11. Missing You

441 88 14
                                    

Rutinitas Moonbin dan Eunwoo kembali berjalan seperti biasa. Eunwoo belakangan ini disibukkan oleh urusan kantornya; ia tengah mengejar tender besar kali ini.

Meski disibukkan oleh kepentingan masing-masing, satu hal yang tak bisa hilang dari keduanya; yakni keduanya tetap menunjukkan kepeduliannya satu sama lain.

Jika Eunwoo tidak terlalu sibuk akan pekerjaannya, ia akan mengunjungi kafe Moonbin untuk sekadar melepas penatnya.

Begitu pula sebaliknya, jika Eunwoo tidak sempat mengunjungi kafe Moonbin maka Moonbin akan mendatangi kantor Eunwoo untuk sekadar mengantar makan siang.

Seperti hari ini contohnya, Moonbin mengantarkan makan siang untuk Eunwoo karena pria tersebut masih memiliki banyak pekerjaan yang harus diurusnya.

Moonbin tersenyum tipis saat menunggu Eunwoo di kafetaria. Ia telah memberitahu pria tersebut untuk menemuinya disana dan Eunwoo mengatakan akan menghampirinya sebentar lagi.

Sembari menunggu Eunwoo, Moonbin mengedarkan pandangannya kesekitar. Keadaan kafetaria saat ini lumayan ramai karena memang sudah waktunya makan siang.

Mata tajam bak kucing Moonbin terpaku pada satu objek. Seorang wanita yang tengah menyantap makan siangnya bersama seorang pria.

Posisinya tak terlalu jauh dari Moonbin sehingga ia bisa melihat jelas ke arah wanita tersebut yang tengah duduk dipojok kafetaria.

Pandangan Moonbin tak lepas dari sosok tersebut. Alisnya menukik jelas tanpa ia sadari. Dan atensinya terbuyarkan oleh tepukan pelan dibahu.

"Moonbin-ah, apa kau sudah menunggu lama?"

Eunwoo, yang baru saja tiba, menanyakan Moonbin dengan nada gembira. Pasalnya ia senang melihat Moonbin. Karena belakangan ini Eunwoo sibuk dengan dunia kerjanya, ia merasa tak memiliki waktu yang cukup untuk bersama kekasihnya itu.

Oleh karena itu, melihat wajah tampan sang kekasih yang tengah menunggunya untuk mengantarkan makan siang saja sudah dapat membuat Eunwoo bahagia.

Moonbin menggelengkan kepalanya. "Tidak, kok. Jadi bagaimana pekerjaanmu?"

Eunwoo mendudukkan dirinya di hadapan Moonbin. Raut lelah terlihat jelas di wajah Eunwoo namun ia tetap berusaha menunjukkan sebaliknya. Eunwoo tersenyum lebar menatap Moonbin.

"Sedikit melelahkan tapi tidak masalah. Pekerjaanku akan siap sebentar lagi, jadi jangan khawatir."

Moonbin itu cukup peka akan situasi yang dialami Eunwoo,  ia mengerti betapa melelahkannya menjadi seorang direktur yang mengurus ini itu. Dan Eunwoo berusaha menutupi itu dengan baik tapi tidak di mata Moonbin.

"Bagaimana aku tidak khawatir? Kekasihku sibuk akan pekerjaannya hingga sering melupakan waktu makan. Oh lihatlah di cermin, bahkan pipimu terlihat lebih tirus sekarang."

Eunwoo hanya mempoutkan bibirnya lucu. Ia tidak ingin beradu argumen kepada Moonbin karena pasti ia akan kalah kalau sudah menyangkut hal ini.

Moonbin sedikit mengulum bibirnya melihat tingkah menggemaskan Eunwoo. Ia mengusap pelan surai lembut milik Eunwoo.

"Kau boleh sibuk dengan pekerjaan tapi urusan makan jangan pernah ditinggal, mengerti?"

Eunwoo menatap Moonbin dengan haru. Ia sangat menyukai sikap lembut Moonbin kepadanya. "Ya, aku mengerti."

"Nah, good."

