Pukul delapan malam. Setelah memasang kaus kaki pada kaki mungil Sarada, Sakura menaikkan selimut yang melorot itu. Diciumnya lembut pelipis Sarada, lalu membelai rambut itu dengan sayang. Setelah mematikan lampu, Sakura menutup pintu tersebut dan berjalan menuju ruang tengah.
Sakura bersedekap setelah sampai, sedikit keheranan. Bayi besarnya ini, sejak kapan jadi suka menonton film kartun dan memakan donat? Bahkan sekarang Sasuke duduk dengan santainya di sofa.
"Ah, Sakura, pas sekali," ucap Sasuke yang menyadari keberadaannya. "Ayo kemari, kita menonton film ini. Aku baru tahu jika film Sarada sebagus ini."
Sakura menghela, memilih menurut saja dan duduk di samping Sasuke yang fokus pada layar di depannya. Film Cinderella menarik perhatian suaminya rupanya. "Aku sudah pernah menontonnya bersama Sarada. Aku sudah tahu."
"Benarkah? Kenapa kau tidak mengajakku?"
Wajah Sasuke yang penuh tanya membuat Sakura gemas. "Dua bulan yang lalu aku sudah mengajakmu tapi kau tidak mau menonton. Jangan salahkan aku."
Setelahnya keduanya terdiam. Sakura melirik Sasuke yang sedang mengunyah, lalu pada kotak yang berada di meja. Lihatlah, donat yang ia beli siang tadi sudah raib. Ini rekor terbaru karena Sasuke sudah menghabiskan delapan donat yang penuh mesis dan manis.
"Sejak kapan kau suka memakan donat? Bukankah kau tidak suka manis?"
Sasuke berhenti mengunyah mendengar pertanyaan itu. "Sejak dua puluh menit yang lalu, mungkin." Kemudian mengedikkan bahu. "Aku tadi tidak sengaja melihat kotak ini di atas meja makan, setelah membukanya aku jadi lapar dan berakhir memakannya."
Sakura mendengus keras melihat Sasuke yang kembali melanjutkan makannya. Ia mendekat, menaruh tangannya di atas kening pria itu. "Sudah kubilang jangan bermain hujan-hujanan, sekarang kau masih demam. Tidakkah kau tahu jika kau sakit malah membuatku repot?"
"Salahkan Sarada," sahut Sasuke mengambil donat lagi.
Tingkah Sasuke membuat Sakura menghela. Alasan macam apa itu? "Kau ingin menyalahkan anakmu sendiri? Sarada bermain hujan-hujanan tidak mengajakmu, kau sendiri yang menawarkan diri ikut dengan Sarada. Jangan salahkan Sarada jika kau sakit."
Sasuke terdiam setelah mendengarnya. "Baiklah, aku salah. Aku minta maaf."
Wajah Sasuke yang berubah masam mengundang Sakura untuk mencubit kedua pipi pria itu dengan gemas, membuat Sasuke mengaduh keras dan meronta minta dilepaskan. "Aa, bayi besarku manis sekali." Sakura tersenyum sumringah setelah melepaskan pipi Sasuke. "Ayo tidur, kau harus istirahat. Tidak ada penolakan!"
Sasuke berdecak kesal. Dengan terpaksa ia mematikan televisi dan menaruh sisa donat ke dalam kulkas. Tapi sebelum menaruhnya, ia mengambil satu donat lagi dan memakannya cepat. Baru kemudian Sasuke masuk ke dalam kamarnya, ikut naik ke atas ranjang dan berbaring di sebelah Sakura setelah mematikan lampu.
"Sudah?"
Sasuke mengangguk dan memeluk tubuh Sakura. Wajahnya yang tertimpa cahaya bulan dari tirai yang tak di tutup terlihat mengagumkan di mata Sasuke. "Iya, Ibunda. Sudah."
"Aku bukan Ibumu!"
"Aw!" Sasuke mengusap hidungnya yang dicubit keras. "Kau kasar sekali hari ini."
Sakura mengerutkan dahinya dalam. "Setiap hari bukannya aku seperti ini? Kau saja yang sensitif. Sudahlah aku mau tidur!"
Ucapan Sakura membuat Sasuke termangu. Benar juga, belakangan ini dia jadi sedikit sensitif. Saat siang tadi mereka pergi ke Taman Funabashi untuk jalan-jalan, Sasuke merajuk karena Sakura tidak menyetujui untuk camping di sana dengan alasan akan turun hujan sebentar lagi. Dan hujan benar-benar turun satu jam kemudian, belum berhenti sampai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sasuke's Baby ✔
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Warning: Penulisan masih berantakan dan tidak masuk akal. Jangan mendekat jika tak suka. Naruto © Masashi Kishimoto ━━━━━━━━━━━━━━━━━━ Tiba-tiba saja ia menemukan seorang bayi berambut ungu yang tertidur di dalam box depan apartemennya...