Season 2 : Chapter 8

4.8K 450 6
                                    

Rasanya seperti sedang di interview saat ia berada di perusahaan Sasuke dulu. Jantungnya bertalu-talu, tangannya berkeringat dingin seperti es, ia pun gugup luar biasa. Sambil menggenggam alat tes kehamilannya dan menaruhnya di dada, ia berdoa. Apa pun hasilnya, ia berharap yang terbaik untuk kedepannya.

Jika hasilnya positif, Sakura akan bersyukur karena Tuhan kembali menitipkan seorang anak padanya. Jika hasilnya negatif, tidak apa untuk Sakura. Mungkin belum saatnya. Lagi pula ia juga sudah memiliki Sarada. Sakura akan tegar.

Sakura menghembuskan napasnya. Hampir sepuluh menit ia berada di dalam toilet, ia pun merasa pegal pada punggungnya karena terus berdiri di depan wastafel. Ia melamun sesaat, sampai suara pintu yang di ketuk dari luar membuatnya tersentak kaget.

"Sakura, bagaimana?" Suara lembut Sasuke yang bertanya terdengar dari luar. Pria itu kembali mengetuk.

"Sebentar," Balasnya teriak. Sakura menatap cermin yang ada di depannya, meyakinkan dirinya sendiri. Ia pun juga belum melihat hasilnya, dan ia sendiri juga ikut cemas terhadap hasilnya nanti. Dengan berdebar Sakura membuka pintu, menatap Sasuke yang menatapnya dengan penuh harap. "Aku akan melihatnya."

Sakura membuka jemarinya, menatap hasil pada alat tes kehamilan yang berada di tangannya. Ia sedikit tercekat. Hatinya ikut mencelos. Matanya berkaca-kaca menahan air mata yang siap tumpah kapan saja.

"Sasuke..." Lirih Sakura pelan. Lalu menatap suaminya.

"Iya, aku di sini. Bagaimana?"

"Maafkan aku." Kemudian terisak pelan. "Hasilnya ... negatif. Maafkan aku, aku mengecewakanmu lagi."

Sasuke menangkap tubuh Sakura yang jatuh luruh ke lantai. Dengan cepat ia menggendong tubuhnya, membawanya ke ranjang dan mendudukkannya. Alat tes kehamilan itu jatuh di atas ranjang saat Sakura melepaskannya dan memeluknya erat.

Garis satu. Negatif.

Sasuke merasa bersalah sekarang. "Sakura," panggilnya lembut, melepaskan pelukan Sakura dan menangkup wajah itu. Lalu mencium keningnya lembut dan lama. "Tidak apa. Jangan meminta maaf padaku."

Sasuke tau rasanya, pasti sakit. Saat pertama kali menggunakan alat ini beberapa tahun yang lalu, hasilnya membuat Sakura senang dan menangis haru di pelukannya. Dan sekarang, untuk pertama kalinya bagi Sakura mendapatkan hasil negatif dari alat itu. Siapa pun tahu itu. Sakura pasti sedih dan kecewa.

"Tapi aku mengecewakanmu lagi. Padahal kau sangat berharap kita memiliki anak lagi." Sakura menyembunyikan wajahnya di dada bidang suaminya. Ia mengelap ingusnya menggunakan kaos Sasuke.

Tingkah Sakura membuat Sasuke tersenyum geli. Tangannya mengelus rambut merah mudanya penuh sayang. "Kau tidak mengecewakanku, Sakura. Adanya Sarada sudah cukup bagiku. Tidak apa, mungkin belum waktunya."

"Tapi-"

"Berhenti bicara, kau cerewet sekali. Aku bilang tidak apa ya tidak apa-apa. Mengerti? Berhentilah menangis."

Suara tegas suaminya membuat Sakura mengangguk. Menit berlalu begitu saja, menciptakan keheningan di antara mereka berdua yang saling berpelukan. Sakura sudah berhenti menangis, wanita itu mendongak menatap Sasuke yang masih setia memeluknya erat. Membisikkan kata-kata bahwa ia baik-baik saja.

"Sasuke?"

"Hn?"

Sakura sedikut ragu untuk mengatakannya. "Bagaimana ... bagaimana jika aku mencoba lagi alat itu. Mungkin saja hasilnya salah, aku harus menunggu beberapa menit lagi. Atau mungkin kita langsung pergi ke dokter saja?" Tidak ada salahnya bukan? Mungkin memang benar hasilnya salah.

Sasuke's Baby ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang