chapter 18

14 4 0
                                    

"Jangan menyalahkan diri kamu sendiri.. Karena ini udah takdir"kalimat yang dulu Min Young katakan terus terngiang di dalam benak Dira yang hanya berdiam diri terduduk di sudut ruangan dengan mengenakan pakaian serba hitam sembari sesekali sesenggukan.

Penampilannya sangat kacau. Rambut acak-acakan,mata sembab, bibir pucat. Terlihat sangat menyedihkan untuk orang yang melihatnya walau hanya sekilas.

Di dongakan kepalanya saat ia merasakan sebuah tepukan di bahunya.

"Yang sabar"ujar Mark sembari tersenyum menguatkan.

Dira hanya melengoskan pandangannya karena tak tahan ingin menangis dan meraung sekeras-kerasnya.

Mark hanya menghela nafas memaklumi dan pergi meninggalkan Dira yang kembali menitikan air matanya.

Mengingat orang-orang mencoba untuk menguatkannya,Dira merasa dirinya sangatlah menyedihkan.

"Nak,ayo kita pulang"

Dira menggeleng ketika pendengarannya menangkap suara Haerin yang mengajaknya untuk meninggalkan rumah duka.

"Kamu jangan kayak gini terus sayang.. Masih ada kami yang akan selalu menyayangi dan menjaga kamu"ucap Yoona,Mamanya Taeyong.

Siena gak tinggal diam,dia ikut membujuk Dira yang terus menundukan kepalanya"iyah.. Sekarang kitalah keluarga eonnie. Jadi jangan ragu untuk membalas uluran tangan kami"

"Kalo lo gak mau tinggal sama mereka,lo boleh tinggal sama gue"tawar Jennie sambil sesekali menghapus ujung matanya yang berair.

Dengan sekuat tenaga,Dira menahan diri untuk tidak menjerit. Dia ingin sendiri,hanya itu keinginannya. Namun dirinya hanya mendongakan kepala sembari menggeleng lemah"enggak. Aku mau tinggal di rumah aja"ucapnya memutuskan.

"Enggak bisa! Kamu harus ada yang menjaga Dira! Kakak gak mau sesuatu yang buruk terjadi sama kamu"ujar Taeyong dengan lantang.

Dira menatap Taeyong dengan sendu"Tapi aku gak bisa! Aku mau sendiri dulu Kak! Aku janji gak akan berbuat sesuatu"ucapnya sambil memohon.

Mereka semua yang ada di sana langsung bersitatap,tanda tidak tahu harus berbuat apa.

Taeyong mengusap wajahnya dengan kasar"iyah Kakak ngerti. Tapi Kakak khawatir"katanya dengan nada melembut.

"Lo boleh tinggal di rumah,tapi gue bakalan nemenin lo"final Jennie pada akhirnya.

Dira yang mendengar itu hanya mengangguk pasrah.

Yang membuat semua orang bernafas lega.













Satu minggu sudah berlalu.

Untunglah Dira tidak melakukan sesuatu yang nekat. Namun bisa di pastikan kalau dirinya begitu sangat terpukul atas kepergian Ayah dan Ibunya.

Hari ini Dira memutuskan untuk pergi sekolah karena dirinya tidak bisa jika terus berdiam diri di rumah yang selalu manariknya kembali dalam kenangan-kenangan masa lalu.

Sebuah tepukan di bahunya membuat Dira menoleh kesamping,dan di dapatinya Mark yang tersenyum bahagia"gimana keadaan lo?"tanyanya begitu to the poin.

Dira tidak bisa jika tidak ikut melengkungkan bibirnya keatas,walau pun hanya senyuman terpaksa"baik"sautnya dengan cepat.

Mark bernafas lega sembari mengusap surai hitam kemerahan milik Dira dengan lembut"syukurlah"ucapnya lagi.

Tak terasa,Dira dan Mark sudah berada di kelas mereka.

Sebuah senyuman Dira layangkan ketika Jennie menyambutnya dengan begitu antusias"gue kangen banget bisa sekolah bareng sama lo"curhatnya yang membuat Mark mendengus geli dengan tingkah temannya yang satu itu.

Still BangsatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang