Setelah mengucapkan selamat tinggal, para ksatria magang itu mulai meninggalkan area latihan, sedangkan Crowley, sambil mengayun-ayun di kursi goyang, menaikkan bola matanya dan menatap langit. Langit itu sangat bersih-tanpa awan, dengan cuaca yang bagus dan cocok untuk tidur siang.
Crowley menguap lalu menutup matanya.
Akankah dia berakhir bermimpi hal itu lagi? Akhir-akhir ini kurang tidur karena mimpi itu.
Kemudian, Crowley menangkap suara keributan dari muridnya. Dia menajamkan telinganya untuk mendengar apa yang apa mereka ributkan.
"H-hey, seragam orang itu! Dia pasti seorang Ksatria Templar, kan?"
"Apa yang dilakukan seorang Ksatria Templar di tempat pelatihan yang berada di pelosok kota seperti ini?"
"Hey, lebih baik diam saja, teman-teman. Orang itu adalah Gilbert Chartres-sama, dan menurut kabar, dia adalah calon Pemimpin Ksatria Templar yang selanjutnya," Seseorang bicara demikian.
Setelah itu, semuanya tutup mulut.
Crowley tidak bergerak, hanya memiringkan kepalanya.
Gilbert Chartres. Nama itu membawa memorinya kembali.
Dia termasuk dalam Ksatria yang memilih jalan yang berbeda dari jalan yang Crowley pilih, memilih untuk berjalan lurus ke arah dimana kekuatan dan wewenang berpusat, dibanding dengan menghabiskan hari-harinya di rumah bobrok di kota dengan ketidakpastian.
Crowley memfokuskan matanya pada pria muda yang datang ke lapangan pelatihan. Jika dia ingat dengan jelas, pria itu berumur 24 tahun, setahun lebih muda darinya.
Gilbert memiliki rambut pirang dan mata biru yang tajam. Kemauannya yang kuat bisa dirasakan dari punggung kokoh pria itu.
Apakah nama Tuhan masih tinggal dihatinya meskipun pria itu sudah melewati perang itu? Tiba-tiba Crowley penasaran.
Selesai melewati kerumunan murid, Gilbert meneruskan jalannya menuju tempat Crowley duduk. Dibandingkan tahun lalu, Gilbert menunjukan rasa hormat lebih tinggi pada Crowley.
Mata murid-muridnya memandangnya dengan mata penuh kekaguman dan penghormatan, sangat berbeda dengan kebiasaan mereka.
Sebenarnya, menurut Crowley, jika mereka mau menghormat seseorang, itu akan lebih baik jika mereka meghormati pria semacam Gilbert. Karena bagaimanapun, Crowley sudah mulai kehilangan sesuatu yang sangat penting di perang itu.
"..."
Gilbert berhenti di depan Crowley yang sedang duduk dan berkata, "Lama tidak bertemu, Crowley-sama."
Murid-murid yang melihat kejadian itu dari kejauan, mulai membuat keributan lagi, membuat Crowley berpikir, dibanding belajar seni pedang mereka lebih butuh pelajaran tentang tata krama dan sikap seorang ksatria.
Crowley bebicara dengan suara cukup keras pada Gilbert, "Buang embel-embel '-sama', Gilbert. Sekarang, kamu jauh lebih hebat dariku."
Namun Gilbert memohon agar Crowley tidak perlu memikirkan hal itu dan melanjutkan ucapannya, "Crowley-sama. Kenapa anda tidak pernah datang ke Gereja lagi?"
Dari bahasanya, itu tidak seperti Gilbert akan melepaskan keformalitasannya.
Gilbert selalu seperti itu, sangat keras kepala jika dia percaya apa yang dia lakukan sudah benar. Namun kekeraskepalaannya itulah yang menjadi alasan kenapa Gilbert masih percaya pada Tuhan meskipun telah melalui perang mengerikan itu.
Lalu, Gilbert bertanya dengan sedikit kekhawatiran tergambar di ekspresinya, "Setelah perang itu, Anda berhenti datang ke Gereja. Sebenarnya, saya tahu juga rasanya, saya paham. Banyak sekali rekan kita jatuh di perang itu. Kejadian itu menyakiti hati kita sangat dalam, dan bahkan menghilangkan hal paling penting dalam hati kita-kepercayaan."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of Vampire Michaela Volume 01
VampireTerjemahan Bahasa Indonesia dari light novel Seraph of the End: The Story of Vampire Michaela Volume 1. The Story of Vampire Michaela adalah seri novel ringan ketujuh dari Seraph of the End, novel ini ditulis oleh Takaya Kagami dan diilustrasikan ol...