Ch. 3 : Penjualan Budak

49 2 0
                                    

Pagi setelah itu aku terbangun. Meski sebenarnya pagi dan malam di dalam sini sama saja.

Aku terbangun oleh ketukan besi sang mendengung diseluruh ruangan. Ini adalah saat makan. Setiap pagi kami para budak diberi jatah makan untuk satu hari. Seperti yang ku ceritakan sebelumnya makanan ini hanyalah sampah.

Sambil menahan rasa luar biasa ini aku memaksakan diri untuk memakannya. Untungnya lidahku sudah terbiasa dengan kondisi ini, membuatku lebih baik daripada pertama kali memakannya.

Terlihat Yulia juga memakan jatahnya, sepertinya Dia tidak mengeluh sama sekali.

Mungkin ini karena sudah selama 6 bulan.

"wah, akhirnya habis juga"

Aku menaruh mangkok ku keras ketanah.

Perasaan setelah makan tersebut bukan karena puas atau kenyang. Tetapi perasaan bebas karena sudah menghabiskan benda menjijikkan tersebut juga berhasil hidup setelahnya.

Waktu tidak berjalan cepat tetapi, ada 2 orang yang masuk lagi kedalam ruangan ini. Sebelumya belum pernah ada kunjungan sesaat setelah makan. Tapi hari ini terjadi. Aku sempat penasaran, apakah kali ini kami mendapat asupan yang lebih manusiawi.

Aku memandang mereka sejak mereka turun kesini. Bagaimanapun aku selalu memandang tajam setiap orang yang masuk kesini tidak terkecuali. Hal itu seperti hiburan tersendiri bagiku. Sebab, aku merasa bisa memandang orang tanpa dosa dan mereka tidak bisa membalasku. Yah, meski aslinya mereka tetap memandang jijik terhadapku.

Entah mengapa aku seperti senang menjalani hidup seperti ini.

Kedua pria tersebut mendekat. Dia lalu berhenti didepan selku dan memandang kami sejenak.

"apa yang ini?" ucap salah satu pria itu.

"ya, tidak salah lagi" jawab temannya.

Mereka lalu membuka pintu sel kami.

Aku tidak tau apa yang akan mereka lakukan, mungkinkah akan memberi ku makanan. Tapi yang ku lihat dia tidak membawa ember atau apapun.

{info :makanan disini dibawa menggunakan ember besi yang bisa menampung cukup banyak makanan dalam sekali bawa. Sedang para budak memiliki masing masing satu mangkok kayu}

Salah satu dari mereka mendekatiku, aku masih heran apa yang akan mereka lalukan.

Cekrek,

Mereka membuka kunci yang menghubungkan rantai kami dengan dinding.

Rantai kami dilepas.

Mereka membawaku dan Yulia menuju keluar sel. Sebagai budak kami hanya bisa menurut. Melawan hanya tindakan bodoh, karena kemungkinan lolos hanya mustahil.

Jika dalam Anime fantasi yang kutonton, setiap budak pasti diberi mantra pengekang agar Dia tidak bisa melawan.

Kami berdua berjalan sambil tertunduk, terlihat tidak memiliki semangat hidup.

Sementara itu aku melihat wajah Yulia terlihat suram dan gelap. Aku berfikir pasti kami dibeli, tapi oleh siapa.

Kami berjalan pelan melewati beberapa sel disekitar lorong dan naik menuju atas toko. Orang yang membawa kami bisa ku anggap penjaga. Penjaga itu memegang rantai kami di belakang.

Di toko kami melihat sang pemilik sedang menghitung uang dimejanya. Aku rasa itu adalah uang dari hasil menjual kami.

Harusnya kami yang mendapat uang itu lepaskan kami!!!. Aku harap bisa mengatakannya.

Indah Gemerlapnya Dunia Baru : LiberzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang