|•|•|•|
"Kita duluan loh yang nantangin takdir, masa kalah duluan?"
"Tetep aja. Takut gak bisa ketemu kamu lagi."
|•|•|•|
Tidak terasa, Yohan sudah menginjak semester terakhirnya. It's been a long ride. Selama kuliah ini dia menjalani dua fase yang berbeda. Dua tahun awal dia adalah si tukang bully yang selalu seenaknya menyuruh orang lain untuk mengerjakan tugas, dan dua tahun terakhir dia berubah 180 derajat menjadi sosok idaman yang manis, ramah, juga pintar. Semester kemarin bahkan Yohan berhasil mendapat IP hampir menyentuh 4.
Skripsinya berjalan dengan lancar. Dosen pembimbing yang dia dapatkan bukan tipe dosen ribet seperti dosbingnya Hangyul ataupun Jinhyuk. Bukan tipe dosen malas seperti dosbingnya Wooseok ataupun Sihoon. Pas pokonya, sempurna.
"Han, kok kamu pake material warna putih mulu sih?"
"Biar kesannya bersih. Daripada ide kamu? Hitam. Kamu mau buat rumah apa pemakaman."
Yuvin dan Yohan sekarang sedang berdebat—kesekian kalinya—perkara project rumah mereka. Auh, ambigu. Ya intinya itu lah.
Sumpah, setiap mereka mengerjakan tugas ini, tidak ada satupun hari mereka tidak berdebat. Dari mulai Yuvin yang ingin tanamannya digantung, sedangkan Yohan ingin tanamannya ditanam di pot. Atau Yuvin ingin konsep bangunannya industrial, Yohan inginnya minimalis. Yuvin inginnya cat rumah hitam, Yohan inginnya putih. Yuvin ingin A, Yohan ingin Z.
Kalau kata Minkyu, mereka itu sudah seperti pasangan yang ribut karena masalah rumah tangga.
Ya tentu saja kepala Mingyu langsung digebuk tas ranselnya Yohan.
"Yaudah kamu finishing bikin halamannya dulu. Aku selesaiin bab revisi bentar." kata Yuvin lalu membuka laptopnya.
"Kok tumben revisi?"
Yuvin mendengus, "Dosbing aku pensiun. Makanya diganti sama dosbingnya Hangyul."
Yohan menahan tawanya, "Ribet dong?"
"Banget. Typo dikit doang dikatain gak niat jadi sarjana."
"Duh, kasian banget. Aku bantuin mau?"
Yuvin menganggukan kepala. "Ada yang kurang gak sama penjelasan di bab itu?"
Yohan membaca kertas yang berisikan kalimat-kalimat itu. "Ada dikit menurutku. Penjelasan variabel A nya kurang rinci. Jinhyuk juga pernah ditegur gara-gara salah di bagian ini."
"Hhh, mau cepet lulus aja dah gue rasanya." Yuvin mengeluh.
"Kalo cepet lulus, makin cepet kita pisahnya dong?" canda Yohan dengan tangannya yang memasang bagian material di balkon.
Yuvin tersenyum kecil, "Ga gitu juga sih, hehe."
"Vin, laper."
"Duluan aja gih."
Yohan menggeleng, "Bareng."
"Aku kan masih ngerjain ini, Yohan sayang."
Yohan mengeluarkan kotak dari tasnya. Kotak bekal. "Aku bawa bekel! Kebetulan ibu dateng ke rumah kemaren. Ada Chaewon juga. Makanya masak banyak, taunya sisa."
Yuvin melirik isi kotak bekal Yohan, "Cumi asam manis!"
Yohan tersenyum gemas, "Makan ya. Aku suapin deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Road of Life | Yuvin x Yohan
FanficIni kisah tentang dua pemuda yang mempunyai roda kehidupan yang tidak pernah selaras. Yohan si pem-'bully', versus Yuvin si di-"bully". Dibalik image umum itu, tersimpan segudang rahasia yang berbanding terbalik. | contain of boys love, harsh words...