-2- Sohyun POV

115 23 5
                                    

Yuhu, khusus menjelang Idul Fitri, Okta mau up beberapa part.
Happy reading 😙

***

"Arghhh." Aku mengerjap secara perlahan. Terdengar bunyi kegaduhan di sekitarku, entah aku di mana. Terasa nyeri di kepala dan persendian. Secara sempurna kini aku dapat melihat di sekeliling, ternyata ini rumah sakit.

Tunggu, rumah sakit?
Apa yang sebenarnya terjadi?

"Minhyuk, gadis ini sudah sadar."

Lamunanku buyar tak kala seorang laki-laki melangkah menghampiriku.

"Haa, syukurlah dia tidak mati."

Siapa laki-laki kurang ajar ini?
"Nona siapa namamu?"

"Sohyun," jawabku datar. Tentu saja siapa juga yang mau tersenyum pada duo lelaki sableng ini.

"Ohh, Sohyun. Alamat rumah?"
Aku terdiam, entah mengapa aku tak ingat apapun

"Dimana Nona? Jangan sungkan dimana pun kau tinggal kami tidak akan mencacimu. Kita berdua ini manusia dermawan."

Cih, sombongnya. Siapa juga yang bertanya.

"Nona Sohyun." Laki-laki paruh baya memasuki ruangan.

"Minhyuk, Songjae! Apa-apaan kalian ini! Mengapa kalian bermain playstation di dalam ruang ini!"

Haduh, aku kasihan melihat orangtua ini. Sepertinya dia Papa duo sableng. Apa beliau tidak naik darah harus berteriak seperti itu?

"Papa kami bosan jika harus berdiam diri." Dasar lelaki jahanam, suka membantah.

"Keluar cepat!"

"Yeay, kita bebas. Makasih Papa."
Duo sableng itu akhirnya keluar juga, huh, legahnya.

"Apa ada yang sakit?"
Aku menggeleng sebegai jawaban. Terdengar helaan napas pria ini.

"Di mana kamu tinggal?" Kini aku terdiam sedari tadi. Kenapa aku susah mengingat rumahku sendiri?

"Aku tak bisa mengingat apa-apa."
Pria ini terlihat khawatir, dengan terburu-buru beliau keluar ruangan.
Tak lama pria itu datang bersama seorang dokter.

"Apa ini sakit?"
Dokter itu menyentuh dahiku, aku menggeleng. Memang tak terasa sakit secuilpun.

Dokter itu memeriksa denyut nadiku, mata, hingga menanyakan hal-hal yang tak dapat kuingat. Seperti:

"Dimana tempat tinggalmu?"

"Tanggal berapa kamu lahir?"

"Siapa saja nama anggota keluargamu?"

Tentu saja aku menggeleng, tak ingat satupun.
Nama saja yang aku ingat, entah kenapa yang lain tidak.

"Mari tuan ada yang harus saya bicarakan." Dokter itu keluar ruangan terlebih dahulu.

"Kau istirahat saja ya. Jika ada yang kau butuhkan bilang saja." Pria itu mengusap lembut kepalaku sebelum pergi. Sungguh, perasaanku menjadi damai.

Aku mencoba mengingat sesuatu, tapi tak ada satupun gambaran dalam ingatanku. Justru yang aku dapat hanya pening di kepala. Sebenarnya aku kenapa?

Swipe👉

Revisi : 18 Maret 2020

MAID! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang