Ar-Rahman

124 11 2
                                    

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ

"Percayalah bahwa semua sudah ada yang menganturnya. Cukup cintai dia dalam diammu. Tidak perlu diumbar rasa cintamu ataupun diucapkan. Labuhkan saja namanya dalam setiap doamu."

^^^

Saat belajar aku benar-benar tidak fokus. Entah kemana pikiranku saat ini, aku terus saja memikirkan sosok lelaki muda yang bernama ali itu. Pertemuan tadi benar-benar membuyarkan pikiranku. Aku jadi teringat bagaimana waktu itu ummi memperkenalkanku dengannya.

"Ini sayang kenalin ini namanya Ali Abdillah," Ummi pun memegang pundak lelaki itu.

"Hm," aku tersadar dari lamunanku, ketika tania dan azhra berdeham.

"Ngelamun aja kamu syah, kesambet aja baru tau rasa," oceh zahra.

"Siapa yang ngelamun?" bukannya menjawab aku malah balik bertanya.

"Orang tuh kalau ditanya jawab dulu, baru kasih pertanyaan lagi," ucap zahra.

"Aku gak ngelamun kalian aja kali yang salah liat," alibiku kepada mereka yang masih berdiri di depanku.

"Mikirin siapa sih?" tanya tania.

"Oh iya, yang tadi pagi kamu temuin itu siapa? Aku kok gatau? Dia calon suami kamu ya?"

Deg

Pertanyaan yang zahra lontarkan membuatku terkejut bukan main. Aku tidak karuan sampai-sampai aku terbata-bata menjelaskannya. " hmm, anu apa tuh hmm aduh gimana ya."

"Ha? Apaan si syah," gerutu tania.

"Udahlah ngomong yang lain aja," kataku mengalihkan pembicaraan.

"Kenapa si kamu zar?" tanya tania yang melihat tingkah zahra seperti kebelet pipis.

Zahra pun tanpa menjawab langsung kabur begitu saja. Mungkin benar perkataanku dia kebelet. Huh, untung saja zahra kebelet coba kalau gak abis aku diinterogasi.

        ♡♡♡        

Digerbang sekolah aku melihat ada Ali yang memakai jas dan celana hitam.

"Aisyah!" panggil Ali seraya melambaikan tangan.

Aku pun segera menghampirinya banyak pasang mata melihatiku dengan ali. Mungkin mereka terkagum melihat ketampanan ali haha.

"Maaf syah saya disuruh jemput kamu sama ummi, katanya ummi kamu ada pengajian jadinya saya disuruh jemput kamu," jelasnya yang hanya aku dengar.

"Aku sih gapapa, bukannya pak tono bisa jemput ya?"

"Pak tono nganterin zidan ke kantornya," ucapnya lagi.

Aku mendenguskan napas panjang, "gini nih kalo punya abang yang gak bisa bawa mobil," gumamku pelan tetapi masih bisa ali dengar.

"Udah gak usah dipikirin. Ayo masuk," katanya sambil membukakan pintu belakang untukku.

♡♡♡

Diperjalanan aku hanya membaca novel karya Shineeminka yang berjudul Air Mata Cinta itu. Sementara Ali, fokus menyetir mobilnya. Ali menyetel radio dan memutar murotal qur'an. Aku sempat memberhentikan bacaanku dan melihat Ali sekilas.

Dipertemukan, lalu dihalalkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang