S6

93 16 1
                                    

"Leo"
Ucap Pionca,karna Pionca memegang lengannya maka Leo pun berhenti dan langsung berbalik kearah Pionca,Leo adalah orang yang sedang ditunggu Pionca sejak tadi,satu-satunya orang yang Pionca tau dekat dengan Gemi

Tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut Leo,ia hanya menatap Pionca dengan wajah tanpa ekspresi,jujur Pionca sama sekali tidak merasa kurang nyaman ditatap seperti itu oleh Leo,perlu diketauhi kebanyakan warga sekolah yang mengenal Leo akan menghindar jika berurusan dengan Leo selain irit bicara Leo juga tidak berekspresi jadi akan terasa berbicara dengan tembok sangat membuang-buang waktu saat berbicara dengannya,tapi lain dengan Pionca ia sedikit keras kepala apa yang saat ini ingin ia lakukan akan ia lakukan apa lagi jika ia sudah bertekad ia tidak akan menyerah untuk mendapatkannya namun Pionca orang yang cerdas ia suka memakai perencanaan sebelum melakukan sesuatu agar semua berjalan rapi dan sesuai dengan hasil akhir yang ia harapkan

"Lo temennya Gemi kan?"tanya Pionca seraya menurunkan  cengkaman tangannya pada lengan Leo

Tak ada jawaban

"Lo bisa bantu gue?"tanya Pionca sekali lagi

Tak ada jawaban dari Leo
Ia hanya menatap lurus kearah manik mata Pionca,Pionca seakan mengerti respon yang diberikan Leo walau sebenarnya Leo tak merespon apapun ia hanya diam sedari tadi

Pionca mengambil benda yang dibilangnya cantik itu dari tasnya,coklat yang telah ia siapkan untuk permohonan maafnya ia berikan ke Leo

"Tolong lo masukin diem-diem ke tasnya dia"Pinta Pionca

Leo yang mengerti maksud dari Pionca langsung mengambil coklat yang disodorkan Pionca,tak ada yang mengeluarkan suara mereka berdua hanya saling adu tatap seakan mereka berbicara melalui tatapan dan mengerti maksud  satu sama lain,setelah mengambilnya Leo berlalu meninggalkan Pionca disana  Pionca menatap punggung Leo yang mulai menjauh ia harap Gemi akan menerima permintaan maaf darinya dengan cara yang manis itu

Kali ini Leo direpotkan dengan dua bocah yang sedang dalam pertikaian masalah cinta mereka entahlah Leo tidak tau pasti apakah Pionca saja yang menganggap ini masalah ataupun juga Gemi,Leo mengenal baik Gemi ia tau saat ini Pionca hanya sedang membuang-buang waktu jika memiliki perasaan dengan seorang Geminion huftt merepotkan menurutnya,tapi karna dorongan apa ia mau membantu Pionca ia tau dari sorot tatapan Pionca gadis itu berbeda,satu hal yang Leo yakini akan ada waktu yang  panjang antara Gemi dan  Pionca ia harap Gemi akan dapat menyelesaikan atau malah larut didalamnya entahlah hanya waktu yang bisa menjawab

Gemi muncul dari balik pintu kelas ia baru saja tiba ia berjalan seperti biasa menuju singgasanannya dan menaruh tas diatasnya

"Ngapain lo?"tanya Gemi yang melihat Leo sibuk dengan ponselnya

"Ngegame"

"Lo tau kan jadwal latihan dipindahin,dan hari ini ngak jadi"

"Hm gue tau"jawab Leo seadanya

Gemi berangsur pergi keluar kelas entah kemana ia pergi dan ini adalah kesempatan Leo untuk menjalankan aksinya kelas yang sepi dan hanya beberapa orang yang juga sedang sibuk dengan kegiatannya sangat amat membantu Leo kali ini ia tidak harus repot-repot untuk melakukannya dengan sekali gerakan aksinya mulus dilakukan

Saat kembali kekelas dan tanpa curiga Gemi duduk dikursinya dan siap mengikuti pelajaran
'Nice'batin Leo

*****

Dihari yang cerah ini dan suhu bumi yang panas menurut Cera sangat tepat untuk menikmati yang manis dan juga yang segar es pisang ijo menjadi pilihan Cera dan Pionca kali ini

"Nikmat mana lagi yang kau dustakan"ucal Cera sehabis meneguk minumannya

"Para seger bener"sambung Pionca

"Oh ya ca pr Sastra lo udah selesai belum"

"Udah,kenapa mau minjem"tawar Pionca yang sudah hafal dengan kelakuan sahabatnya yang satu ini

Masalah otak Pionca dan Cera tidak beda-beda jauh keduanya tidak terlalu pintar dan juga tidak malu-maluin tapi diantara keduanya Pionca lebih rajin mengerjakan tugas yang diberikan guru Pionca tidak mementingkan jawabannya yang terpenting ia sudah mengerjakannya. Yang berfikir Pionca adalah anak teladan dan menuruti semua perintah sekolah sebaiknya buang jauh-jauh pikiran tersebut

Pionca memang terlihat lugu dan kalem tapi ia tidak selugu itu ia tidak suka berada dikeramaian tidak terlalu suka dengan keorganisasian dan tidak suka dengan orang bermuka dua introvet begitulah sebagian orang mengangapnya,Cera cewek bar-bar yang satu itu sama sekali tidak bisa dikategorikan pendiam apa lagi kalem ohh jauh malah suaranya yang cempreng dan suka teriak-teriak mampu membuat orang disekitarnya harus menutup telinga dan mendumel dengan sikapnya masa bodo pikirnya ini hidupnya terserah dia bagaimana mau menjalaninya

"Pastinya"jawab Cera dengan cengiran khasnya

Keduanya melanjutkan kegiatannya  menghabiskan mangkuk yang berisi es pisang ijo mereka masing-masing hingga Cera terkejut dengan pemandangan yang ia lihat lebih tepatnya pemandangan diseberang jalan Pionca yang duduk  berhadapan dengan Cera dan membelakangi jalanan tidak nelihat apa yang Cera lihat

"Ca..Ca..Ca...coba lu liat kebelakang ca cepetan"dengan tergesa-gesa dan sambil memukul-mukul kecil pundak Pionca Cera menyuruhnya melihat ke arah jalan

"Apaan sih lo"Pionca yang terganggu pun melihat ke arah belakang tepat kearah Cera lihat tadi

Dan betapa terkejutnya Pionca saat melihat yang Cera lihat tentu saja Cera dengan tergesa-gesa menyuruhnya menoleh kebelakang, emosi satu kata yang mendominasi kondisi Pionca saat ini tidak langsung merespon ia hanya diam

"Wah sialan"umpat Cera

"Gue cuci juga tu anak"Cera kembali mengunpat

"Emang Bangke bener"ucapnya lagi

Bagaimana tidak mengumpat bayangkan saat ini Pionca dan Cera dengan terang-terangan melihat seorang yang notabenenya kekasih Pionca sedang mengantar seorang gadis pulang sampai kedepan gerbang rumah gadis itu Pionca saja belum perna diantar Gemi sekalipun ia meminta Gemi selalu punya alasan

Ia mengenal gadis itu Ralat ia bukanya kenal ia hanya tau siapa gadis itu,gadis itu salah satu teman kelasnya Gemi jangan tanya dari siapa ia mengetahuinya segala hal tentang Gemi pasti Pionca ketahui semua teman kelasnya Gemi ia sengaja menghafal wajah mereka bahkan stuktur kelas dan jadwal piket kelas Gemi pun tak lupa untuk Pionca ketahui

Lain dari Cera yang sedari tadi mengumpat Pionca hanya diam dengan tatapan lapar kearah gadis itu siap untuk menerkam mangsanya  beraninya ia pulang dibonceng Gemi Pionca saat ini tidak ada rasa kecewa terhadap Gemi entah kenapa tapi, mungkin Pionca akan sedikit bermain dengan gadis itu

Lo buat kesalahan

Maklum typo
.
.
.
.
.
Voment please

Star'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang