Author's POV
"Soo.."
"Diam! Aku tidak butuh kalimat sampah bahwa semua akan baik-baik saja" ucap wanita itu dengan bahu bergetar.
"K-kau tau bukan bahwa aku-"
"APA?! kau ingin bilang bahwa kau tak bisa membiarkan aku mati? Tapi kau bisa membiarkan aku membeku diambang hidup dan mati seperti ini?!"
Taehyung terdiam. Ia tau betul bahwa Sooyoung tidak akan semudah itu menerima bahwa ia telah berubah. Ia tau betul bahwa Sooyoung benci menjadi seperti dirinya. Menjadi pembunuh berdarah dingin.
Sooyoung pun mulai beranjak berdiri dan berjalan pelan menuju hutan gelap.
"Soo, kau hendak kemana?" Tanya Taehyung sembari mengikutinya dengan langkah kecil.
Sooyoung hanya diam. Ia kehilangan rasa, kehilangan kemampuan untuk merasa, dan kehilangan keinginan untuk memiliki perasaan.
"Kembalilah, kita akan bicarakan ini dengan baik-baik dengan yang lainnya" bujuk Taehyung sambil menahan Sooyoung dengan menarik lengan wanita itu.
Sooyoung berbalik perlahan. memperlihatkan manik matanya yang sudah berubah serta wajahnya yang kian pucat.
"Aku ingin pulang, aku ingin kembali sebelum semuanya menjadi seperti ini. Sebelum aku seperti ini, sebelum kau menghilang pergi. Aku ingin kembali ke masa dimana semua baik-baik saja. Dimana aku dan kau masih menjadi manusia naif yang selalu bersama" ucap Sooyoung dengan mata sendunya.
Taehyung segera mendekap wanita itu dalam pelukannya. Berusaha mengambil semua beban yang Sooyoung rasa. Berusaha meng-amin-kan semua ucapan Sooyoung walau ia tau hingga dunia ini hancur pun, itu tidak akan pernah terkabul.
Tapi, setidaknya mulai sekarang Taehyung berjanji tidak akan membiarkan Sooyoung merasakan itu sendiri. Karena ia tau, mulai sekarang ia dan Sooyoung akan selalu bersama maka sekecil apapun rasa marah, kesal dan sedih ia pun harus merasakan itu semua.
Karena mereka adalah bagian tak terpisahkan yang bahkan membuat iri ranting dan dahan pohon yang tumbuh bersama.
------------------
Taehyung's POVJimin segera menghampiri Sooyoung setelah aku berhasil membujuknya untuk kembali.
"Aku tau bahwa semua terasa sulit Soo. Aku sudah pernah mengalaminya. Maaf jika karena aku, kau jadi seperti ini. Tapi, tolong jangan lari seperti tadi oke?" ucap Jimin dengan wajah khawatirnya. Sooyoung hanya tersenyum tipis dan mengangguk.
"Sooyoung Eonnie?" Yeri yang sedari tadi menahan dirinya, akhirnya berani untuk memanggil Sooyoung.
Sooyoung tersenyum sambil mengangguk mantap pada Yeri, memberi tau bahwa ia tidak akan lari dari kenyataan lagi.
"Ehm, permisi?" Nathalie tiba-tiba datang dengan wajah canggung miliknya.
"Kenapa Nath?" tanya Jin yang sedang duduk dengan wajah nelangsa miliknya.
"Nathaniel ingin berbicara dengan kalian semua. Aku rasa ini tentang kalian yang masih tinggal disini" ucap Nathalie takut-takut.
"Dimana dia?" Jin sekarang sudah berdiri sambil membenarkan rambutnya.
"Hm, dia ada di sungai dekat jalan masuk kehutan. Aku permisi" Nathalie pun segera pergi setelah tersenyum sopan kepada kami semua.
"Kau menemuinya sendirian?" tanyaku saat melihat Jin tergesa-gesa seperti tidak ingin diikuti.
"Iya, kalian tetaplah disini oke?" ucap Jin dengan wajah meyakinkannya.
"Aku ikut" ucap Yoongi tiba-tiba. Ia pun sudah berdiri dan melangkah mendahului Jin.
"Aku juga kalau begitu" susul Jimin.
"Kau mau ikut juga?" tanyaku pada Jungkook yang hanya diam melihat mereka bertiga pergi.
Jungkook menggeleng pelan lalu masuk kedalam kamarnya.
"Kau diam disini saja bersama Yeri dan Jungkook ya? aku akan menyusul mereka bertiga" ucapku pada Sooyoung sambil mengelus rambutnya pelan.
"Jangan berkelahi disana hm? Aku tidak ada untuk melerainya" Sooyoung tersenyum sambil menempatkan tangannya diatas tanganku yang sekarang berada dipipinya.
"Tidak akan" ucapku lantas pergi setelah mengecup kening Sooyoung pelan.
--------------
Jin's POV
Nathaniel dengan duduk disalah satu batu sungai saat kami tiba.
"Kami akan segera pergi dari sini, kau tak perlu khawatir" ucapku tanpa basa-basi.
Nathaniel menoleh. "Ah, kalian sudah datang?" ucapnya sembari berdiri dan melangkah mendekati kami.
"Tapi beri kami dua hari lagi" ucapku lagi tanpa menghiraukan basa-basi miliknya.
"Jangan terlalu buru-buru Jin. Kalian dapat tinggal disini selama yang kalian mau" ucapnya dengan senyum andalannya.
"Aku kira kau memanggil kami untuk membicarakan tentang kami yang masih menetap disini" sekarang Jimin yang berbicara.
"Tidak juga. Aku hanya ingin memberi tau kalian bahwa kemarin salah satu anak buahku melihat, ah siapa nama gadis yang kabur itu?"
"Wendy?!"
"Sabar Yoongi" ucapku sambil menahan lengannya.
"Ah, iya Wendy. Anak buahku melihatnya. Tapi.."
"...ia sudah bergabung dengan Marcus dan yang lainnya"
"Kau bercanda?" Yoongi tertawa pelan. sambil berjalan perlahan menghampiri Nathaniel.
"Wendy bahkan sangat membenci lelaki itu. Dan kau bilang bahwa sekarang mereka bersekutu? Tidak mungkin" ucap Yoongi yakin.
"Terserah kalian ingin percaya atau tidak. Aku sudah memberi tau yang sebenarnya. Sebaiknya kalian berhati-hati. Dan kalau bisa segera tarik kembali gadis itu bersama kalian. Marcus pasti memiliki rencana buruk untuk gadis itu" ucap Nathaniel sambil menatap kami satu per satu lantas pergi.
"Dimana anak buahmu melihatnya Nathan?" ucapku setengah berteriak sebelum Nathaniel pergi terlalu jauh.
"Ikuti saja sungai ini hingga ke hilirnya. Kalian akan menemukan sebuah rumah tua, disanalah mereka bersembunyi sekarang" ucap Nathaniel sambil berjalan menjauh.
Yoongi mendengus pelan dan hendak segera berlari untuk menemukan rumah yang Nathaniel biacarakan.
"Jangan gegabah Yoongi. Kita tidak tau ada apa disana" ucapku sembari menahan lengannya agar ia tidak berlari.
"Tapi-"
"Ayo kembali" ucapku tanpa melepaskan peganganku pada lengannya.
Sekarang bukan waktu yang tepat untuk bertindak nekat.
--------------
dabel apdet kan akuuuu. karena aku mau ngasi tau dikit gmn joy pas udh berubah wkwkwk. dan akhirnya aku menemukan semangat baru buat nulis yeay.
vote n comment juseyoooooo
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember Who We Are (BTS x RV)
Vampir[Private Acak] -When We Were Together- Mengapa semua menjadi kacau? Kita yang dulu saling berbagi tawa, tapi sekarang tak lagi saling menatap. Kau menghilang. Bagai bayangan saat malam gelap yang tak lagi terlihat. Aku tau, aku lah peny...