Rumah sakit Ali

76 9 3
                                    

بِسْــــــــــــــمِ اللهِ

"Kau telah berhasil menjadi orang sukses. Kau telah berhasil membahagiakan orang tuamu. Tapi, satu lagi yang belum berhasil kau bahagiakan yaitu , Aku."

^^^

Setelah selesai makan malam, aku membantu Ummi Ali membereskan piring. Sementara Abah, Zidan, Ali, dan juga Abi Ali pergi ke ruang tamu untuk saling bicara atau bercanda gurau.

Sesekali aku melihat mereka yang sedang asik membicarakan sesuatu sehingga membuat mereka tertawa lepas. Melihat ali tertawa seperti melihat pangeran, mungkin yang melihat tawanya bisa terbang ke langit ke tujuh. Tiba-tiba saja mata kami saling bertemu.

Oh tidak, pasti dia tau kalau dari tadi aku liat diaa, batinku.

Aku pun segera memfokuskan mataku ke arah lain. Berbeda dengan Ali yang masih saja melihatiku. Aku pun langsung berpindah posisi di dekat Ummi, agar Ali tidak melihatku.

"Kamu kenapa Syah?" tanya Ummi heran.

"Hm-mm gpp," jawabku gugup.

"Syah, kamu mau ya ummi jodohkan dengan Ali?" pertanyaan yang dilontarkan ummi Ali membuat aku terdiam paku. Aku hanya berdiri seolah-olah sedang dihipnotis oleh kata-kata itu.

"Aisyah," panggil ummi lembut.

Aku pun tersadar, "eum, gimana ya ummi. Aisyah belum berfikir sejauh itu, apalagi kan Aisyah juga masih sekolah," alibiku.

"ya gpp Syah, kita langsungkan saja perjodohannya. Kalau masalah kamu masih sekolah atau gak ummi ali gak masalah yang penting kamu bisa jadi calon menantu ummi," jelasnya sementara aku hanya terdiam tidak tau harus menjawab apa.

"Ummi juga pengen sih Syah, Ali itu jadi menantu ummi," aku masih terdiam mendengar jawaban ummiku itu. Aku tau bahwa ia memang sangat menyukai Ali dan berharap bahwa aku bisa menjadi istrinya. Tetapi, aku masih bimbang.

"Hmm....Aisyah pikir-pikir dulu deh ya," mereka pun saling menatap.

"Para istri dan calon istri," kata ali sambil melihatku seperti sengaja menyebut kata-kata itu, "ada yang ingin disampaikan silahkan calon bidadari surga merapat sekarang. Tinggalkan pelaratan dapurnya, tapi jangan tinggalkan cemilannya," ali pun terkekeh sendiri dengan apa yang di ucapnya.

"Ali ali, bisa aja ya kamu," sambung ummi.

"Sejak kapan kamu ngomongnya kayak gitu? Diajarin siapa sih?" selidik ummi ali.

"Udah ummi gak usah di bahas, yang penting bahagiakan," ada jeda sedikit lalu ia berbicara lagi, "yaudah segera ya ditunggu para kaum adam hehe," katanya yang langsung berlari kecil setelah mengatakan itu.

Aku dan juga Ummi serta Ummi Ali langsung menuju ke tempat dimana kaum adam kalo kata Ali itu berada. Tak lupa juga dengan cemilan yang sudah berada di atas meja sekarang ini.

"Ada apa?" kata Ummi Ali memulai pembicaraan.

"Sebelumnya ini sudah kita bicarakan sejak tadi, bahkan kemarin-kemarin sudah Abah bicarakan bersama dengan Andra- ayahku dan juga Ali," aku yang mendengarnya pun langsung memiliki firasat aku tau apa yang mereka bicarakan ini pasti ke jalan perjodohan.

Dipertemukan, lalu dihalalkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang