|•|•|•|
"Sekarang statusnya apa?"
Abu-abu.
|•|•|•|
Jarum jam di dinding sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Umumnya manusia sedang terlelap tidur dengan syahdunya sembari bermimpi indah. Tapi tidak dengan Song Yuvin. Matanya masih tetap terjaga menatap layar monitor yang menyilaukan.
Akibat absennya—lagi—beberapa hari yang lalu, tugas kuliah Yuvin jadi semakin keteteran. Yuvin sangat beruntung pihak kampus masih memberikannya kesempatan untuk tetap berkuliah melalui cyber class. Tapi tetap saja, untuk masalah tugas Yuvin masih ketinggalan jauh. Untungnya Yuvin dibekali otak yang pintar sehingga walaupun ia hanya mendapat penjelasan materi lewat slide power point milik dosen, ia bisa mengerti.
Kalau kata Gookheon, can't relate gue mah. Dengerin dosen jelasin pasal sama hukum pidana aja udah gumoh.
Yuvin melirik ke kalender di samping laptop nya. Sudah bulan September. Sekarang Yuvin memang sudah menginjak semester kelima. Tentu saja dengan IP yang mendekati sempurna di semester kemarin.
Soal permintaan pamannya beberapa bulan yang lalu, Yuvin memutuskan untuk menolak. Yuvin ingin fokus mengejar karirnya sebagai arsitek daripada menjadi CEO perusahaan properti. Yuvin memilih untuk tetap tinggal di Seoul walaupun sesekali dia tetap harus pergi ke Busan untuk mengurus kantor yang dia kelola. Untungnya Sunho memaklumi keputusan Yuvin dan berkata bahwa Yuvin bisa kapan saja merubah pikirannya, dan cabang kantor di Australia akan otomatis berada di bawah kuasanya. Yuvin saat itu hanya tersenyum dan mengiyakan tawaran dari pamannya.
Mata Yuvin melirik ke bingkai foto di sisi kirinya. Foto Yuvin bersama seorang laki-laki sedang berpose di depan bianglala. Senyum Yuvin mengembang saat menatap laki-laki itu. Kim Yohan.
Foto itu diambil di satu hari Sabtu. Masih ingat dengan ajakan Yuvin pada Yohan untuk keluar bersama? Minggu itu juga mereka berdua pergi ke Lotte World dan menikmati semua wahana disana. Mereka bermain semua permainan dengan antusias layaknya bocah usia lima tahun. Membeli es krim hanya untuk mencoret wajah satu sama lain yang berakhir dengan wajah mereka menjadi lengket. Naik roller coaster dan berakhir dengan suara mereka berdua yang sama-sama jadi serak. Juga pulang ke rumah Yohan dengan berjalan kaki karena mobil Yuvin tiba-tiba mogok di tengah jalan.
Yuvin tertawa geli mengingatnya.
Statusnya dengan Yohan saat ini masih abu-abu. Pacar bukan, teman biasa juga bukan.
Teman biasa mana yang saling bercanda dengan sebutan boyfie padahal status saja tidak ada.
"Yuvin, my boyfie? Kerjain tugas yang ini ya?"
"Yohan, my boyfriend. Kamu gak liat aku lagi sibuk? Kerjain dulu sendiri."
Positive thinking, mungkin maksud boyfriend mereka itu teman laki-laki, bukan pacar.
•••
"Yohan! Liat tugas lanskap lo dong, gue lupa ngerjain." Yohan memutar bola matanya melihat Hangyul yang sudah memasang wajah memelas di pagi hari.
"Tugas gue di Yuvin." balas Yohan.
Hangyul mencibir, "Katanya udah jadi boyfriend, tapi masih dibabuin."
Yohan mendelik, "Ya dianya yang nawarin masa gue tolak." katanya galak.
"Gyul, boyfriend yang Yohan maksud kan temen cowok, bukan pacar." celetuk Minkyu yang baru saja datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Road of Life | Yuvin x Yohan
FanficIni kisah tentang dua pemuda yang mempunyai roda kehidupan yang tidak pernah selaras. Yohan si pem-'bully', versus Yuvin si di-"bully". Dibalik image umum itu, tersimpan segudang rahasia yang berbanding terbalik. | contain of boys love, harsh words...