-3-

100 19 3
                                    

"Bagaimana Dok, keadaannya?"

"Dia mengalami hilang ingatan akibat benturan di kepala. Selebihnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

"Terima kasih." Lelaki itu mengangguk dan pergi setelah itu.

"Apa kalian sudah mendengarnya?" Park berbalik menatap kedua putranya.

"Kami tidak tuli Pa."

Pria itu menghela napas, meredakan kekesalan.

"Baiklah, Papa sudah mengambil keputusan."

***

Rumah megah berdiri di hadapannya sekarang. Masih tidak dapat dipercaya, kehidupannya akan sangat menyenangkan.

"Sayang, kamu akan tinggal bersama kami. Semoga dirimu betah." Park mengelus rambut Sohyun, gadis itu tersenyum senang.

"Minhyuk, antar dia ke kamar!" Lelaki muda itu menggerutu kesal sepanjang jalan. Bisa-bisanya sekarang dia seperti pembantu. Seharusnya dia yang memerintah, bukan sebaliknya.

"Ini kamar lo." Lelaki itu pergi begitu saja tanpa menunggu balasan Sohyun.

Sementara gadis itu mengedikkan bahu tak peduli. Ia membuka kamarnya, ranjang yang empuk dan luasnya kamar menyambut gadis itu. Pemandangan malam di jendela, segera mengalihkan atensi fokusnya.

Ini bukan mimpi, ia tak pernah menyangka akan bisa tidur di hotel serba mewah. Atau memang dia pernah?

Entahlah, semua memorinya habis begitu saja. Terpenting untuk sekarang, ia harus mengakrabkan diri dengan keluarga ini.

***

"Hei, kenapa wajah lo gitu?" Minhyuk menutup pintu sekembalinya dari mantan kamarnya yang ditempati Sohyun.

"Apa lo gak ingat kata-kata Papa?"

"Dia akan menjadi adik kalian mulai sekarang."

"Tapi Pa--"

"Tidak ada penolakan, jagalah dia jangan sampai membuatnya tak nyaman nanti. Jika Papa mendengar keluhnya, siap-siap fasilitas kalian akan hilang."

"Adik-adik dari mana. Gue gak suka punya adik!"

"Menurut lo gue suka gitu? Cukup punya satu aja, udah bikin kesel apa lagi dua. Pasti ngerepotin doang."

Songjae nampak setuju, meski dirinya tahu kakaknya itu baru saja menjelek-jelekkan dia.

"Apa lo gak punya rencana?"

Minhyuk nampak menimbang. "Kita buat dia tak betah tinggal di sini. Bagaimana?"

Songjae nampak antusias. "Bagaimana caranya?"

***

"Papa pergi dulu ya. Belajar yang rajin," pesannya pada dua anaknya, atau lebih tepatnya tiga mulai sekarang.

Sohyun mengangguk, dan melambaikan tangan. Sontak saja Songjae di belakang gadis itu mencibir dalam hati. Entah kemana Minhyuk, tiba-tiba saja lelaki itu sudah hilang.

Songjae berjalan melewati Sohyun begitu saja, tak memperdulikan tatapan warga sekolah padanya. Sudah menjadi hal biasa sepanjang hari.

"Wah, dia cantik sekali ya."

"Bisa- bisa ada yang kalah saingan."

"Sepertinya dia murid baru."

"Tak kalah cantik dengan pacar Minhyuk."

Telinga Songjae berdengung sakit, kemana perginya pujian-pujian untuknya. Kenapa sekarang berganti pada gadis itu?

Belum satu hari saja ia masuk dalam keluarga dan hidupnya bisa membuat kekacauan, lalu bagaimana hari-hari esok?

Swipe👉

Revisi : 18 Maret 2020

MAID! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang