20. Satu Atap

76.4K 3.5K 202
                                    

Sesuatu yang manis bukan hanya tentang kemewahan.

"MA, aku beneran pindah sama Aksa?" tanya Ara untuk memastikan.

Vina yang sedang memasukkan baju Ara ke koper, berhenti sejenak lalu mendekat ke arah anak gadisnya. "Iya, sayang. Mama yakin, Aksa bisa jaga kamu dan kamu bisa bantu Aksa buat berubah. Keluarga Aksa khawatir jika pergaulan Aksa terlalu bebas, sedangkan dia nggak pernah mau tinggal di rumah."

"Kalo Aksa macam-macam, kamu langsung telpon Mama," lanjutnya.

Bahu Ara merosot. "Tapi, Ma. Ara baru pertama kali satu atap sama cowok."

Vina tersenyum seraya mengusap puncak kepala Ara. "Mama ngerti dan paham, kamu akan terbiasa sama ini. Sempatkan buat videocall Mama sehari satu kali, oke?"

"Oke, Ma." Ara tersenyum tenang. Semoga apa yang dikatakan sang Mama itu benar. Aksa bisa menjaga dirinya.

Suara pintu terbuka, membuat Vina dan Ara menoleh. Zidan dan Aldo masuk bersamaan.

"Ma, Ara beneran mau satu atap?" tanya Zidan, kakak Ara yang paling protective.

Aldo di sini hanya untuk mendampingi Zidan, siapa tau Zidan bisa berlebihan dengan keadaan ini.

Vina mengangguk sembari melanjutkan packing. "Iya, Zidan. Kamu jangan khawatir, Mama percaya sama Aksa."

"Dalam hal apa Mama percaya?" telak Zidan.

"Santai kali, Bang," bisik Aldo.

Vina menoleh ke arah Zidan. "Zidan, Mama tau kamu khawatir dengan Ara yang akan tinggal bersama cowok. Tapi Aksa itu beda, sayang. Gini, Mama bolehin kamu marahin Aksa, kalo dia macem-macem sama Ara."

Zidan menghembuskan napasnya kasar. "Oke. Zidan mau minta nomor Aksa," pintanya sambil menatap Ara.

Duh, Abang serem amat sih. Nanti kalo Aksa di chat macem-macem, gimana?

"Ara." Panggilan Zidan membuyarkan batinan Ara.

"Iya ini. Sebentar, Kak." Ara membuka ponselnya lalu mengirim kontak Aksa kepada Zidan.

"Oke, jaga diri di sana." Zidan keluar dari kamar Aksa diikuti oleh Aldo yang mengajungkan jempolnya, seolah dia berkata 'do the best'.

Di sisi lain.

Aksa sedang merapikan Apartemennya, membersihkan semua sampah dan debu, khususnya bagian kamar. Dia sampai membeli pewangi ruangan otomatis serta alat pembersih elektrik yang mungkin akan memudahkan dia dan Ara.

Ia juga mengganti sprei kasurnya, juga membersihkan sela-sela sofa di ruang tamu maupun kamar. Satu hal lagi, cowok itu membeli sebuah kasur yang lumayan tipis untuk tempat ia tidur.

"Suasana spesial untuk orang spesial," gumamnya setelah mendekor Apartemennya seorang diri.

Jam 7 malam ia akan menjemput Ara, mungkin akan mengitari kota Bandung sejenak seraya menikmati makanan ringan atau mungkin McD jika Ara tak sempat makan malam.

Dan, sekarang jam menunjukan pukul 6 sore. Aksa segera mandi dan mengambil air wudhu, lalu melaksanakan solat maghrib.

Aksa memang kategori bandel dan suka membuat onar, tetapi dia masih taat dalam beragama.

Selesai solat, Aksa kembali merapihkan alat solatnya. Oh iya, dia bahkan membeli mukena untuk Ara nanti. How sweet.

Aksa membuka ponselnya, terdapat pesan dari nomor yang tidak dikenal.

Nomor tidak dikenal : Gue Zidan, Abang Ara. Simpen nomor gue.

"Anjir apaan dah?" gumam Aksa.

Aksara [VERSI PDF FULL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang