بِسْــــــــــــــمِ اللهِ
"Aku bukan lelaki pengecut yang meninggalkan wanitanya dengan sengaja. Dan aku juga bukan penghianat yang selalu menyakitimu. Tetapi, aku imam mu yang menjagamu dan menyayangimu hingga akhir hayatku."
^^^
Author POV.
Mata bulat Fardan melihat sosok perempuan yang tak asing lagi dimatanya. Ia melihat wanita itu mendekatinya, wanita itu hendak berbalik ke mobilnya. Tetapi, ia memutuskan niatnya itu dan kembali mendekat. Wanita itu diam tidak bergerak seperti patung.
Ternyata, wanita itu masih cantik seperti dulu. Matanya yang indah, senyumnya yang menampakkan lesung pipinya sehingga membuatnya semakin manis.
"Aisyah," lirih Farja.
Fardan yang sedari tadi memukulnya itu berhenti, ketika Farja menyebutkan nama Aisyah. Fardan membalikkan tubuhnya. Benar apa yang dikatakan Farja, itu Aisyah.
"Aisyah, akhirnya kita bertemu kembali," ucap Farja sembari tersenyum.
"Kaa-mm-uu," gugup Aisyah.
"Iya ini aku Aisyah, pacar kam," belum sempat melanjutkan omongannya Aisyah memotongnya dengan cepat.
"Maaf Farja. Itu hanya dulu," elak Aisyah.
Farja menatap sendu mata Aisyah yang melihat ke arah lain, "Aku minta maaf Aisyah, aku gk bermaksud apa-apa waktu itu. Aku benar-benar menyayangimu Aisyah."
"Apa kamu bilang? Kamu sayang sama aku? Apa aku gak salah dengar? Bull shit! Aku gak bodoh Ja! Aku emang manusia biasa dan bodohnya aku mau menerima kamu sebagai pacar aku, yang jelas-jelas Allah ngelarang hambanya untuk ngelakuin hal itu Ja. Kalau kamu emang sayang sama aku, gak mungkin kamu ngerusak harga diri aku dan juga kehormatan aku!" Aisyah pun berlari menjauh dari Farja dan juga Fardan. Ia tidak peduli Farja berteriak memanggil namanya. Hatinya sesak. Memori yang lama, yang ia kubur dalam-dalam, bersusah payah melupakan kenangan itu dan dengan cepat kembali lagi.
Ya Allah, sungguh hati hamba sakit. Maafkan hamba yang berdosa ini ya Allah.
"Jalan pak cepet," perintah Aisyah.
Farja mencoba mengejar mobil Aisyah, tapi mau bagaimana lagi ia tidak bisa bergerak cepat. Aisyah yang melihatnya dari kaca spion pun meneteskan air mata yang sedari tadi ia bendung. Ia menangis sejadi-jadinya. Tidak peduli dengan tatapan Pak Tono yang sedari tadi melihatnya menangis.
"Neng Aisyah teh kenapa? Kok nangis gitu?" tanya Pak Tono dari kaca tengah mobil.
"Gpp Pak!"
"Udah atuh neng jangan nangis gitu nanti cantiknya ilang," gurau Pak Tono.
Aisyah yang mendengarnya pun hanya tersenyum simpul. Hatinya benar-benar sakit. Hari ini benar-benar hancur untuknya. Dan yang ia inginkan sekarang adalah pergi tidur untuk menenangkan dirinya.
♡♡♡
Ali Pov.
"Kaa-mm-uu," gugupnya.
"Iya ini aku Aisyah, pacar kam," belum sempat melanjutkan omongannya Aisyah memotongnya dengan cepat.
"Maaf Farja. Itu hanya dulu," elak Aisyah.
"Aku minta maaf Aisyah, aku gk bermaksud apa-apa waktu itu. Aku benar-benar menyayangimu Aisyah."
Aku mengusap wajahku dengan kasar. Apa yang aku lihat di depan kompleks itu benar-benar membuatku tidak karuan. Bayang-bayang Aisyah dengan lelaki itu terus berputar di kepalanya. Aku sudah memendam perasaan ini sangat lama. Sebelum Ummiku memberitahu pun aku sudah menyukai wanita itu.
Ya. Sekarang aku harus melamarnya! Harus! Aku tidak akan membiarkan Aisyah menjadi milik orang lain. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini aku akan melamarnya sebelum lelaki itu melamar Aisyah. Aku akan memperjuangkan cintaku.
Walau umur adalah taruhannya, masalahnya, atau apapun itu aku akan tetap memperjuangkannya. Aku mencintainya. Aku mencintaimu Aisyah.
♡♡♡
Aisyah POV.
Setelah sampai dirumah, aku langsung berhamburan ke kamar. Salam pun tak aku ucapkan. Aku tidak memperdulikan seisi ruangan, aku ingin cepat tenang.
Ummi yang melihat pun bingung. Ada apa dengan anaknya itu?
"Pak Tono, Aisyah kenapa ya?" tanya Ummi ketika melihat Pak Tono yang sedang berjalan menuju ke dapur.
"Gak tau bu, tadi di mobil teh Aisyah nangis. Saya udah nanya tapi teh Aisyah bilang gpp gitu," jelas Pak Tono. "Permisi bu saya mau ke dapur," izin Pak Tono.
Ummi menganggukkan kepalanya lalu pergi ke atas untuk menemui Aisyah, ia ingin tau apa yang menyebabkan anaknya menangis seperti itu.
Terdengar ketukan pintu dari luar. Aku yakin bahwa itu adalah Ummi. Aku tidak membuka pintunya karena aku tidak ingin di ganggu untuk sementara ini.
"Aisyah?" terdengar suara seorang lelaki. Suaranya berat tetapi, lembut. Ia seperti mengenal suara ini. Tapi suara siapa?
"Aisyah, tolong buka pintunya! Saya mau bicara sama kamu," ucapnya.
Ali? Apa benar itu Ali? Kenapa dia ada disini? Untuk apa? Ya Allah kenapa dia selalu hadir di dalam hidupku?
"Pintunya tidak kunci," ucapku setelah membukakan pintu kamar.
Ali yang mendengarnya terkekeh pelan, jelas-jelas dia yang mengunci pintu tadi.
"Karena kamu yang membukanya, coba saya tidak akan pernah bisa.""Ada apa?"
"Maaf kedatangan aku disini lancang, aku cuma mau bilang sama kamu jangan pernah berharap lebih kepada orang yang belum bisa kau miliki. Tetapi, berharap lah kepada Allah niscaya dia akan membuatmu bahagia. Aisyah jangan berlarut dalam kesedihan, maaf tadi aku melihatmu dengan lelaki itu di depan komplek jalan raya," ucap Ali yang berdiri membelakangi Aisyah.
"Makasih Ali atas nasihatnya. Aku tidak berharap kepadanya. Aku mencintai orang lain, tapi entah perasaan ini angin atau sungguhan."
"Sebenarnya aku kesini untuk...," Ali pun menggantungkan omongannya.
"Untuk apa?"
"Aku kesini untuk me--," tiba-tiba saja handphone milik Ali berdering. Ia pun mengangkat telponnya.
"Aisyah maaf, aku harus pulang ada keperluan yang penting," kata Ali setelah menutup handphonenya.
"Yasudah."
"Aku pamit, salam untuk keluargamu. Laa Tahzan Innalaha ma'ana, Assalamualaikum," ucapnya seraya tersenyum dan pergi meninggalkan rumah Aisyah.
"Iya, Waalaikumussalam," jawabku ketika ia berlalu pergi.
♡♡♡
🌼Utamakan baca Al-Qur'an🌼
Vote dan baca turus yaa.
Apa doa kalian dibulan ini?

KAMU SEDANG MEMBACA
Dipertemukan, lalu dihalalkan
Teen Fiction"Sekarang keputusan ada dikamu syah, kamu pilih aku atau dia!" jawabnya dengan nada yang sedikit meninggi. Aku hanya diam tidak bisa berkata apa-apa. Entah kenapa lidahku kelu untuk mengatakannya. Aku memilihmu, bukan dia. Aku hanya ingin dirimu. Ki...