Selesai mandi, baru sempat membuka ponsel, pertama jelas pesan dari Mas Gayuh yang sejak tadi mengirim banyak gambar bergerak. Begitulah kerjaannya jika pesannya tak kunjung mendapatkan balasan. Itu bisa sampai 110 lebih pesan yang kuterima, isinya hanya gambar bergerak. Maka, yang aku lakukan jelas membalas pesannya terlebih dahulu, sambil mengeringkan rambut dengan handuk warna pink. Menjelaskan ini itu yang terjadi tadi kecuali tentang aku tidur di bahu Apta. Bisa terjadi perang kedua.
Selanjutnya beralih pada pesan singkat dari Apta, dia bilang terima kasih untuk jas hujannya, benar daerah utara, jalanan ke arah rumah di Mojogedang hujan. Aku hanya membalasnya singkat saja, lantas aku gagal fokus pada pemberitahuan Instagram yang banyak sekali. Mulai dari pesan hingga komentar.
"Bodo amat," gumamku melangkah pergi ke kamar mandi.
Usai mandi pun aku tak memegang ponsel. Mas Gayuh? Tadi dia sudah bilang akan sibuk hingga besok subuh. Tidak menjelaskan apapun pula, hanya bilang tidak bisa menghubungi. Jadi aku gunakan waktu untuk menikmati Qtime bersama keluarga.
"Mbak," bisik adikku di belakang Mama.
"Apa?"
"Tadi ngelatih ketiduran ya?"
"Kok tahu?"
"Temen-temenku pada gempar, nanyain kok Dara Laksmi Sasmita makin lama makin mirip sama aku."
"Lha wong mbaknya, ya mirip," sahutku santai.
"Eh, Oneng Markoneng! Mereka itu belum tahu, Mbak. Kalau sampai tahu, ya gimana lah, aku pula nanti yang kena marah. Mereka itu penggemar garis keras, lebih keras dari garis polisi, Apta Mania Mantap."
Jika dipikir memang iya, jika teman-teman adikku tahu siapa aku, pasti adikku juga yang akan jadi perantara semua omongan tidak enak. Setelah dari GOR kemarin saja kudengar ada beberapa komentar pedas lewat adik-adik yang lain.
"Suruh si Mas Apta hapus instagram stories-nya lah, Mbak!"
"Eh, itu mah suka-suka Apta sih, Dik."
"Ya, tapi ada Mbak di sana ishhh!"
Aku mengangkat kedua alisku. "Instagram stories apa memangnya?"
"Lah, ah, cek sana!"
Berlari kecil ke kamar, tidak langsung membuka Instagram karena grup Patriakara khusus pasukan denganku saja, sangat ramai. Mungkin ada informasi penting yang belum aku ketahui, jadi ke grup dulu dibandingkan penasaran dengan instagram stories. Memang aku ini kalau sudah tentang pasukan sedikit sulit menjauh. Ternyata Risa yang membuat gaduh dengan meminta Apta segera menghapus instagram stories miliknya dan juga memintaku untuk segera membalas pesan-pesan dari penggemar Apta. Kata Risa, banyak penggemar Apta yang marah-marah padanya.
Aku langsung membuka Instagram. Sayangnya, baru loading saja Apta sudah menelpon lebih dulu. "Halo, Apta kamu bikin instagram stories apa? Kok pada gempar?"
"Nggak usah dibuka dan nggak usah dibalas, Mbak," katanya begitu tegas.
"Lah, ini adikku bilang temen-temennya mulai gempar, terus anak-anak di grup juga gempar kaya gitu. Ishhh, matikan lah tak lihat dulu instagram stories-mu!"
"Eh, Mbak. Jangan, Mbak. Biarin aja, itung-itung bantu aku lah, Mbak. Penggemar semakin ngeri, risih, siapa tahu dengan begitu makin banyak yang mundur dan nggak deketin aku lagi. Mohon bantuannya, Mbak," ujarnya dengan nada yang memelas.
Jujur, siapapun dari adik-adik setiap permintaannya tidak mudah kutolak. Mereka minta apa, minta bantuan apa, bilang apa, 99% kulakukan. Toh, ini juga soal Apta, kasihan kalau dia yang risih ini terus menerus dikejar-kejar penggemar fanatiknya. Sebelumnya pun aku sudah mendengar banyak, Risa bahkan pernah jadi korban penggemar garis keras Apta semasa masih kelas X.
KAMU SEDANG MEMBACA
Topi Lusuh [Telah Terbit]
Romance"Masih ingat topi ini?" tanyamu ketika bertemu lagi setelah sekian lama. "Ha ha ha, topi lusuh semacam ini buat apa? Ishhh sudah jadi tentara juga, pakai lah topi Raidermu itu atau topi Kostradmu," tawaku menepuk lengan kirinya. "Topi lusuh ini saks...