Epiphany 4.0

781 126 30
                                    

Episode 23,
Epiphany 4.0

Netra wanita paruh baya itu melotot menyaksikan momen langka yang hanya terjadi mungkin sekali dalam sewindu. Pagi itu ia mendapati putra sulungnya ada di rumah yang mana merupakan sebuah keajaiban.

"Ya ampun, Taehyung. Syukurlah kau ada di rumah sekarang. Ayo sarapan bersama!" ujarnya sembari menyeduh dua gelas susu yang baru.

Harmonisasi itu memang terasa palsu. Taehyung hampir muak menjalani skenario yang sama hari demi hari. Rupa Taehyung selalu menunjukkan segalanya tapi pemeran ibu itu agaknya belum mampu melihat putranya dari hati.

"Ah, Sana. Kau juga! Ayo sarapan bersama!" panggil wanita itu ketika Sana mengikuti jejak Taehyung. "Ah, maaf ya, kalau Taehyung di rumah kalian sementara harus berbagi kamar. Taehyung, kau tidak keberatan 'kan setengah kamarmu untuk Sana? Ibu akan pasang sekat nanti."

Sana dan Taehyung saling melempar pandangan. Setelah yang terjadi malam tadi, entah mengapa tidak akan baik jika ia berbagi kamar dengan Taehyung. Demi apapun, Taehyung itu bisa jadi serigala yang menakutkan.

"Kamarku tidak seberapa luas. Lagian masih ada satu kamar kosong," celetuk Taehyung spontan.

"Taehyung, tas dan sepatu ibumu terlalu banyak, kita tidak punya ruang lain untuk menyimpannya!"

"Bu, kurasa Taehyung benar. Dan aku tidak mungkin berbagi kamar dengannya yang seorang pria!" timpal Sana menyebabkan wanita paruh baya itu terdiam. Ia melirik Taehyung saat itu juga yang sedang meneguk susu vanillanya.

"Sayang, hanya sementara saja, ya? Lagipula kakakmu tidak akan macam-macam padamu," Argumen itu sukses membuat Sana mengernyit. Ia setengah mati memikirkan alasannya tapi tidak satu pun yang masuk akal. Dengan jelas ia melihat pria itu menarik senyumnya yang licik. Benar-benar serigala, pikirnya.

"Bagaimana Ibu yakin dia tidak macam-macam? Bu, dia laki-laki!" Tukas Sana geram. Pisau dan garpu itu berdenting ketika sang ibu meletakkannya di atas piring.

"Sana, kakakmu tidak tertarik dengan perempuan,"

"Ibu pikir dia gay?" pekik Sana tak percaya.

Sana berani bersumpah ia sama sekali tidak berhalusinasi mendengar ibunya mendeklarasi orientasi seksual Taehyung. Dan tidak mungkin dengan catatan apapun Sana akan mempercayainya. Ia sangat yakin kakak tirinya itu normal bahkan mungkin hormon maskulinnya sudah kelewat batas.

"Kau pikir ini drama apa? Bagaimana mungkin ibu sampai menganggapmu gay!" Sepanjang jalan menuju kampus Taehyung hanya mendengar omelan Sana saja. Tapi ia tidak terlalu keberatan, toh itu adalah sifat yang membuat Sana menarik di matanya. Ia tidak berhenti tersenyum licik di balik roda setir itu.

"Itu cuma skenario,"

"Skenario? Kau membuat skenario agar bisa diusir dari rumah?" Taehyung melirik Sana yang belum bisa menerima kondisi keluarga mereka. Kakinya menginjak pedal rem ketika dilihatnya lampu merah di depan menyala.

"Tidak juga," jawabnya. "Hanya ingin bereksperimen di rumah neraka itu. Sayang ibumu itu terlalu mengasihiku. Dia melindungiku apapun yang terjadi, jika tidak tentu ayahku sudah mengusirku sejak lama."

Suasana menjadi hening sejak Taehyung secara tidak langsung mengemukakan isi kepalanya. Selama beberapa sekon Sana hanya mampu terdiam seiring nuraninya menarik kesimpulan dari cerita pendek yang Taehyung dongengkan.

"Apa citra badboy itu juga eksperimenmu?"

Bibir Taehyung terkulum ketika pertanyaan singkat itu terlontar. Jujur, ini pertama kalinya seseorang berusaha melacak jejak sosok badboy sepertinya. Ia lantas berdehem.

"It's true scenario. And your mom still protects me at all cost."

*

Taehyung pikir akhir harinya akan berlangsung normal setelah sebelumnya absen untuk seorang gadis yang fobia gelap. Di sudut bar itu sekarang ia duduk menjadi saksi eksistensi gadis berparas ayu itu.

"Jangan bilang takut gelap lagi! I'm not coming home," katanya sontak membuat si gadis mendecih.

"Aku kesini bukan mencarimu."

Taehyung mengernyit. Dipandanginya rupa gadis itu yang sedikit aneh. Sekarang ia sadar Sana benar-benar selaras dengan orang-orang bar. Dress pendek dan make up itu sukses menyamarkan karakter baiknya. Iris hazel itu bersitatap dengan Taehyung, merasakan tatapan si pria padanya.

"Are you dating?" Sana pun menggeleng.

"Let's change our family," jawabnya tegas. "Bantu aku membuat citra buruk!"

Permohonan itu terdengar tidak rasional bagi Taehyung. Keningnya berkerut hampir tidak percaya apa yang baru saja Sana katakan. Detik berikutnya ia tidak bisa menahan tawanya yang menggelitik.

"Kenapa aku harus melakukannya? Pulanglah, bar ini tidak punya tempat untuk good princess."

"Kumohon, hanya kau yang bisa kupercayai untuk ini."

Taehyung menghela napas. Bahkan menciptakan gadis nakal tidak ada dalam daftar hal yang ingin dilakukannya sebagai badboy. Apalagi jika itu adalah Sana.

"Find your own way. I'm not in!" putusnya seraya meninggalkan Sana.

Awalnya Taehyung tidak ingin ambil pusing dan bertanggung jawab jika karakter baik Sana ternoda. Sekarang ia berdecak karena gadis itu terisak di sudut bar. Ia yakin alasannya kurang lebih sama, hal yang membuat Sana menangis saat pertama kalinya menginjak lantai bar itu.

"Kau sungguh berpikir bisa menjadi badgirl hanya dengan berpenampilan seperti mereka?" tanya Taehyung geram. Gadis itu tidak menjawab, ia menangkup wajah sedang tubuhnya mulai bergetar.

"Lihat sekelilingmu, badgirl mana yang menangis di dalam bar?"

"Apa pedulimu? Kau bahkan tidak tahu perasaanku!" Taehyung memutar bola mata mendengar Sana yang keras kepala.

"Oh, menangis saja terus! Hanya itu 'kan yang bisa kau lakukan?"

Orang yang sedih memang hanya ingin didengar. Taehyung bukannya tidak tahu perihal itu tapi beberapa hal sungguh memancing emosinya. Untungnya ia masihlah pria yang bertanggung jawab, alasan kenapa sekarang ia duduk dan mengalah. Ditatapnya tubuh bergetar Sana yang masih larut dalam isak tangisnya.

"Fine. I help you!" ujar Taehyung selagi berdoa agar ia tidak menyesal keesokan harinya. "And in case it doesn't change our family, what's the plan?"

Perlahan Sana menegakkan tubuhnya, ia memberanikan diri menatap Taehyung dengan mata sembabnya. Lalu ia mengikuti arah pandang Taehyung pada para badgirl yang sedang menikmati momen dengan pria-pria asing. Beberapa yang bercumbu di keramaian membuat Sana muak.

"Stay close to me. You're mine unless you want them to eat you."

Taehyung mengangkat tangannya, menyelipkan anak rambut Sana ke belakang telinga. Sekarang ia membelai lembut pipi merah itu, menghapus air yang menganaksungai dari netra indahnya. Taehyung seorang pria, ia tahu risikonya.

"And what I get in return?"

Apa kau bisa bertanggung jawab?

*
P

.s: :)
i'll tell you again i purple you 💜

MoonwakeWhere stories live. Discover now