Sakura menghembuskan napas lelah, namun merasa senang karena bayi dalam gendongannya sudah tidak menangis lagi seperti tadi. Sakura tahu itu, pegawai yang lainnya menatapnya dengan pandangan yang menganggu Sakura. Mereka pasti berpikir ini adalah anaknya, meskipun warna rambutnya berbeda.
Karena mereka lebih suka menyimpulkannya sendiri dari luar di banding mengetahui langsung dan berujung tidak percaya.
"Hinata, Sasuke-san minta map merah, katanya penting."
Hinata nampak berpikir sebentar kemudian menjentikkan jarinya. Ia membuka laci meja dan mengeluarkan map merah. "Ini Sakura-chan. Wah ini bayi yang di bawa Sasuke-san tadi. Boleh kugendong?" Mata Hinata berbinar-binar.
Sakura memberikan bayi tersebut kepada Hinata yang sigap menerimanya. "Dia lucu sekali. Warna rambutnya indah meski tidak terlalu gelap. Jika saja orang tuanya tidak ada aku akan mengakuinya sebagai anakku dan Naruto-kun." Hinata mencubit pipinya pelan. Bayi tersebut hampir terlelap. "Kira-kira berapa usianya Sakura-chan?"
"Ah aku juga tidak tahu." Sakura sendiri mana tahu-menahu. Dia kan belum memiliki anak, jika sudah mungkin Sakura bisa mengira-ngira sendiri.
"Sepertinya dua bulan, menurutku. Siapa namanya?" Hinata menimang.
"Nama ya? Aku belum memberikannya nama."
"Kerja-kerja! Jangan gosip yang di bersarkan! Dasar ibu-ibu!" Teriak Sai yang baru saja lewat. Ia adalah salah satu pegawai kantor yang terkenal karena usilnya.
Sakura mendengus. "Urus saja percintaanmu dengan Ino yang bertepuk sebelah tangan!" Balas Sakura. Sakura mengambil bayi itu yang sudah tertidur kembali dari gendongan Hinata. "Aku pergi ya Hinata-chan. Sasuke-san pasti menungguku. Sampai jumpa."
Sakura kembali masuk ke dalam ruangan Sasuke dan menaruh map merah di atas meja kerja. "Ini Sasuke-san. Kemana Gaara-kun?" Sakura menidurkan bayi tersebut di sofa dengan hati-hati.
"Pulang. Kenapa masih memanggilnya dengan akhiran -kun? Biasanya juga -sama." Sasuke membuka map merah dan mengetik sesuatu di komputer.
"Tadi dia yang memintaku."
"Tapi sekarang dia tidak ada."
"Ah, kau cemburu ya Sasuke-san. Memang sih Gaara-kun tampan meski pun tidak memiliki alis. Tapi kurasa dia juga menyukaiku. Tidak ada salahnya kan aku mencoba peluang dengan Gaara-kun." Sakura bersedekap dan melirik Sasuke yang berhenti mengetik.
"Ngomong-ngomong Sasuke-san, bayi itu belum ada nama. Boleh aku memberinya nama?" Sakura mengerjap.
Sasuke meminum kopi yang tadi di bawakan oleh pegawai lainnya. "Terserah."
Sakura tersenyum senang. "Karena ini anak kita dan aku baru menyadari bahwa ia bayi perempuan, aku akan memberinya nama Sarada."
"Uhukk." Sasuke tersedak beberapa kali. "Apa katamu?" Sasuke menaruh kopinya.
"Sarada. Nama anak itu sekarang Sarada. Itu adalah nama yang akan kuberikan pada anak kita kelak." Jelas Sakura.
"Anak kita?" Beonya. Sakura mengangguk mantap.
"Sudah ya aku mau makan siang. Sampai jumpa Sasuke-san."
Sasuke melongo. Apa ini efek mabuk semalam pada Sakura? Khayalannya semakin tinggi. Tapi bagus juga nama Sarada. Sa untuk nama Sasuke, da untuk dan, ra untuk sakura. Namanya Sadara, karena rumit di balik menjadi Sarada sehingga lebih mudah. Memang cocok menjadi ibu.
Sasuke menggeleng kan kepala. "Berfikir apa aku barusan."
####
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasuke's Baby ✔
Fanfiction[COMPLETED] Warning: Penulisan masih berantakan dan tidak masuk akal. Jangan mendekat jika tak suka. Naruto © Masashi Kishimoto ━━━━━━━━━━━━━━━━━━ Tiba-tiba saja ia menemukan seorang bayi berambut ungu yang tertidur di dalam box depan apartemennya...