|•|•|•|
"Awas kalo lo naksir!"
Bahu mengendik dan memasang tampang jijik.
•••
Hari sudah malam. Bintang dan bulan sedang bertugas dengan baik malam ini, begitu bersinar dengan terang. Ya setidaknya, itu yang Yohan bisa rasakan. Berbanding terbalik sekali dengan kondisi hatinya malam ini. Suram, gulana, mendung, kasihan sekali.
Setelah orang tuanya—untuk kesekian kalinya—pergi meninggalkan rumah setelah puas beradu mulut tadi siang, Yohan memilih berdiam diri sambil menatap langit malam. Biasanya kalau sedang seperti ini, Yohan mengajak Hangyul ke club atau jalan-jalan di sekitar kota untuk cuci mata. Tapi untuk hari ini, entahlah Yohan sedang malas gerak.
Yohan meraih ponselnya ketika suara notifikasi berdering dari benda persegi itu. Yohan memutar bola matanya ketika membaca isi pesan yang masuk.
Hangyul
Oi, ke club yuk, lumayan free passWalaupun malas, Yohan menggerakkan jarinya untuk membalas pesan dari Hangyul.
Kan udah gue bilang gue lagi gak mood.
Alah, lo kesini digodain cewek juga pasti nge-mood
Sat.
Beneran free pass?Iya elah, kan udah gue bilang dari kemaren
Udah nyiapin cewek?
Lo mah giliran cewek aja ditanyain -_-
Ada. DJ juga udah mantep.Oke. Tunggu.
Yohan menghela nafas sebelum beranjak dari kursinya. Ya sudah lah, daripada merenung seperti orang baru putus cinta, lebih baik bermain bersama wanita di club.•••
Yohan mengedipkan matanya saat kakinya baru melangkah ke dalam club. Walaupun satu minggu sekali dia ke club, telinga dan mata Yohan tetap saja sensitif dengan alunan musik yang kerasnya tidak kira-kira khas musik club. Kakinya melangkah lebih jauh dan menemukan Hangyul bersama tiga laki-laki dan lima perempuan sedang berada di satu meja yang sama bermain kartu remi.
"Hoi Kim Yohan!" seru Hangyul sambil mengangkat tangannya untuk bersapa yang disahuti oleh Yohan.
"Dih, sok sok-an gak mau dateng, dikasih free pass aja mau akhirnya." ejek lelaki di sebelah kiri Yohan, Park Woojin.
Yohan mendelik sambil menunjuk ke arah Hangyul, "Tuh biangnya. Berisik banget gue ditelponin berasa diteror tau gak."
Hangyul tersenyum mengejek, "Halah, lo juga nanti ujung-ujungnya main sama salah satu disini."
Yohan meneguk minumannya sebelum berkata, "Diem sat."
"Udah, kita mulai dari awal lagi. Han, lo bisa main kartu remi kan?" tanya lelaki di sebrang, Kang Daniel.
Woojin mendelik, "Yaelah bang, Yohan mah mainin perasaan orang juga bisa, masa main beginian gak bisa." kata Woojin yang dihadiahi cekikan dari Yohan.
Mereka terlarut dengan permainannya. Beberapa kali mereka berteriak, tertawa, mengumpat, dan yang lainnya hanya karena satu permainan. Belum lagi mereka harus menahan hasrat karena adanya perempuan-perempuan di samping mereka yang setia mendampingi mereka. Bahkan beberapa kali saat menunggu giliran main, laki-laki disana dengan sengaja mengecup bibir atau pipi si perempuan hingga wanita itu merona parah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Road of Life | Yuvin x Yohan
FanfictionIni kisah tentang dua pemuda yang mempunyai roda kehidupan yang tidak pernah selaras. Yohan si pem-'bully', versus Yuvin si di-"bully". Dibalik image umum itu, tersimpan segudang rahasia yang berbanding terbalik. | contain of boys love, harsh words...