-13- END

86 9 0
                                    

Mereka sampai di rumah, menjelang petang. Rumah megah itu seperti tak berpenghuni karena gelap melingkupi.

"Papa kemana, ya?" Songjae melihat sekitar yang tak ada mobil papanya.

"Dia ada urusan kantor." Sohyun memberanikan diri menjawab. Tanpa sadar Songjae mengangguk dan tak berdebat.

"Gantian lo yang mapah Sohyun ke dalam." Minhyuk memberi perintah begitu saja dan keluar dari mobil.

Sebelum Songjae memprotes, kakaknya itu sudah menghilang.

Songjae hanya bisa mengumpati kakaknya. Demi rasa manusiawi ia membantu Sohyun.

"Kalau kakak gak mau gapapa, kok."

"Jangan panggil gue kakak, berasa tua. Udah, jangan sok kuat." Songjae berkata datar.

Sohyun berjalan pelan-pelan memasuki rumah dengan tangan ada di pundak Songjae dan lengan. Mereka berjalan dalam diam, sementara Sohyun fokus ke depan, Songjae tanpa sadar memandangi wajah gadis itu.

Ternyata nih, cewek cantik juga.

"Eh." Sohyun dan Songjae tersandung di anak tangga. Mereka berdua terjatuh dengan posisi tubuh Songjae menindih Sohyun di bawah.

Songjae mencermati wajah Sohyun, begitu pula dengan gadis itu. Wajah keduanya semakin dekat hingga---

"He, kalian mau ngapain?!" Suara toa mengikuti lampu rumah yang terang membuyarkan lamunan keduanya.

Songjae berdiri dengan gugup, ia berlari memasuki kamar lupa untuk menolong Sohyun.

"Dasar adik bego." Minhyuk berdecak sebal. Ia memapah Sohyun ke lantai atas.

Setelah Sohyun duduk di ranjang, ia merebahkan tubuh. Minhyuk bersandar menatap intens pada Sohyun.

"Ada apa?" Sohyun bertanya bingung.

"Jangan lupain hutang budi lo. Buat Nayeon mau baikan sama gue."

Sohyun mengangguk perlahan, setelah itu Minhyuk segera keluar kamar meninggalkan Sohyun yang melamun.

Setelah mengingat kejadian ini ia bersyukur, meski harus melalui berbagai kejadian tak menyenangkan, tapi ada hal baik terjadi. Songjae dan Minhyuk mau berbicara lebih banyak padanya meski masih datar.

***

Pagi ini Sohyun dibantu Bi Roma menyiapkan sarapan.

"Bi, papa gak pulang semalaman?" Sohyun bertanya di sela-sela mengoleskan selai roti.

"Nggak Non, Tuan belum pulang." Sohyun mengangguk sambil melanjutkan kegiatannya. Tetapi pikirannya gusar menghawatirkan Tuan Park.

Tak lama Songjae dan Minhyuk turun dari lantai atas. Mereka mendekat ke arah meja makan.

"Papa gak pulang, Bi?" Songjae bertanya hal yang sama.

"Belum, Tuan."

Songjae berpikir mungkin papanya banyak pekerjaan di kantor, biar nanti ia pergi ke sana dan membantunya.

Minhyuk tak terlalu memusingkan keberadaan papanya, ia sudah hafal kebiasaan Tuan Park yang suka lembur.

"Silahkan di makan, Tuan." Bi Roma memberikan dua roti lengkap dengan selai di hadapan Songjae dan Minhyuk.

"Saya gak suka selai cokelat, Bi." Songjae memandang aneh pada Bi Roma, kenapa bisa salah begini?

"Maaf, Tuan. Saya sedang tidak fokus. Akan saya buatkan lagi." Bi Roma sudah mau mengambilkan roti, tapi dicegah oleh Sohyun.

"Gak usab Bi, biar saya yang buatin." Sohyun menawarkan diri, anehnya Songjae tak protes seperti biasanya. Wajah cowok itu memerah saat menatap wajah Sohyun.

Mengingat kejadian semalam membuatnya mati kutu.
Minhyuk juga merasa keanehan dari adiknya itu, menatap Songjae dan Sohyun bergantian.

***

Seharian ini Nayeon berceloteh panjang lebar, satu sekolah sudah mendengar kejadian yang menimpa Sohyun. Maka dari itu sepulang sekolah ia dipaksa Nayeon untuk pulang bersama. Mau tak mau Sohyun menurut.

Dalam perjalanan mereka saling bertukar cerita.

"Jadi lo hilang ingatan?" tanya Nayeon tak percaya. Masih ada saja kejadian itu di era sekarang.

Sohyun mengangguk ringan. "Iya, gara-gara kecelakaan gue. Untung saja papa nemuin gue waktu itu."

Nayeon ikut senang. "Gue doain supaya ingatan lo cepet pulih, jangan lupa ajak gue main nanti ke rumah lo, oke."

"Gak gratis tapi." Sohyun menggoda Nayeon.

"Yaudah gak jadi deh." Nayeon mengerucutkan bibir.

"Beneran gak nyesel, nanti?" Nayeon tak menjawab. Sohyun menatap temannya dengan tekekeh geli, gemas pada sahabatnya itu. .

Melihat wajah manis Nayeon, tak salah Minhyuk suka padanya. Mengingat satu nama itu membuatnya ingat akan balas budi.

"Oppa Minhyuk, kangen tuh, sama lo."

"Jangan sebut nama itu lagi deh, ogah dengernya."

"Emang ada masalah apa, sih? Kalian, kan udah pacaran lama." Sohyun mendengar kabar bahwa hubungan Nayeon dan Minhyuk sudah berjalan lama dari kelas 10.

"Pacaran lama buat gue tahu siapa dia. Suka main cewek waktu SMP. Udah lah, setelah ini pasti tuh cowok bakal nyari cewek lagi."

Nayeon melengos menatap ke depan. Wajah mendungnya sudah menjelaskan semuanya. Meski tak dikatakan, rasa cinta sahabatnya itu masih tersisa, tapi karena tertutupi ego seolah tak ada lagi rasa cinta.
Ia akan membantu hubungan Nayeon dan Minhyuk.

Selama perjalanan mereka hanya diam. Sohyun membiarkan agar Nayeon bisa meredakan emosi. Saat mereka sampai di lampu merah, tiba-tiba ada sebuah mobil datang berlawanan dari arah sebelah kiri melaju dengan kencang.

Tak bisa dicegah, mobil itu menghantam mobil Nayeon dan lainnya. Mobil mereka berdua bergulingan tak tentu arah. Terakhir yang Sohyun lihat hanya kerumunan orang mengerubungi mobil, setelah itu gelap yang tersisa. Inilah jawaban Tuhan, kehidupan Sohyun akan berubah setelah ini.

~~~

Tunggu epilog ya... ada kejutan di sana nantinya💙

Revisi : 18 Maret 2020

MAID! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang