ARA, cewek yang mempunyai kelainan yang lumayan unik, atau bahkan sangat unik. Karena, hanya dua dari sepuluh orang yang mempunyai keunikkan seperti Ara.
Menderita heterochromia memang tak mudah bagi gadis kelas 12. Mengalami masa bully itu sudah pasti, dianggap aneh, ditatap dengan tatapan yang mengintimidasi, itu sudah menjadi hal yang wajar bagi Ara.
Ara memiliki iris yang berbeda, mata sebelah kanan berwarna biru dan sebelah kiri berwarna hijau. Dalam keluarga Ara, hanya dia dan Neneknya yang mempunyai kelainan itu. Ara bersyukur dengan itu, Ara selalu memotivasi dirinya bahwa dia adalah perempuan yang spesial. Jarang kan, ada manusia seperti Ara? Ada namun tidak banyak.
Selama di Jakarta, Ara menemukan cintanya. Cowok yang bernama Galen itu mau menerima apa adanya Ara bukan ada apanya. Ara bertemu dengan Galen sebagai teman SMA yang kemudian menjadi sepasang kekasih. Jika dengan Galen, Ara berani tanpa kacamata. Namun, jika ia akan pergi ke Mall atau ketempat publik, maka ia akan menggunakan kacamata hitamnya.
Galen : Sayang.
Ara : Iya?
Galen : Kamu jadi pindah ke Bandung?
Ara : Iya, Len. Terpaksa, Ayah aku harus mengelola perusahaan di Bandung.
Galen : Iya, sayang. Aku ngertiin kamu, kok. Jaga diri baik-baik ya? Ingat, ada aku yang nunggu kamu di sini.
Ara : Makasih, Len. Kamu juga ya, jangan ganjen sama cewek lain di sana.
Galen : Iya, Ra. Jalan yuk? Terakhir jalan sebelum kamu berangkat ke Bandung.
Ara : Oke. Aku siap-siap dulu.
Galen : Aku otw.
•••
"Mau ke mana, Ara?" tanya Vina.
"Jalan sama Galen, Ma."
"Ingat ya, Ra. Jangan makan berminyak! Jaga berat badan tubuh kamu! Besok ada pemotretan terakhir di Jakarta. Pemotretan selanjutnya ada di Bandung," perintah Vina.
Ara menghela napasnya malas. Ah! Jika itu bukan keinginan Mamanya, maka Ara akan makan sebanyak mungkin. Tubuhnya sudah sangat ideal, kenapa harus dilarang ini itu?
"Iya, Ma," jawab Ara malas.
Vina yang notabennya Mama Ara, sangat berkeinginan agar Ara dapat mengikuti jejaknya sebagai model. Vina selalu mengingatkan pola makan Ara, selalu menjadwal kapan Ara makan nasi dan makan buah. Sebulan sekali Ara harus mengecek berat badannya, dan Ara juga harus pergi ke salon untuk perawatan. Sebenarnya Ara tidak ingin, namun ia tak ingin jadi anak yang durhaka.
Semenjak masuk SMA, Ara perlahan-lahan untuk tidak menggunakan kacamata hitamnya. Ia harus menunjukkan betapa spesialnya dirinya. Dan benar saja! Semenjak itu, Ara selalu saja disebut sebagai Primadona SMA. Bahkan, banyak sekali yang menawarkan Ara untuk menjadi model. Dari model kecantikan hingga baju.
"Ke mana?" tanya Zidan—Kakak kedua Ara. Zidan berjalan menuruni anak tangga lalu mendekati Ara. Zidan adalah sosok kakak yang sangat posesif kepada Ara.
"Jalan sama pacar dong, emangnya lo jomlo," sahut Aldo—Kakak pertama Ara.
"Bacot, nyet!"
"Zidan! Ucapannya di jaga," ujar Varo memperingati sang anak sebagai Ayah.
Suara gerbang di buka menandakan bahwa ada seseorang yang datang. Ara yang sudah tahu bahwa itu adalah Galen, langsung berpamitan kepada seluruh keluarganya.
"Ayo."
Galen memakaikan helm kepada Ara, lalu membukakan pijakan kaki. "Mata kamu makin bagus aja," puji Galen. Pujian yang Galen lontarkan membuat Ara semakin percaya diri dengan perbedaan yang ia miliki.
"Hehe, makasih. Kamu nggak malu kan punya pacar yang iris matanya beda kaya gini?" tanya Ara dengan sejuta harapan, harapan bahwa ia menginginkan Galen menjawab sesuai ekspetasinya.
"Ngaco kamu! Aku nggak pernah malu punya kamu, aku bangga, aku seneng. Udah ayo! Biar kita punya banyak waktu buat jalan." Galen mengusap pipi kanan Ara.
TBC
Selamat malam👋
Makasih yang udah baca.
Jangan lupa bintangnya, komen, share ke temen kalian juga yaaa
Sambil nunggu Aksara update kalian bisa baca Opposite dulu.
See you di part selanjutnya!
GOMAWO🍒
Cilacap, 9 Juni 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara [VERSI PDF FULL]
Teen FictionAksa Arion Adhitama, cowok sarkas dengan tampang datar dan mata setajam cutter. Ketua pentolan anak berandalan, juara nasional lomba memanah membuat popularitasnya sangat tinggi di sekolah. Apalagi, ia adalah anak dari pemilik sekolah. Aranita Quenb...