|•|•|•|
"Who's the first one claiming me as a boyfriend?"
"Maybe it's time for us to get over."
|•|•|•|
⚠ it's a long ass ride man, be ready!
Keheningan mengisi ruangan yang didominasi dengan cat monokrom itu. Sesekali suara kertas yang dibalik dan ketikan keyboard bergema.
Si empu dari perilaku tadi tampak serius menatap monitor dan berkas yang ada di depannya. Pria berkacamata dan berjas rapi dengan wajah yang tampak tampan.
Ketika dirasa pekerjaannya hampir selesai, pria itu meregangkan lehernya lalu menghela nafas. Tak lama dari itu sesosok pria lainnya masuk ke ruangan.
"Permisi, Pak. Saya membawa laporan keuangan perusahaan bulan ini." kata pria yang lebih gemuk lalu dijawab dengan anggukan oleh pria yang satunya.
"Penjualan produk kita semakin hari semakin meningkat. Banyak perusahaan lain yang ingin menanamkan saham mereka di perusahaan kita juga. Saya mendata perusahaan-perusahaan itu di bagian belakang laporan, Pak." jelas pria itu—manajer keuangan perusahaan.
Pria yang menjabat sebagai direktur tersenyum tipis, "Kerja bagus. Tolong buat pertemuan dengan pihak perusahaan-perusahaan yang ingin bekerja sama dengan kita di akhir pekan ini."
Si manajer mengangguk patuh, "Baik, Pak." katanya lalu pergi dari ruangan direktur yang bernama Song Yuvin itu.
Yuvin tersenyum simpul sebelum kembali mengerjakan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi.
"Song Yuvin~" Yuvin menoleh ke sumber suara dan bangkit menuju orang itu.
"Eh om, tumben kesini?" sapanya ramah.
Paman Yuvin tersenyum kecil, "Om kesini karena ingin berterima kasih sama kamu. Semenjak cabang perusahaan om yang di Busan ini dikelola kamu, perusahaan om semakin sukses."
Yuvin tersenyum, "Ya, ini juga berkat bantuan om kan."
"Ah iya, Vin. Hari ini berarti kamu gak masuk kuliah lagi ya?" tanya pamannya dan diangguki Yuvin.
"Duh om sebenernya suka gak enak sama kamu. Gara-gara om minta kamu buat ngelola perusahaan, kuliah kamu jadi keteteran." sesal pria berumur empat puluhan itu.
Yuvin tersenyum maklum, "Gapapa om. Ini juga udah wasiat dari ayah aku kan. Lagian yang biayain kuliahnya Yuvin juga kan om."
Pamannya tersenyum, "Makasih ya, Yuvin. Kamu keponakan om yang paling baik."
"Om udah makan siang?" tanya Yuvin lalu dibalas dengan gelengan.
"Yaudah bareng sama Yuvin aja gimana? Yuvin traktir deh." kata Yuvin sembari tertawa jenaka. Pamannya membalas dengan usakan di kepala Yuvin.
"Iya deh. Sekalian ada yang mau om omongin juga sama kamu."
Yuvin mengangguk lalu mengambil ponsel dan dompetnya sebelum pergi ke kantin kantor bersama pamannya.
•••
"Yohan, si Yuvin gak masuk lagi?" tanya Wooseok.
"Tau. Gue chat juga ga dibales mulu. Mati kali." ketus Yohan.
Wooseok menggeplak kepala Yohan, "Hush, ngomongnya."
Sementara Yohan hanya merengut dan memasang wajah jutek. Sungguh, dari pagi sampai jam makan siang hari ini Yohan terus saja memakai wajah datar dan juteknya. Hangyul maupun Minkyu tidak ada yang tahu kenapa Yohan bisa dalam mode jutek seperti ini. Biasanya kalau Yohan jadi seperti ini itu ada dua alasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Road of Life | Yuvin x Yohan
FanfictionIni kisah tentang dua pemuda yang mempunyai roda kehidupan yang tidak pernah selaras. Yohan si pem-'bully', versus Yuvin si di-"bully". Dibalik image umum itu, tersimpan segudang rahasia yang berbanding terbalik. | contain of boys love, harsh words...