Moonbin tersenyum hangat dan menyodorkan kotak bekal berukuran sedang di hadapan Eunwoo.

"Silahkan dinikmati makan siangnya, kekasihku."

Moonbin terkekeh pelan mengatakannya sementara Eunwoo yang mendengar kalimat tersebut hanya merona malu.

"Baiklah, kekasihku tersayang. Terima kasih telah datang untuk memberikanku bekal makan siang. Aku akan menikmatinya kkk," Eunwoo tertawa kecil.

Astaga, mengapa ia menjadi seperti orang yang baru saja di mabuk cinta? Ini gila tapi Eunwoo tidak ingin berhenti.

"Baiklah, aku akan kembali ke ruanganku lagi. Apa kau ingin mampir sebentar, Moonbin-ah?"

Moonbin tampak berpikir sejenak sebelum menggelengkan kepalanya.

"Sepertinya tidak bisa, Eunwoo-ah. Selain tidak ingin mengganggu konsentrasimu, sepertinya aku akan sibuk setelah ini. Ada beberapa hal yang harus kulakukan untuk keperluan kafe."

Eunwoo sedikit menampilkan raut sedihnya. "Hm, baiklah."

"Hey, jangan sedih seperti itu. Lain kali aku akan mampir jika ada waktu," Moonbin berusaha membuat Eunwoo kembali bersemangat.

"Iya, iya. Aku mengerti. Tapi, bolehkah aku meminta satu hal?"

Moonbin mengerutkan keningnya. "Apa itu?"

Eunwoo tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya. "Ayo ikuti aku sebentar,"

Eunwoo menuntun Moonbin menuju ke arah tangga darurat yang berada tak terlalu jauh dari kafetaria.

Tangan Eunwoo menggenggam erat tangan milik Moonbin sementara tangan satunya memeluk erat kotak bekal pemberian Moonbin.

Eunwoo segera menutup pintu bertuliskan jalan menuju tangga darurat tersebut dan segera memeluk Moonbin dengan erat.

"Aku merindukanmu, Moonbin-ah."

Moonbin yang melihat sekali lagi tingkah menggemaskan Eunwoo tak kuasa untuk menahan diri agar bersikap biasa saja. Ia pun membalas pelukan Eunwoo tak kalah erat.

"Aku juga merindukanmu, Eunwoo-ah."

Moonbin mengecup lembut kening Eunwoo. Betapa ia menyayangi pria dihadapannya ini.

Tak lama keduanya berpelukan, Moonbin melepaskan pelukannya terlebih dahulu. Ia tak ingin menahan Eunwoo lebih lama karena percayalah itu dapat membuat akalnya tidak berpikir sehat lagi.

Sebenarnya Eunwoo enggan melepaskan pelukan tersebut. Dan ia menatap Moonbin dengan tatapan memelas.

Oh tidak. Tatapan itu!

Moonbin berusaha mengontrol akalnya untuk tetap berpikir jernih. "Kembali bekerja okay? Setelah pekerjaanmu semua selesai kita akan seperti ini lagi sepuasnya."

Eunwoo menghela napas kecil. "Hm, Okay kalau begitu."

Moonbin membuka kecil pintu dibelakang mereka dan memberi instruksi agar Eunwoo segera kembali ke ruangannya.

Namun sebelum pintu terbuka lebar, Eunwoo menutup pintunya. Ia menarik pelan leher Moonbin dan menempelkan bibirnya lembut diatas permukaan bibir milik Moonbin.

Hanya menempel selama beberapa detik lalu dilepaskannya. Rona merah menjalar di kedua pipi Eunwoo. Dan ia segera beranjak pergi dari sana tanpa mengatakan apapun kepada Moonbin.

Moonbin yang masih mencoba mencerna apa yang barusan dialaminya hanya termenung menatap kepergian Eunwoo.

Tak lama kemudian, senyum lebar menghiasi bibir Moonbin.






"Sial. Aku menginginkannya lagi."







TBC





Mwuhehehheh long time no see~~

Cafe For a Broken Heart - 비누Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang