5. Plester dan Polaroid

102K 4.5K 359
                                    


Lo tuh emang beda, Ra

-Aksa

ARA membuka buku paket pelajaran kimia dan mulai merangkum. Sembari merangkum, Ara mendengarkan lagu dari film Aladdin; A whole new world, supaya tidak cepat bosan.

"A whole new world." Suara emas Ara mengalun indah di kamarnya yang sunyi. Ara menyanyi sambil mengunyah permen karet.

Tiba-tiba saja lagunya berhenti dan digantikan oleh nada dering telepon. Senyum Ara merekah indah ketika melihat siapa yang menelponnya. Siapa lagi jika bukan Galen, cowok kesayangan Ara.

"Hai, Galen!" seru Ara ketika melihat wajah Galen di layar ponselnya.

Galen tersenyum sambil melambaikan tangannya. "Halo, sayang. Lagi belajar ya?"

"Hehe, iya nih. Aku kangen kamu, Len." Ara mengeluarkan puppy eyes andalannya.

"Aku ganggu nggak nih? Aku lebih kangen kamu. " Galen tertawa.

Ara menutup bukunya, beranjak dari kursinya dan berbaring di kasur kesayangannya. "Kamu nggak ganggu kok, aku malah seneng kamu video call aku."

Galen duduk di balkon kamarnya ditemani secangkir iced americano. "Gimana sekolah baru kamu?"

Ara berpura-pura menerawang dengan menyipitkan matanya. "Mm... Enak sih, tapi nggak ada kamu." Ara tertawa jahil.

"Udah bisa gombal ceritanya, siapa yang ngajarin?" tanya Galen dengan nada jenaka.

Gadis beriris beda itu tertawa. "Aku kengen dibeliin permen karet sama kamu." Ara mempoutkan bibirnya.

"Jangan kebanyakan makan permen karet, Beb. Nanti sakit!" ujar Galen dengan tegas, "Kamu udah makan berapa permen karet hari ini?" tanya Galen.

Ara tersenyum kikuk, ketika mendengar peringatan dari Galen. "Dikit kok, cuma tujuh. Ta... Tapi nanti sikat gigi, kok. Janji!"

"Itu banyak Ara, ya udah sana tidur, gosok gigi dulu. Awas kalo nggak!"

"Iya, Galen-ku," ujar Ara dengan wajah yang semakin ia imutkan. Ah! Galen lemah dengan itu.

Muka Galen yang tadinya sangar kembali melunak dengan sikap Ara. "Iya, Ara. Udah dulu ya? Aku harus ngurusin proposal buat lomba basket minggu depan."

Ara mengangguk lemah, sebenarnya ia masih rindu Galen. Tapi, ia harus mengerti dengan posisi Galen di sana. "Ya udah, semangat!"

"I love you," ujar Galen.

"Too."

Ara mematikan sambungan teleponnya terlebih dahulu. Lalu melangkah menuju kamar mandi untuk menggosok giginya yang putih bersih. Kemudian, pergi tidur berharap alam mimpi dapat menuntaskan rasa rindunya terhadap Galen.

•••

Asap rokok berterbangan di balkon kamar Aksa. Aksa menghisap sisi ujung rokok yang tidak terbakar, lalu kembali dihembuskan.

Serta, luka di atas alis dan di sudut bibirnya yang masih basah. Apalagi kalau bukan karena berantem.

Ting!

Kegiatan Aksa menjadi terganggu gara-gara sebuah notifikasi dari ponselnya.

Kintan : Babe, lo nggak apa-apa kan?

Aksa : Gue bkn bokap lo.

Kintan : Kamu mah kalo ngelawak garing, tapi lucu kok.

Aksa : G ush pk aku-km bs g? Geli w.

Aksara [VERSI PDF FULL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang