TATAPAN yang tajam dan serius ketika menatap face target yang berjarak beberapa meter dari tempatnya berdiri. Suasana yang sunyi dan semilir angin membuat Aksa semakin serius.
Halaman belakang rumahnya yang menjadi tempat favorit setelah kamar dan Apartemennya. Berbagai busur panah serta anak panah tersedia di sana. Bisa saja Aksa menghabiskan waktu selama lima jam hanya untuk berlatih panah.
"Kak Aksa!" Suara anak kecil dari arah belakang membuat Aksa berhenti memanah. Aksa meletakan busur panahnya lalu berjalan mendekati Asa.
Aksa merendahkan dirinya, agar dapat sejajar dengan sang adik, "Kenapa, Sa?" tanya Aksa dengan hangat.
"Kak! Asa kangen," ucap Asa seraya memeluk Aksa dengan erat. Aksa membalas pelukan adiknya, lalu tersenyum sendu.
"Kenapa Kak Aksa pulangnya cuma hari libur? Kenapa Kakak suka tinggal di sana?" Berbagai pertanyaan keluar begitu saja dari mulut kecil Asa.
"Kakak lebih suka sendiri. Kakak juga kangen kamu."
Cowok bernama Aksa itu memang jarang di rumah, Aksa lebih sering tinggal di Apartemennya. Ia hanya akan pulang ke rumah ketika hari libur. Kenapa? Pertama, jarak dari Apartemen ke Sekolah lebih dekat daripada rumahnya. Kedua, ia lebih nyaman sendiri, tidak ada yang mengatur, dan bebas. Perlu kalian tahu, Aksa tidak suka diatur!
"Mau jalan-jalan?" tawar Aksa.
Mendengar tawaran sang Kakak, Asa mengangguk dengan cepat dan antusias. "Mau!"
"Siap-siap dulu, ya sama Mama, Kakak mau beresin ini," titah Aksa yang kemudian dibalas anggukan oleh Asa.
•••
Malam ini adalah malam minggu, sehingga Aksa dapat meluangkan waktu bersama keluarga. Walaupun Aksa seorang yang dingin, introvert, dan sedikit temprament, tapi ia tetap berusaha meluangkan waktu dengan keluarganya.
Menonton film di ruang keluarga dengan formasi lengkap; ada Reza selaku Papa Aksa, Rina yang notabennya Mama Aksa, Azka adalah kembaran Aksa sekaligus Kakak bagi Aksa, dan terakhir Asa. Suasana seperti inilah yang selalu Aksa rindukan, karena keadaan ini dapat terhitung oleh jari.
"Aksa, sampai kapan kamu tinggal di sana?" tanya Rina.
"Kapan-kapan," jawab Aksa seadanya.
"Yaelah, Sa. Apa enaknya sih tinggal di apart sendirian? Nggak ada yang perhatiin lo! Enak juga di rumah," timpal Azka.
Aksa dan Azka memang kembar, namun tidak dengan sifat mereka. Azka yang pintar dalam akademik dan hangat, sedangkan Aksa yang bodoh dalam akademik, namun sangat pandai memanah, dan dingin. Terkadang, Rina dan Reza suka membandingkan antara Aksa dan Azka.
"Itu bagi lo, Bang! Bagi gue nggak kaya gitu."
"Aksa, harusnya kamu contoh Azka. Kalian kembar, tapi kenapa beda banget sih! Contoh Azka, Sa!" sahut Reza.
"Udah lah, Pah. Aku nggak suka dibandingin gini! Aku ya aku! Bang Azka ya Bang Azka!" Mood Aksa berubah sangat buruk kali ini.
Rina sangat gerah melihat perdebatan ini, Rina menghela napasnya sabar, lalu berkata, "Kalo selama satu tahun tidak ada peningkatan dalam nilai akademik kamu! Mama akan jual Apartemen kamu! Kamu harus tinggal di sini lagi! Kamu tahu? Semenjak kamu tinggal sendiri, atitude kamu semakin buruk! Setiap Papa atau Mama ke sekolah kamu, guru BK selalu melaporkan sifat burukmu itu!"
Aksa mengepal tangannya. Wajahnya memerah, menahan rasa amarah yang semakin mendidih di hatinya.
"Oke! Kalo aku bisa turutin itu, aku bakal tinggal di sana! Tanpa ada yang larang aku."
Setelah mengucapkan itu, Aksa memilih meninggalkan ruang keluarga dan berjalan menuju kamarnya. Ia tak ingin amarah dan sifat tempramentnya meledak di sana.
TBC
Makasih udah baca!❤
Jangan lupa vote, komen, and share ke temen kalian yaa.
Aksara updatenya tidak terjadwal.
Sambil nunggu Aksara update kalian bisa baca Opposite dulu.
Gomawo🍒
Cilacap, 7 Juni 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara [VERSI PDF FULL]
Teen FictionAksa Arion Adhitama, cowok sarkas dengan tampang datar dan mata setajam cutter. Ketua pentolan anak berandalan, juara nasional lomba memanah membuat popularitasnya sangat tinggi di sekolah. Apalagi, ia adalah anak dari pemilik sekolah. Aranita Quenb...