|•|•|•|
"Besok aku dateng ya!"
Di bawah pohon apel, dua insan bertemu.
|•|•|•|
Daegu, 2004
Tangan kecilnya membawa kotak putih itu dengan tergesa-gesa. Langkah kakinya yang pendek membuat napasnya terengah-engah. Matanya terfokus ke kedai di ujung jalan sana yang tampak ramai dikerumuni banyak orang. Ia mengambil nafas dalam dan mencoba mempercepat langkah kakinya agar cepat sampai ke tujuannya.
"Permisi." katanya dengan suara yang kecil. Sesosok pria mendatanginya.
"Yuvin? Kok kamu sendirian kesini? Ayah ibu kamu mana?" tanya pria itu.
Yuvin menyeka keringatnya sebelum menjawab, "Ayah sama ibu lagi berantem om, karena di rumah gak ada stok daging, aku sengaja dateng kesini bawa kotak ini. Yuvin boleh ya minta dagingnya? Sedikit aja." katanya dengan mata yang berbinar.
Pria di hadapannya tersenyum kecil melihat kegigihan bocah berumur lima tahun itu. "Rumah kamu kan jauh dari sini, Yuvin sayang. Kenapa kamu gak telepon om aja? Biar om yang bawain ke rumah kamu."
Kepala anak kecil itu menggeleng lucu, "Gapapa om, sekalian olahraga. Hari ini di sekolah gak ada pelajaran olahraga soalnya!" jawab Yuvin dengan polos.
Pria itu tersenyum hangat lalu mengambil sekantung daging lalu diletakkan di kotak yang Yuvin bawa, "Nih. Om kasihnya segitu dulu ya? Kalo om kasih banyak, nanti Yuvin susah bawa pulangnya. Tambahan dagingnya nanti om kirimin langsung ke rumah Yuvin, oke?"
Yuvin melompat kegirangan, "Hore, makasih om! Yuvin pulang dulu ya om!" girangnya lalu pulang membawa kotak itu dengan kesusahan. Pria yang memberi daging tadi tersenyum kecil melihat keponakannya itu.
Di perjalanan pulang, Yuvin bernyanyi kecil. Walaupun ia kesusahan membawa kotak yang hampir sebesar badannya, tapi ia senang karena ia berhasil membawa daging untuk makanan keluarganya.
Tak sengaja Yuvin melihat ke sisi kanannya, tepatnya di bawah pohon apel yang daunnya mulai mengering karena musim gugur. Seorang anak laki-laki tengah duduk sambil menelungkupkan wajahnya ke lipatan kakinya. Yuvin membawa kakinya mendekati anak laki-laki itu.
Yuvin meletakkan kotaknya di samping si anak yang sedang menangis sebelum menepuk pundak anak itu, "Hei? Kamu kok nangis?" Bocah di depannya hanya menggeleng tanpa menjawab apapun.
Yuvin merangsek duduk di sebelah anak itu, "Mainan kamu diambil sama orang ya?" Anak itu menggeleng lagi.
"Kamu dimusuhin sama temen kamu?" Menggeleng.
"Mainan kamu hilang?" Menggeleng.
Yuvin kehabisan ide. "Terus kenapa dong?"
Ada keheningan yang cukup lama sebelum anak itu menggumam, "Orang tua aku.."
Yuvin melihat anak itu mulai mengangkat wajahnya. Dan saat terangkat sepenuhnya, Yuvin melihat pipi anak itu sudah basah oleh air mata. Yuvin mengambil sapu tangan yang ada di sakunya lalu mengelap pipi anak yang masih menangis sesegukan itu.
"Orang tua aku berantem lagi." lirih anak itu.
Yuvin membulatkan matanya, "Loh, sama dong, orang tua aku juga lagi berantem."
Anak itu melirik ke arah Yuvin, "Tapi kok kamu gak nangis?"
Yuvin melihat ke atas sejenak lalu menjawab, "Hm, gatau. Mungkin karena aku gak ngerti kenapa mereka berantem."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Road of Life | Yuvin x Yohan
FanfictionIni kisah tentang dua pemuda yang mempunyai roda kehidupan yang tidak pernah selaras. Yohan si pem-'bully', versus Yuvin si di-"bully". Dibalik image umum itu, tersimpan segudang rahasia yang berbanding terbalik. | contain of boys love, harsh words...