S5

94 18 0
                                    

'Aku adalah aku,aku tidak memerlukan siapapun untuk merubahku'

Seperti yang diucapkan tadi kepada cera,Pionca akan berbicara dengan Gemi,Pionca sengaja menunggu sekolah agak sepi agar tidak terganggu nantinya,ia sangat tidak bersemangat wajahnya nampak lesuh dan tak ada senyuman seperti biasa

"Pionca"
Suara tersebut mengagetkan Pionca,dan langsung melihat kearah sumber suara,ternyata orang yang ditungguhnya telah tiba'Gemi'

"Eh..iya"jawab Pionca tersenyum singkat dan langsung datar menatap Gemi

Gemi yang kurang mengerti dengan perubahan ekspresi wajah Pionca hanya bersikap senormal mungkin dan memberi senyuman untuk Pionca,saat Pionca melihatnya seakan runtuh dan hilang sudah rasa kecewanya ia malah sangat menikmati waktunya kali ini,seperti hilang rasa sedih yang dibuat Gemi untuk dirinya

Pionca malah mengembangkan senyumnya selebar mungkin persis orang yang menang undian,hatinya bersorak riang,ia seakan melupakan perbuatan Gemi yang membuat harinya tak bersemangat,hanya dengan senyuman astaga Scorpionca selemah itu kah lo?

"gimana?"ucapan Gemi langsung menyadarkannya

"eh...itu aku cuma mau nanya,papa mama kamu ngebolehin kamu pacaran?"entah dari mana Pionca berinisiatif menanyakan pertanyaan seperti itu

"Heh?"

*****

Setelah kejadian tersebut 3 hari yang lalu Gemi makin menjadi-jadi,makin semena-mena pesan yang diabaikan sudah terbiasa untuk Pionca,sapaan yang hanya dibalas anggukan atau endikan bahupun sudah menjadi santapan tiap harinya,tapi semua kekecewaannya itu seakan hilang disaat Pionca mengingat semua kata-kata manis yang Gemi berikan untuk dirinya

Dengan mengetahui bahwa Gemi adalah miliknya saat ini sudah cukup bagi Pionca,ia lupa bahwa kepemilikan tidak berhenti pada suatu status!perlu rasa yang sama dan satu komitmen untuk adanya kepemilikan

"Ca"tegur Libra memecah keheningan malam,mereka berdua berada di kamar Pionca rutinitas setiap malam

"Hm"

"Lo bahagia sama sibangke"

"Apaan sih lo,jelek-jelekin dia mulu"protes Pionca tidak terima

"Kalo lo ngak bahagia,putusin"

"Dia ngak pantes buat lo,lo terlalu sempurna buat orang kayak dia"

"Bukannya bisa saling melengkapi"jawab Pionca

"Bukan melengkapi tapi lebih tepatnya bakal jadi parasit"ucap Libra santai tapi penuh makna

Pionca tidak lagi menjawab ujung-ujungnya mereka pasti berdebat jika itu menyangkut Gemi Pionca akan membelanya mati-matian

"Gue pulang"pamit Libra tanpa basa- basi

Sebenanrnya Libra ada benarnya Pionca  merasa terkadang tidak dianggap oleh Gemi,ia tidak bisa seperti ini ia butuh penjelasan

Saat ini Pionca berdiri lurus menatap lawan bicaranya,tatapan sendu namun menusuk membuat lawan bicaranya sedikit menegang saat bertatapan dengannya.

"Aku mau ngomong sesuatu"ucap Pionca dan langsung membuang wajahnya kearah lain tidak ingin rencananya gagal seperti sebelumnya

"You know what?I don't think you care about me" kalimat yang selama ini  ingin ia tanyakan kepada Gemi ditanyakan sudah

"Kenapa kamu ngomong kayak gitu"Tanya Gemi dengan nada lembut

"Emang kayak gitu kan?"jawab Pionca dengan raut wajah penuh luka

"So?"tanya Gemi dengan nada tak sama  seperti yang tadi

"I need you attention"ucap Pionca pelan sambil kearah bawah,menunduk lebih tepatnya
Terdengar helaan nafas dari Gemi

"Maaf kalo gue kesannya cuek sama lo,gue bukan tipe cowok yang bisa kasih perhatian lebih ke ceweknya"ada yang berubah dari kalimat yang Gemi lontarkan kali ini

"Kalo lo butuh cowok yang kayak gitu sorry gue ngak bisa"Pionca menyadari perubahan kalimat Gemi ia tidak lagi memakai aku-kamu

"Terserah apa mau lo,gue harapnya lo bisa ngertiin gue,kalo enggak juga ngak masalah gue yah gue,gue ngak butuh orang yang hobinya bacot buat ngerubah gue"ucapnya final dan langsung pergi meninggalkan Pionca

Seperti dihantan bogeman yang kuat Pionca jelas tersentak,bagaimana mungkin Gemi bisa berkata Seperti itu,apa yang sebenarnya dirasakan pria itu,jika disaat pria lain berusaha menjaga hati wanitanya agar jangan terluka namun dia dengan mudahnya melukai hati wanitanya

Mata Pionca berkaca-kaca dadanya sesak ia sesekali mengerjap agar penglihatannya kembali jelas dan tidak buram karna air mata yang menumpuk

Jelas diluar dugaannya ia harap Gemi mengerti dirinya dan sedikit lebih perduli terhadap dirinya namun apa

****

Sudah dari 2 jam yang lalu Pionca coba mengabari Gemi,mengirim pesan hingga menelponnya berkali-kali tapi sama sekali tak direspon,harusnya Gemi yang berada diposisi Pionca tapi malah sebaliknya

Pionca mengirim banyak pesan yang berisi penyesalannya ia yang harusnya marah namun sekarang ia yang sedang memohon maaf.
Ia takut akan kehilangan Gemi dengan sikapnya ia kacau sangat kacau memang terkesan berlebihan tetapi mengertilah dengan yang namanya rasa cinta yang tulus

******

'Cantik'satu kata yang menggambarkan coklat yang diikat pita merah dan gulungan kertas kecil yang berada di tangannya,coklat itu manis dan akan lumer ketika dimakan,itu yang dipikirkan Pionca mungkin saja dengan sebatang coklat dan sehelai kertas yang berisikan permintaan maafnya akan membuat Gemi luluh dan memaafkannya

Pionca sengaja datang lebih awal dari sebelumnya ia ingin menunggu seseorang
Ia duduk dibangku yang berada di koridor yang selalu dilalui siswa-siswi yang datang ataupun pulang sekolah

Orang yang ditunggu-tunggu Pionca akhirnya muncul,dengan ciri khasnya dingin tak tersentu dan  selalu mengenakan outfit serba hitam menambah kesan misterius terhadapnya
Saat orang tersebut hampir melewatinya Pionca memberanikan diri untuk berbicara dengannya ia berdiri dan memegang lengan kanan seseorang tersebut

Maklum typo
.
.
.
.
Voment please

Star'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang