S11

76 9 0
                                    

Holla i am back guys
Ada yang kangen sama Gemi dan Pionca?

Happy reading...

"Lo apaan sih"

"Karna  gue yakin mulai dari sekarang  lo bakal punya banyak urusan sama gue"ucap Pionca dengan mengedipkan sebelah matanya lalu pergi meninggalkan Gemi

Sepertinya hal tersebut tidak terpikirkan sebelumnya oleh Gemi,ia kira mungkin Pionca hanya akan jadi angin lalu tapi sekarang kenapa jadi parasit bagi hidupnya

Gemi mengusap wajahnya kasar terlihat sangat kacau
Dasar Pionca
Kenapa gadis itu sangat naif bukannya jelas bahwa Pionca hanya dijadikan mainannya saja,saat sudah bosan Gemi mengabaikannya seperti sebelum-sebelumnya namun dengan santainya Pionca tidak memerdulikan hal tersebut dan bahkan ingin terus mendekatinya

Apa yang harus Ia lakukan sekarang
Membiarkannya?mungkin hal terbaik untuk dilakukannya

Baru kali ini Gemi harus memikirkan hal yang sangat merepotkan
Ia tidak menyangkah bahwa sekarang  Pionca juga akan ikut-ikutan masuk ke ekskul basket itu artinya Gemi akan sering bersama dengan Pionca ahh sungguh menyebalkan Gemi yakin Pionca sengaja ikutan basket agar bisa mendekatinya dan semua itu benar adanya telah tersusun rapi dalam kepala Pionca

"Udalah jangan dipikirin"Leo mulai memecah keheningan selepas kepergian Pionca tadi

"Sapa yang lagi mikir"ucap Gemi yang sepenuhnya berbohong jelas ia berbohong sedari tadi ia memang memikirkan hal tersebut

"Lagian lo kan bisa lebih fokus latihan kalo ada dia"ledek Leo kepada Gemi yang justru mendapat tatapan tajam dari Gemi

"Fokus apaan yang ada gue bakal risih banget"

"Risih tapi dipacarin"perkataan telak Leo kepada Gemi tadi membuat Gemi diam tanpa niatan membalas

"Lagian kenapa sih lo punya hobi yang unfaedah kek gitu"jedah Leo

"Mainin cewe dijadiin hobi.bangsat"lanjut Leo dan berlalu pergi meninggalkan Gemi

"Suka-suka Gue"jawab Gemi agak sedikit berteriak agar terdengar oleh Leo yang mulai menjauh

Dan terjawab sudah selama ini Gemi hanyalah seorang pemain perasaan seseorang,ia tidak perna betul-betul mencintai seseorang itu sebabnya ia seakan tidak perna menganggap Pionca karna dia tidak perduli ia hanya penasaran dengan Pionca ia pikir mungkin akan sulit mendapatkan Pionca karna  Pionca yang cenderung jutek terhadap laki-laki namun disaat ia mengetahui bahwa Pionca memiliki perasaan kepadanya disitulah permainannya dimulai

*******

Kelas yang sepi membuat Cera mendengar dengan jelas langkah kaki seseorang yang memasuki kelas saat ia melihat kearah Pintu ternyata Pionca yang masuk ke dalam kelas dengan wajah sumringah

"Huuu Gue kira siapa"sambut Cera kepada Pionca

"Kenapa lo senyum mulu dari tadi,
Udah selesai daftarnya?"tanya Cera,ia sedikit tersentak dengan keputusan Pionca yang ingin ikut basket ia sangat meragukan hal itu apa lagi sifat manja Pionca yang sering kumat dan tidak perna mau cape

Pionca hanya membalasnya dengan anggukan dan  tersenyum lebar

"Eh ya ca bentar lagi lo ulang tahun kan berarti aniv bonyok lo udah deket juga dong"perkataan Cera barusan membuat senyum diwajah Pionca memudar dan hilang

"Ngapain lo bahas itu sih"ucap Pionca lesuh

"Maaf ca bukannya gue ikut campur tapi gue sebagai sahabat lo gue mau yang terbaik buat lo"Cera mencoba menasehati Pionca

"Gue ngerti ra tapi yang terbaik buat gue itu bukan mereka lagian gue udah nyaman kok sama kehidupan gue yang sekarang dan ini yang terbaik buat gue"bukan Pionca namanya jika tak bisa membalas perkataan lawan bicaranya

"Eh kita ke kantin yuk gue laper"Pionca langsung bangun dari tempatnya dan menarik Cera menuju keluar kelas

Lagi-lagi Pionca beralibi mengalihkan topik pembicaraan yang sangat tidak ingin dibahasnya

Sesampainya dikantin Pionca dan Cera melihat seisi kantin yang ramai bahkan terlihat tak ada tempat yang kosong keduanya tidak menyerah dan tetap mencari tempat yang kosong
Tidak jauh dari keduanya ada tempat yang kosong pas untuk keduanya,ternyata itu tempat yang juga ditempati virgo

"Eh Pionca duduk disini aja kosong kok"panggil Virgo dengan lambaina  tangan

"Iya thanks yah go"

"Cera ayo mumpung ada yang kosong"ajak Pionca kepada Cera yang terlihat malas apalagi ada Virgo disana

"Cera sayang ngapain masih berdiri sini udah duduk samping babang Virgo"ucapan Virgo barusan membuat Pionca hanya senyum-senyum dan mengelengkan kepala ia tau jika Virgo hanya sedang bercanda

"Apaan sih lo pake sayang-sayang gak jelas banget"keluh Cera

"Pionca lo duduknya disana aja yah biar Ceranya Virgo duduk dideket gue"Pionca yang mengertipun langsung bergeser agar Cera dapat duduk tepat disebelah Virgo

"Udah duduk aja ra Virgo udah gue jinakin kok"ledek Pionca yang membuat Cera geram

"Yaudah"Cera  pun mengalah dan duduk tepat disamping Virgo

"Cera kamu mau aku pesenin apa?"pertanyaan Virgo barusan membuat Pionca dan juga Cera tersentak,ada angin apa Virgo bisa se sweet ini walaupun hanya candaan Pionca yakin Virgo menanyakan ini dengan tulus

"Ahh njirr berasa nyamuk banget dah gue"umpat Pionca

"Makanya lo tu cari pacar yang bener biar ngak disakitin"ucap Virgo santai sambil terus menatap kearah Cera sambil mesem-mesem tak jelas Ia tidak tau efek ucapannya tadi terhadap Pionca

"Mulut lo pengen disumpal pake botol saos tau ngak"geram Pionca

******

Kembali ke kehidupannya yang sunyi tanpa keramaian bangunan megah dihadapannya tidak cukup membuat Pionca nyaman berada didalamnya mau bagaimana lagi setidaknya disini lebih nyaman dibandingkan tempat neraka itu

"Pionca pulang"seru Pionca menandakan ia sudah pulang kebiasaan yang selalu ia lakukan

"Pionca sini"suara tersebut berasal dari dapur,Pionca yakin saat ini omanya sedang memasak

Betapa terkejutnya Pionca saat mendapati seorang wanita cantik dan elegan yang berada didapur selain omanya yang sedang menatapnya dengan datar dan intens jelas tak ada kehangatan untuknya dan Pionca benci itu

"Baru pulang kamu"tanya wanita itu

Tak ada balasan dari Pionca ia langsung ke omanya dan memeluknya

"Oma Pionca cape banget,Pionca langsung ke kamar aja yah"rengek manja Pionca

"Iyah yaudah ke kamar gih"sela mengerti keadaan cucunya ia hanya bisa mengiyahkan rengakan sang cucu

Saat hendak ke kamarnya tangan Pionca ditahan oleh wanita itu

"Kamu makin kurang ajar yah jelas-jelas mama ada disini kamu malah ngak nganggep mama"karina membentak ia sangat marah dengan sikap Pionca

"Mama kesini mau ngingetin kamu minggu depan aniv mama sama papa dan pastikan kamu hadir"lanjut karina

"Itu anivnya mama sama papa ngapain ada aku udah mama sama papa aja yang rayain kalo ada ka Pici yaudah bareng juga sama ka Pici"
Pionca akhirnya angkat bicara ia sudah muak

"Ini yang buat kamu dan Pici berbeda kamu anak yang tidak tau etika dan kurang ajar dengan orang tua sedangkan Pici anak yang selalu membanggakan kami"karina semakin geram dengan putrinya ini

"Aku cape"Pionca langsung menghempaskan cekalan tangan karina dan berlari keatas

Karina menghembuskan nafas kasar butuh kesabaran extra untuk menangani Pionca

"Jangan terlalu keras dengan cucu saya"ucap Sela dan

"Jika kalian tidak sanggup mendidiknya saya masih sangat sanggup mendidiknya"lanjut Sela dan berlalu meninggalkan Karina



Maklum typo
.
.
.
.
.
voment please

Star'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang