Matahari yang semula bersinar terik, kini bersembunyi di balik awan. Suasana berubah sejuk dan berangin, tidak lagi panas seperti tadi. Sarada mendongak menatap langit, saat awan-awannya mulai berubah mendung menandakan hujan akan turun kapan saja tanpa di perintah.
Ia kembali menunduk dan menghela napasnya. Hampir setengah jam Sarada menunggu papanya untuk menjemputnya, namun tidak ada tanda-tanda mobil hitamnya akan muncul. Padahal papanya sudah berjanji akan menjemputnya saat pulang sekolah.
Sarada yang duduk diam di ayunan sekolahnya, mulai menggoyangkan ayunan dengan menggunakan kakinya. Pelan-pelan ayunan bergerak. Sekali lagi Sarada menatap ke gerbang sekolah, namun tetap tidak ada papanya.
"Yo, Sarada!"
Sarada menolehkan kepalanya ke belakang saat mendengar suara familiar meneriaki namanya. Boruto, bocah kuning itu berlari menghampirinya.
"Kau menunggu siapa?" Tanya Boruto setelah berdiri di hadapan Sarada yang masih duduk di ayunan. "Kau sedang menunggu bibi gulali?"
Sarada menggeleng. "Aku menunggu papa, katanya dia akan menjemputku. Tapi sampai sekarang dia belum datang."
"Ah, papamu yang seperti penjahat di film-film itu ya? Paman Sasuke memang keren. Tapi tetap ayahku yang terbaik, meskipun dia selalu sibuk dan jarang pulang." Boruto ikut duduk di ayunan yang kosong di samping Sarada. Ayunannya mulai bergerak.
"Ne, Boruto. Bagaimana rasanya memiliki adik?" Sarada melirik Boruto.
Boruto yang mendapatkan pertanyaan itu mengerjapkan matanya. Ayunannya berhenti bergerak dan anak laki-laki itu tampak berpikir. "Awalnya aku senang saat mengetahui akan mendapatkan seorang adik, tapi setelah adikku lahir aku jadi tidak suka. Ayah dan ibu jadi mengabaikanku, mereka lebih menyayangi adikku dari pada aku."
Boruto berubah masam saat bercerita, lalu tersenyum tipis. "Tapi setelah ayah dan ibu menjelaskannya padaku aku mulai mengerti. Aku mulai jatuh cinta pada Hima saat pertama kali aku melihat matanya terbuka, aku ingin melindunginya. Dan akan menghajar siapapun yang telah membuat adikku menangis."
Sarada bisa melihat kesungguhan di mata Boruto. Anak perempuan itu menunduk. Lalu suara klakson mobil menarik perhatiannya, dengan senang ia menatap gerbang sekolah saat sebuah mobil berhenti di depannya.
"Sarada, aku pulang dulu ya. Ibuku sudah menjemputku. Sampai jumpa besok!"
Boruto beranjak dari ayunan dan melambai sambil berlari. Saat pintu belakang penumpang itu terbuka, Hinata keluar dan langsung berjongkok menangkap Boruto yang memeluknya. Setelah kepergian mobil silver itu suasana berubah sepi.
Sarada ingin menangis rasanya saat di buat menunggu lama seperti ini, apa lagi ia mulai merasa lapar. Kemana papanya? Kenapa ia belum datang juga? Apa papanya lupa dengan janjinya yang akan menjemputnya?
"Sarada?"
Sarada menoleh ke arah gerbang, saat suara seseorang memanggil namanya cukup keras dan ia terkejut. Menemukan teman papanya sedang berjalan ke arahnya, masih dengan seragam kantor yang keren di tubuhnya. Ia tersentak. "Gaara Oji-san?"
"Kau belum pulang?" Gaara berjongkok di hadapan anak perempuan itu, kemudian menghela napasnya saat melihat gelengan kuat dari Sarada.
"Papa bilang ia akan menjemputku, tapi sampai sekarang belum datang. Kenapa Gaara Oji-san ada disini?" Tanyanya heran.
"Aku tidak sengaja lewat sini saat mau menuju kantor papamu." Jawab Gaara sambil tersenyum. "Kalau begitu kau ikut saja denganku, aku akan mengantarmu ke tempat papamu. Tapi sebelum itu, kita membeli es krim untukmu. Kau mau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasuke's Baby ✔
Fanfic[COMPLETED] Warning: Penulisan masih berantakan dan tidak masuk akal. Jangan mendekat jika tak suka. Naruto © Masashi Kishimoto ━━━━━━━━━━━━━━━━━━ Tiba-tiba saja ia menemukan seorang bayi berambut ungu yang tertidur di dalam box depan apartemennya...