Ch. 16 : Harimau atau kucing, danau atau lautan

31 0 2
                                    

Fajar telah memanggil ku... Itu membuatku bangun, namun ternyata yang memanggilku bukanlah fajar tetapi Surya yang telah naik tiga per empat siang.

Aku bangun kesiangan ternyata...

Hoammm....

Aku membuka mulutku selebar mungkin, mengeluarkan uap dengan bau yang sangat tidak sedap. Perlu diketahui sikat gigi belum ditemukan di zaman ini... Jadi aku hanya menggunakan jari untuk membersihkan mulutku... Tidak ada yang namanya pengharum nafas, juga aku belum menemukan pohon siwak atau sejenisnya. Yah aku harap pohon semacam itu ada di dunia ini.

Cukup dengan itu, apa kalian ingin tau apa yang membuatku kesiangan. Yah, ini prihal tadi malam dimana aku terlalu bersemangat mencari tumbuhan. Juga masalah mahluk ini. Oh dia ada di atas perutku ternyata.

Hai sobat kecil...

Aku mengelus mahluk tersebut.

Awalnya aku tidak tau apa dia, rupanya seperti harimau namun dia sebesar kucing. Apakah dia kucing jadi jadian atau anak harimau. Jika dilihat dari motif belangnya mungkin dia adalah harimau Sumatra. Yah aku memang belum bertemu dengan harimau Sumatra sebelumnya, tapi yah. Anggap saja ini untuk memudahkan.

Kucing ini memiliki bulu oranye mengkilap dengan beberapa belang di ekor hingga lehernya. Tubuh sebelah bawahnya berwarna putih lembut, seperti awan disiang hari. Matanya memantulkan cahaya matahari sekilas dengan bulatan hijau ditengahnya. Pupil nya berbentuk garis vertikal menghubungkan bagian atas dan bawah dari matanya.

Dia membuka mulutnya, sepertinya dia juga masih mengantuk.

"Hehe... Apa kau lapar?"

Yah, padahal dia menguap tapi aku malah bertanya masalah perut. Mungkin aku hanya bertanya kepada diriku sendiri.

Jujur perutku kosong.

Aku sangat lapar.

Aku berdiri dan langsung berjalan menuju sungai.

Aku melihat sejenak asap yang keluar dari bekas perapian ku tadi malam. Kini masih berasap namun sudah tidak ada bara yang menyala disana.

Huff, aku rasa aku harus membuatnya lagi... Tapi itu merepotkan.

Membuat api disini tidak semudah menggesek korek api. Aku harus menggesek batu beberapa puluh kali untuk menghasilkan percikan api. Untuk membuat daun menyala aku membutuhkan beberapa puluh lainnya.

Lagi pula aku akan meneruskan perjalanan. Aku tidak ingin membuang waktu berjam-jam hanya untuk beberapa menit.

Tapi yah... Itu sudah terlanjur aku juga sangat lapar.

Apakah jebakan ku tadi malam berhasil?

Tadi malam aku membuat jebakan ikan disamping sungai. Aku sering mencari ikan di telaga dekat rumahku, kadang aku memancing kadang juga membuat jebakan. Teknik ini diajarkan oleh ayahku. Yah itu hanyalah jebakan sederhana dimana ikan akan masuk dan tidak dapat keluar lagi. Jebakan itu hanya terbuat dari tanah liat, yah kalian bisa melihatnya di YouTube. Jebakan tersebut digunakan oleh orang cina, dan dengan mudah mengumpulkan banyak ikan.

Ohh, aku mulai mendengar aliran sungai.

Aku mulai mengecek jebakan tersebut yang seluas satu lengan kaki satu lengan dan kedalaman juga satu lengan.

Hmm, aku tidak melihat cipratan apapun.

Aku menarik nafas dalam... Dan berencana mengeluarkannya bersama beban yang hinggap dipundak ku.

Tapi aku berhenti sebelum itu...

Aku melihat sesuatu benda seperti selang, tidak ular?

Aku mencoba menangkapnya, semoga saja bukan ular. Aku membalut tanganku dengan kain sebelum menangkapnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Indah Gemerlapnya Dunia Baru : LiberzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang