Ex

947 35 2
                                    

"Hello"

Satu kata dari orang di seberang sana yang sukses membuat Anjani merindukan laki-laki itu, sosok dari masa lalu saat masih SMA. Kenangan demi kenangan pun terlintas di benak Anjani.

Seolah dinding pertahanan Anjani runtuh seketika mendengar satu kalimat sapaan dari orang tersebut.

Jujur.. Anjani masih sering merindukan laki-laki itu. Hidup Anjani makin tidak tenang saat sudah bertemu dengan Najid, Anjani takut ia akan kembali mengingat masa lalu setiap waktu.

"S-siapa ya?" tanya Anjani yang gugup. Padahal Anjani tahu betul siapa laki-laki itu.

"Aku" jawabnya.

"Maaf, jika ti-tidak berkepentingan mohon untuk tidak menghubungi saya lagi" ucap Anjani sambil bernada lesu saat mengucap kata -Lagi.

"Kamu tau bagaimana perasaan aku saat lihat kamu menikah dengan Albar?"

Anjani terdiam, ralatt -Anjani menangis dalam diam.

"Aku tidak tau sampai kapan perasaan ini terus tumbuh, terus bergemuruh, rasa yang tak pernah luluh"

"Najid" lirih Anjani.

"Jika emosiku tak bisa ku redam, kumohon hilangkan dan rasa yang tak pantas ku miliki dengan arti semoga aku bisa melepasnya dengan yang lebih baik lagi."

"Cukup..  Cukup Najid" ucap Anjani di sela isak tangisnya "Kita gak boleh egois, kita udah punya kehidupan masing-masing, kita juga udah punya anak jadi gak boleh ungkit lagi tentang masa lalu kita" smabungnya.

"Apa kamu sudah benar-benar mencintai dia?" tanya Najid dengan sejuta rasa sakit di dadanya.

Anjani tak tahu ia harus menjawab apa, ia masih mempunyai sebuah ruang kecil di hatinya untuk Najid, yang masih belum bisa ditempati oleh Albar. Meski begitu, Anjani sudah mempunyai ikatan dengan Albar, dan sudah mempunyai Aretha.

Dengan bibir yang gemetar dan jari telunjuk berada di antara gigi atas dan bawah, Anjani menjawab pertanyaan dari Najid.

"Iya"

Jawaban tersebut sukses membuat semua harapan Najid remuk, hilang, sirna bersama dengan air mata Najid yang jatuh ke lantai.

"Kamu benar-benar mencintai dia?"

"Iya, saya sudah sangat mencintai dia, saya sudah sangat menyayangi dia, dan saya tidak mau menyakiti dia dengan terus berkomunikasi dengan anda"

Najid tersenyum disana, Najid tersenyum sambil menitikan air mata.
Memang tak seharusnya ia masih menyimpan sebuah harapan untuk sesuatu yang tidak ditakdirkan untuk dirinya.

Seharusnya ia sadar, ia harus melupakan sosok itu sejak dulu, dan memutuskan untuk berbahagia bersama orang yang baru.

"Terimakasih" ucap Najid, dan ia pun langsung mematikan sambungan teleponnya.

Najid tidak sadar, sedari tadi Angel sudah ada di balik pintu mendengarkan semua percakapan mereka. Awalnya Angel berniat untuk masuk kedalam kamar karena ingin mengambil ponselnya yang berada di atas meja, namun sebuah kenyataan pahit mendatangi Angel.

Angel terus mendengarkan kata-kata yang keluar dari mulut Najid kepada Anjani.

Tak seharusnya aku cemburu dengan masa lalumu... Batin Angel.

"Aduhh, ponsel aku dimana ya.. kamu lihat gak , Yang?" tanya Angel yang bersikap seolah baru memasuki kamar dengan menyembunyikan raut muka sedihnya.

Najid yang sedang duduk di atas kasur pun langsung terkejut dengan kedatangan Angel yang mendadak. Ia langsung menghapus bekas air mata di pipinya.

"Tadi kamu simpan dimana?" ucap Najid.

Together With You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang