2. Mulai bangkit

7.9K 350 7
                                    

Izza mulai bangkit dari keterpurukannya,  ia sudah bertekat untuk melanjutkan hidupnya yang masih berharga. Ia tak mau menangisi kemalangan yang sudah menimpanya.

"Izza ayo pulang, sudah sore." Kata Ayu yang sudah berdiri menjulang di depannya.

"Iya Buk,  sebentar lagi," sahut Izza.

"Kalau begitu saya duluan ya," sambung Ayu.

"Iya, Buk," sahut Izza.

Setelah kepergian Ayu,  Izza langsung mengemasi barang-barangnya dan begegas pulang ke kost.

"Izza ... ayo pulang bareng aku,  kita kan searah." Tiba-tiba datang seorang pemuda tampan datang dari arah samping.

"Tirta ...," sapa Izza.

"Engh ...  enggak deh, Tir. Aku mau mampir dulu soalnya," sahut Izza.

"Mau mampir ke mana?" tanya Tirta.

"Ke supermarket, bahan makananku habis," sahut Izza.

"Kebetulan kalau begitu, aku sebenernya juga mau ke sana sih. Ada yang mau aku beli," imbuh Tirta.

"Engh ...  ya udah deh," sahut Izza.

"Ayo," ajak Tirta.

Mereka pun akhirnya pergi menggunakan mobil Tirta. Sebenarnya pergi ke supermarket hanya alasan untuk menolak ajakan Tirta. Namun ada saja yang membuat Tirta berhasil dengan niatnya.
***

"Cuma ini, Za?" tanya Tirta saat melihat troli yang Izza dorong hanya berisikan beberapa buah dan sedikit snack.

"Iya," sahut Izza.

"Lho kamu tadi katanya mau belanja juga,  kok nggak ada barang yang diambil?" tanya Izza yang heran karena sedari tadi Tirta hanya terus mengekorinya.

"Heehee ...  aku cuma mau beli ini," sahut Tirta sambil menunjukan sebuah minuman dingin bersoda lalu meminumnya di depan Izza.

Izza hanya geleng-geleng kepala melihat kekonyolan teman sekantornya itu.
Izza kemudian mendorong trolinya menuju kasir.

"Dua ratus tiga puluh ribu rupiah." Kata Mbak kasir yang tengah menghitung barang belanjaan Izza.

"Iya." Sahut Izza sambil merogoh isi tasnya.

"Eiittss biar aku aja yang bayar," seru Tirta saat Izza memberikan tiga lembar uang seratus ribuan kepada kasir.

"Kamu apa'an sih, Tir?!" seru Izza pada Tirta.

"Ini aja, Mbak!" seru Izza pada mbak kasir dengan mata yang melirik tajam ke arah Tirta.

***

"Makasih ya Tir,  lain kali aku nggak akan mau nebeng sama kamu lagi kalau kamu ngelakuin hal kayak tadi." Kata Izza sebelum turun dari mobil Tirta.

"Iya deh maaf ...  kan nggak gentleman kalau ngebiarin cewek bayar belanjaannya sendiri Za ..., " kilah Tirta.

Izza memutar bola matanya malas, "dapat rumus begituan dari mana sih kamu,  aneh deh.  Aku ini bukan tipe cewek matre ya, Tir!" seru Izza.

"Maaf deh Za, aku nggak mikir segitunya kok. Suer deh," sahut Tirta.

"Ya udah ah, aku masuk dulu," pamit Izza.

"Lho Za, aku nggak disuruh mampir?! " tanya Tirta yang langsung dibalas dengan dentuman pintu mobil yang tertutup.

Kali ini Izza benar-benar tak mau meladeni kekonyolan Tirta.
Izza segera membuka pintu kamar kostnya. Setelah meletakan barang-barangnya ke dalam kulkas ia langsung bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

***

Telepon genggam Izza berbunyi,  ia segera mengangkat panggilan yang ternyata berasal dari ibunya.

"Assalamualaikum, Mbak," sapa ibu Izza.

"Wa'alaikumsalam, Ibuk ...," sahut Izza

"Embak lagi apa?"

"Ini lagi mau bikin mie instan, Buk," sahut Izza.

"Mbak jangan makan mie instan terus lho,  ndhak baik buat kesehatan. Mbak kan di sana jauh,  sendirian lagi ...  kalau sakit nggak ada yang merawat Mbak. Mbak kan kalau sakit nangis," ibu Izza mulai menasehati.

"Iya Buk,  mbak jaga diri kok. Cuma ini lagi pengen makan mie aja.  Biasanya Izza masak kok," sahut Izza.

"Ibu sama Bapak gimana kabarnya?" tanya Izza kembali.

"Iya,  alhamdulillah ibu sama Bapakmu baik, Mbak. Ibu ini dari kemaren kok perasaannya nggak enak gitu lho Mbak, takut Mbak ada apa-apa.  Mbak kan sendirian di sana,  apa Mbak pulang aja ya?"

"Ya enggak bisa dong Buk,  kontrak kerja mbak masih lama di sini.  Kalau mbak keluar,  mbak bisa kena denda dong ... lagi pula mbak terlanjur seneng sama kerjaan mbak di sini, Buk," sahut Izza.

"Ya sudah kalau begitu,  ibu tutup telponnya ya.  Ibu mau nemenin bapak ke pos depan," kata ibu Izza.

"Iya Buk,  mbak sayang sama Ibu ...  sayang sama Bapak juga."

"Ibu juga sayang sama Mbak ...  assalamualaikum. "

"Wa'alaikumsalam," sahut Izza.

Izza menarik nafasnya dalam lalu menghembuskannya perlahan, "maafkan mbak, Buk ...," gumam Izza.

***

    
         ...... ..bersambung.....

Semarang, 3 Juni 2019

Salam

Silvia Dhaka

Repost 25-02-2021

MERAJUT CINTA HALAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang