3. Forget Him

851 151 23
                                    

Setelah menangis dengan keras dipelukan Moonbin, Eunwoo menunduk malu sedikit merutuki tingkah ia sebelumnya yang tanpa berpikir panjang langsung mengeluarkan semua keluh kesahnya begitu saja pada Moonbin yang notabene orang asing.

Eunwoo sedikit mendongakkan kepalanya melihat Moonbin yang kini tersenyum hangat.

Ia pun membalas senyuman itu dan tatapan Eunwoo terjatuh pada kemeja yang dipakai Moonbin. Kemeja itu terlihat basah karena bekas airmata Eunwoo.

"A-anu, Moonbin-ssi. Maafkan aku soal kemejamu. Aku akan menggantinya, b-berapa ukuran bajumu?"

Moonbin terkekeh melihat tingkah Eunwoo sekarang. Bibir tipis yang dipoutkan serta kedua tangan yang bergerak acak sedari tadi diatas meja.

Eunwoo terlihat seperti puppy yang baru saja dimarahi setelah menumpahkan air pada kemeja majikannya.

Sangat menggemaskan, bukan?

"Take it easy, Eunwoo-ssi. Its okay. Aku sudah terbiasa. Kau bukan orang pertama yang melakukan ini padaku."

Mendengar penuturan Moonbin sedikit membuat hati Eunwoo meringis pelan.

Berarti ia selalu memeluk siapapun pelanggannya yang menangis, ya?

"Uh, baiklah." Balasnya pasrah dengan hati yang tidak enak.

Eunwoo menatap jam di pergelangan tangannya. Jam telah menunjukkan pukul 7 malam. Dan kafe ini masih terlihat sangat sepi.

"Bolehkah aku bertanya?"

"Ya?"

"Maaf jika ini sedikit kasar. A-aku tidak bermaksud menyakiti hatimu. Aku hanya penasaran, apa kafe ini memang selalu sepi?" Cicit Eunwoo pelan namun masih dapat di dengar Moonbin secara jelas.

"Ya, kafe ini baru akan kedatangan pelanggan saat jam sudah memasuki 8 keatas."

Eunwoo mengangguk tanda mengerti.

"Sebenarnya, kau datang saat kafe ini belum buka. Biasanya aku menerima pelanggan saat jam 7 dan kau datang kesini tadi sekitar jam 6 kurang."

Eunwoo menatap tak percaya. Bahkan mulutnya membola lucu dengan mata bulat yang melebar kaget akan ketidaktahuannya tersebut.

"M-maafkan aku. A-aku tidak tahu, Moonbin-ssi."

Moonbin mengacak pelan surai Eunwoo.

"Tidak apa. Justru aku senang mendapat pelanggan manis sepertimu."

Sial, wajah Eunwoo terasa panas sekarang.

"K-kalau begitu. Aku rasa sudah waktunya aku pulang. A-aku lupa jika aku ada janji setelah ini."

Raut muka Moonbin yang tadi senang kini terlihat sedikit murung. Entahlah, apa ini hanya perasaan Eunwoo?

"Oh benarkah? Baiklah kalau begitu."

Eunwoo hanya mengangguk dan mencoba mengabaikan rasa canggung yang mendera keduanya sekarang.

Eunwoo berdiri dan diikuti oleh Moonbin.

"Berapa untuk minuman ini?" Tanyanya sembari ingin mengeluarkan dompetnya.

"Tidak usah membayar. Minuman ini gratis untukmu hari ini."

"Hah? Tidak. Tidak. Aku tidak bisa begitu saja pergi tanpa membayar. Apalagi kau telah menemaniku dan bahkan membiarkanku menangis hingga kemejamu basah."

Moonbin tersenyum simpul dan menggelengkan kepalanya.

"Tidak apa. Anggap saja ini sebagai tanda perkenalan kita berdua. Kau bisa datang kapan saja jika merasa butuh teman untuk bercerita. Aku akan selalu disini."

Eunwoo akhirnya mau tidak mau mengangguk. Ia tersenyum manis.

"Baiklah kalau begitu maumu. Aku akan datang kembali secepatnya dan berikutnya biarkan aku membayar."

"Tentu."

Eunwoo berjalan keluar yang ditemani Moonbin hingga di pintu masuk.

"Terima kasih untuk hari ini, Moonbin-ssi. Aku merasa jauh lebih baik dari sebelumnya."

"Tidak masalah."

Saat Eunwoo hendak membuka pintu, tangan Moonbin menarik pelan pergelangannya.

"Tunggu."

Moonbin merapikan rambut Eunwoo yang terlihat sedikit berantakan.

Dan itu membuat Eunwoo semakin merona dengan merasakan jantungnya yang berdentum keras.

"Begini lebih baik. Hati-hati dijalan, Eunwoo-ssi."

Senyuman manis yang diberikan Moonbin membuat Eunwoo meleleh. Jika ia tidak segera pergi dari sana, Eunwoo rasa ia tidak akan bisa mengontrol wajahnya yang memerah padam.

Membalas senyuman Moonbin tipis, lantas Eunwoo langsung beranjak pergi dari kafe tersebut.

Ia langsung memegang kedua pipinya yang memerah bak orang mabuk.

"Sial." Umpat Eunwoo pelan.

Eunwoo segera menelepon supir pribadinya untuk menjemput dirinya karena demi apapun ia butuh menenangkan diri sekarang. Mungkin ia akan berendam di bathup yang penuh dengan bathbomb setelah ini.

Setelah berendam setengah jam lamanya, Eunwoo keluar dari kamar mandi mewahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah berendam setengah jam lamanya, Eunwoo keluar dari kamar mandi mewahnya. Terlihat uap panas menguar disekelilingnya.

Dengan hanya mengenakan bathrobe, Eunwoo berjalan perlahan menuju ranjang miliknya.

Tangan Eunwoo meraih sebuah gelas berisi wine yang terletak diatas nakas yang berada tepat disamping ranjangnya.

Sembari meneguk cairan tersebut Eunwoo memejamkan matanya berusaha mengingat kembali senyuman, pelukan, serta lontaran kata manis Moonbin waktu lalu yang mana membuat hati Eunwoo menghangat.

Bahkan ia tak sadar jika ia tengah tersenyum bagai orang bodoh.

Membuka matanya dan ia teringat sesuatu.

"Sial. Aku lupa meminta nomornya!"

Eunwoo meluapkan sedikit rasa kesalnya dengan kembali menuang wine untuk mengisi gelasnya yang kini telah kosong.

Iphone X terbaru milik Eunwoo bergetar di nakas sebelahnya. Terlihat ada yang panggilan masuk.

Eunwoo mengerutkan keningnya tidak suka saat melihat nama Mingyu lah yang terpampang. Dengan cepat ia menggeser tombol merah dan tanpa babibu mematikan ponsel tersebut.

Eunwoo mencampak kasar ponselnya ke ranjang. Tidak peduli jika ponsel tersebut rusak atau bagaimana. Toh Eunwoo dapat membelinya kembali dengan menggunakan blackcard pemberian ayahnya.

Meneguk habis sisa wine digelasnya, Eunwoo beranjak menuju walk in closet dan memilih untuk memakai piyama berwarna navy.

Ia merebahkan tubuhnya diatas ranjang sembari menatap langit penthouse miliknya dengan tatapan menerawang.

"Ya, aku harus melupakannya. Harus." Gumam Eunwoo pelan.

Perlahan ia memejamkan matanya dan berusaha menyelam menuju ke dunia mimpi.


~Tbc~

Tolong vote dan komennya, readersnim ;-;

Dont be a silent reader pls. Respect my hardwork as well too ;)

Cafe For a Broken Heart - 비누Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang