Chapter 10

1.9K 56 0
                                    

!Caution: This chapter contents some dirty scenes, if you're under 17 please be a wise reader.

still flashback

Harry's POV

Aku mendorong tubuh Taylor ke dinding di dekat pintu apartment miliknya yang dengan secepat kilat aku tutup secara paksa akibat nafsu yang telah memuncakiku.

Ia melingkarkan tangannya di sekeliling leherku sementara aku sibuk meremas gundukan di balik hotpants yang ia kenakan sambil terus menciumi bibir merah yang terlapisi oleh lipstik itu dengan ganas dan liar.

Ternyata aku benar-benar merindukan permainannya.

Ia diam saja, tidak memberi reaksi apapun, namun aku tahu benar dia juga menikmatinya karena ia tidak menolak setiap serangan-serangan yang kujejalkan kepadanya.

Sedikit kesal karena ia tidak membalas ciumanku, aku mengigit bibir bawahnya dan membuatnya sedikit meringis sebelum akhirnya tersenyum nakal dan membalas panggutanku tak kalah liarnya.

Aku mengangkat tubuh jenjangnya semakin merapat ke dinding lalu mulai menyusuri bagian leher indahnya. Ia mulai mendesah pelan dan semakin membuatku termotivasi untuk melakukan hal yang lebih jauh

Taylor memulai aksinya. Ia mulai dengan melucuti pakaian milikku lalu melemparnya ke sembarang arah dan menggerayangi tubuhku dengan jemari lentiknya tak lupa ciuman panas yang membuatku semakin menggairahkanku.

Semakin lama ciuman itu semakin memanas dan sesuatu di bawah sana sudah benar-benar untuk mendapatkan apa yang sangat diinginkannya.

Taylor mendorong tubuhku dengan cukup kuat, membuat aku yang tidak siap menerima dorongan tersebut terhuyung ke belakang dan menabrak sofa yang tidak aku ingat kapan berada di sana. Aku terjatuh dengan posisi tidur terlentang di atas sofa dan tanpa sadar, Taylor telah berada di atas tubuhku.

Terlihat sekali bahwa dialah yang mulai agresif di sini.

Ia kembali melanjutkan permainan panggutannya. Sementara aku dengan senang hati membalasnya tak kalah liar dan penuh nafsu.

Ia mengubah posisinya menjadi duduk. Menarik resleting jeansku lalu melepaskannya. Aku juga melakukan hal yang sama pada kemeja dan hotpants yang ia kenakan.

Akhirnya semua hasrat yang telah terpendam cukup lama dapat terlampiaskan. Walaupun aku juga menyewa Ally.

Ally?

Ya ampun, bagaimana mungkin aku melupakan gadis itu?

Entah dorongan dari mana, aku menghentikan permainan liarku dengan Taylor dan mendorongnya dari atas tubuhku.

Aku bahkan tidak tahu mengapa bisa nama gadis itu terlintas di dalam kepalaku.

Tak lama aku berdiri dari sofa lalu memakai kembali jeansku yang berserakan beberapa meter dari sofa dan berpamitan kepada Taylor bahwa aku harus pergi.

Namun Taylor menahan tanganku dan menatapku dengan tatapan 'kumohon-beri-aku-itu-sekarang' membuatku mengurungkan niat untuk beranjak dari apartment miliknya.

Aku kembali ke sofa dan duduk di sampingnya yang tanpa mengenakan sehelai benang pun itu dan tersenyum.

Senyum penuh nafsu, mungkin.

Aku kembali membuka jeansku dengan cepat dan mengangkat tubuh Taylor lalu memberikan apa yang dia--juga aku inginkan.

Aku menggendong tubuhnya dengan kedua kaki jenjangnya mengapit pinggangku lalu membawanya ke kamar dan melanjutkan permainan kami yang di penuhi desahan Taylor yang menjadi sebuah keindahan di telingaku.

Dan aku tidak dapat mengingat lagi hal apa yang sempat mengentikanku menggerayangi tubuh Taylor tadi. Yang ada hanya birahi terpendam yang sekarang telah terlampiaskan hingga aku dan Taylor sama-sama terbaring lemas tak bertenaga.

What a best night!

--flashback off

                         *****

Louis' POV

Aku cukup senang mengetahui Taylor menyempatkan waktu liburnya untuk mengunjungi Harry.

Well, setidaknya aku tidak harus melihat Harry bersama gadis pirang itu. Dan aku tahu pasti apa yang sedang Harry dan Taylor lakukan sekarang.

Ya ampun, sekarang aku merasa sangat merindukan Eleanor. Andai saja ia ada di sini, berbaring bersamaku. Bukan di Manchester, bermesraan dengan buku-buku tebal yang sudah usang.

Tapi tak apa. Toh sebentar lagi ia akan selalu berada di sisiku setelah lulus dari kuliahnya akhir musim panas ini.

Lamunanku terbuyarkan oleh deringan handphone.

Ah, ternyata handphone milikku.

Kuraih benda tipis berwarna silver itu dari nakas lalu dengan cepat menekan 'answer button' dan mendekatkannya ke telingaku

Betapa aku berharap bahwa itu adalah.......

"Hallo, Louis?" terdengar suara lembut perempuan yang sangat familiar dari ujung telepon.

HOLLAAAAA!!! HI AYEM BEKKKKK!! MISS ME?OKESIP MAAP BANGET YAK UDAH DI GANTUNGIN SAMA CERITA INI CUKUP LAMA. WELL, INI SEMUA KARENA LAGI SIBUK-SIBUKNYA MENJALIN HUBUNGAN YANG RUMIT DENGAN KURTILAS*oke gue alay* BUT NOW HERE I AM AND FINALLY I CAN UPDATE THIS STUPID STORY(bodo amat deh ada yg baca apa engga) SEMOGA MAKIN SABAR NUNGGU DAN MAKIN SERING NGEVOTE YAWWW!;*<3456

OKE INI KEPANJANGAN I GOTTA GO, LOVES BUBBAYYY!*smooch*

-Harry's

My Lovely BitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang