Bola Basket

18 5 0
                                    

"Dra! Cepetan yuk. Gue mau mengisi daya dulu" aku terkekeh mendengar ucapan Marsel yang udah gak bener.

"Otak lu, udah gak bener! Mikir yang mesum-mesum aja yah lu! Gue bilangin Carla baru tau rasa!"
Carla itu pacarnya Marsel.

"Ehhh...! Jangan gitu dong Dra! Gue cuma bercanda. Bisa bonyok-bonyok gue, kalo sampe Carla tau. Emangnya lu gak kasian gitu. Sama gue. Gue kan temen lu" ujar Marsel.

"Gue gak kasian klo sampe lo bonyok-bonyok. Gue gak peduli. Dan gue lo bukan temen gue. Amit-amit punya temen kaya lu, mata keranjang! Bisa ketularan dah gue. Eawww, enggak lahh!."

"Lebay lu Ndra! Jijik gue liatnya!"

"Apa tadi lo bilang hah!"

"Ehhhh.., gue gak bilang apa-apa. Ndra, plisss. Jangan aduin gue ke Carla. Gue traktir lu di kantin dehh!" Aku diam tak bergeming. Kurang menarik!

"Selama seminggu! Nah gimana? Lo maukan?"

"Hemmmm...?"

"Ndra! Plisss...." Marsel memberikan puppy eyes nya. Jijik!

"Oke! Gue gak akan aduin lo sama Carla, tapi.." Marsel memotong ucapanku sebelum aku memberikan permintaan terpenting.

"Maka..," aku balas memotong perkataan Marsel.

"Ehh! Masih ada tapi! Tapi lo harus kasih pinjemin gue seragam olahraga. Gimana?".

"Yahhh! Terus nanti gue pake apa?"

"Yah, itu masalah lu!" Marsel terlihat berfikir.

"Okelah! Gue biasa suruh orang suruhan bokap gue buat beliin baju olahraga buat gue"

"Dasar orang kaya!"

"Ya iyalah! Marsel gitu. Yang ganteng, tinggi, atletis, jago main game, pacarnya Carla si Bidadari sekolah, kapten sepak bola sekolah lagi. Apa coba kekurangan gue, sampe-sampe orang kaya lu, gak mau temenan sama gue!" Marsel mengarahkan telunjuknya padaku.

"Ehh, jangan lupa. Lu itu playboy, mata keranjang, sok kegantengan, bodo, dan banyak lagi. Lagipula lo temenan sama gue cuma buat nyontek PR sama tugas doang kan lu!".

"Ehh..,! Lo kok tau sih Ndra!" aku memutar bola mataku malas. Marsel yang melihatku tersentak. Takut-takut aku marah. Aku gitulohh kalo marah gimana... Nanti dehh! Liat sendiri.

"Canda deng! Heheehe" Marsel cengengesan lebih kaya orang gila, dari pada orang kaya.

"Gue itu gak bodo, cuma gak pinter aja!"

"Yahh, itumah sama aja bego!"

"Bedalah Ndra! Bedanya.... Ehhh, sama ketang. Hehehe" aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Marsel.
Udah punya sahabat makhluk ghaib, sekarang punya temen orang gila mata keranjang. Besok apa? Siluman jadi-jadian?.

Akhirnya karna perdebatan panjang dengan Marsel. Kami jadi telat pergi ke lapangan. Tapi untungnya, gurunya gak jadi dateng.
Jadi gak di hukum untuk yang kedua kalinya dalam sehari dehh... Inituh jadi rekor! Rekor di hukum paling sedikit dalam sehari, biasannya kan lebih dari sekali gue di hukum dalam sehari heheh. Gak lucu ya? Bodo amat.

"Ganendra!" aku berbalik, mendapati Dion yang sedang meregangkan otot-ototnya. Ciee berotot.

"Appaan!" aku menghampiri Dion yang sedang berada di pinggir lapangan.

"Lo kan jago main basket, kapten tim basket sekolah juga. Gue denger adek kelas ada yang nantangin lu main basket. Cewek orangnya".

"Cantik gak orangnya! Kalo cantik gue pacarin! Canda deng" virus mata keranjang yang di sebarkan Marsel sudah menyebar, haha!

"Lahhh! Malah ngegombal. Jadi gimana lo terima tantangannya? Klo iya nanti gue panggil orangnya. Gimana?" tawar Dion.

"Emmm. Okelah! Gue terima!"

"Oke, lo tunggu dulu disini. Gue panggilin orangnya. Tapi lo jangan kabur dulu ke kelas. Jangan-jangan lo takut".

"Lahh! Gue gak akan kabur kali. Gue juga gak takut!" ucapku sewot.

"Bener nih?"

"Iya! Cepetan, keburu masuk!" Setelah itu Dion berlari ke area anak kelas 7 yang sedang bermain-main di luar kelas. Mungkin gurunya bolos.

Dion datang dengan seorang anak perempuan berjalan di belakangnya. Dia tinggi juga, mungkin hampir setinggi Dion. Dion itu tinggi, karna anak basket. Tapi anak itu juga tinggi, mungkin suka main basket juga?

"Hai, Ganendra Louis Abdullah" anak itu menyapaku, dengan nama panjangku.
Dion menatap bingung adik kelas yang di bawanya. Gak banyak orang yang tau nama panjangku. Cuna sedikit yang tau. Nayra dan Marsel. Dion aja gak tau. Tapi, kok anak ini tau? Siapa ya?.

"Kata kak Dion, kakak mau pacarin aku. Akukan cantik"
Aku menatap Dion tajam, kenapa dia mengatakan hal bodoh seperti itu! Yang di tatap malah sibuk memainkan jari tangannya, pura-pura tak melihatku yang menatapnya marah.

"Masa kak Nendra mau pacarin sepupu sendiri? Nanti aku aduin ke Tante Nirmala, biar kakak di marahin!".
Siapa ni anak? Tau nama Mamah, ngaku-ngaku sepupu aku lagi. Perasaan gak punya sepupu yang tampangnya kaya serigala gini dehh.. Siapa ya?

"Kenalin, nama aku Candra, Candra Chtana Wolfgreen" dia mengulurkan tanganya, aku balas menjabat tangannya.
Harusnya namanya tuh Candra Chatana Wolfrin, bukanya Wolfgreen. Biar cocok sama mukanya gitu, yang mirip srigala. Canda doang napa..

"Ganendra, Nendra, Ndra" balasku.

"Aku tau kok!" Tentu saja dia tau semua nama panggilanmu. Dia saja tau nama panjangmu. Dasar Ganendra bego!".

"Ya udah, kita main?" Tanyanya

Aku mengangguk, mengambil bola basker yang sedari tadi di pegang Dion.

Pokoknya mereka tuh main basket, aku gak tau detailnya gimana. Karna bukan aku yang main. Singkatnya mereka tun main basket. Seruuu banget, banyak yang liat. Karna jarang-jarang ada yang bisa hampir mendekati skor seorang Ganendra. Yang secara kapten basket sekolah.

"Lo lumayan juga mainnya"

"Ya iyalah. Kan kak Nendra yang ajarin aku main basket" Hah? Aku yang ngajarin? Masa sih...

"Lo hebat mainnya, aaa..."
Seaakan tau kesulitan Dion menyebutkan namannya. Ehhh, sejak kapan ada Dion. Main nonggol aja tuh anak.

"Chata, panggil aja Chata" ucapnya.

"Oke Chata. Gila, belum ada orang yang mampu hampir ngejar skornya Ganendra. Lo orang pertama yang melakukannya. Walaupun Ganendra tetap menangin permainan ini. Tapi tetep aja, lo hebat Chata" Dion bertepuk tangan, aku ngikut. Dion benar, anak ini hebat.
💐💐💐 Tbc













Garing? Gaje? Pendek ceritanya? Maaff, gak berpengalaman soalnya. Heheehe 😆













What Should I DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang