang bekas.

"Kemana para pelayan itu pergi?"

Srek.

"Hugo, itukah kau?" mendengar suara ganjil dari belakang rak istana, gadis itu melangkah mendekati sumber suara. Tidak ada yang ganjil, Sophia hanya mendengar langkah kaki yang ringan, berirama seperti Hugo yang sedang melangkah.

"Illona sudah menunggumu, kau tidak tega padanya?"

Sunyi, tidak ada respon apapun.

"Kau mau bermain petak umpat, Hugo? Jangan membuatku kesal."

Api biru di kedua tangan Sophia mendadak padam, langit berubah menjadi gelap bersamaan dengan senja yang berakhir dengan cepat. Panik, Sophia segera menarik rak di sudut halaman dengan cepat.


Srek.




“Halo, Nona. Mencari mayat adikmu?"











Note : Moshi moshi,

Karya ini dipersembahkan untuk kalian semua :) feel free to read, vote, dan ngasih tanggapan juga!  - Author.

Black DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang