Izza POV
Aku melihatnya, entahlah seperti ada daya magnet dalam dirinya hingga aku terus saja menatapnya.
Siapa Dia?
Aku melihat dia dekat sekali dengan Zara. Sepertinya dia laki-laki penyayang.
Dia tampan, namun yang lebih membuat aku memperhatikannya adalah sepertinya dia lelaki yang sholeh.
Bagaimana ini? Kenapa bibirku seakan berkedut ingin membentuk sebuah senyuman."Rudi, sini mbak kenalin sama gadis cantik," seru Bu Ayu pada laki-laki tampan yang baru saja kukagumi.
Dia tersenyum ke arahku.
"Assalamualaikum," salamnya.
"Wa'alaikum salam," sahutku.
"Rudi."
"Izza."
"Nama yang indah."
Aku tersipu malu, "terima kasih," sahutku.
"Ck, kamu bakat ngegombal juga ya ternyata." Seru Ayu sambil menepuk pundak Rudi.
Dia pun tersenyum.
Ya Tuhan ... senyumnya ....Aku mengulum senyumku, aku tak berani terang-terangan menampilkan senyumku. Bisa digoda mati-matian aku sama Bu Ayu.
"Bocah tengil ini adik sepupu saya, Za. Ganteng kan? Sholeh lagi ... pas jadi calon imam perempuan sholehah seperti kamu, Za," celetuk Bu Ayu.
Deg
Perkataan Bu Ayu barusan membuat aku menjadi gugup setengah mati.
"Ayo masuk ngobrol di dalam saja," kata Pak Wisnu.
Kita berjalan beriringan masuk ke dalam rumah.
"Udah makan belum, Rud?" tanya Bu Ayu pada Rudi.
"Belum, Mbak .... Aku ke sini kan mau numpang makan, hehee ...," sahut Rudi.
"Ya udah ayok makan, kebetulan kita juga belum makan. Tadi ribet sama pestanya si Zara sih," imbuh Bu Ayu.
"Izza ayo dimakan, jangan sungkan-sungkan," kata Bu Ayu.
"Iya, Buk," sahutku.
Kita makan sedengan tenang tanpa Zara, karena ia sibuk dengan kado-kadonya.
"Biar nanti Bik Nur yang beresin, Za. Kamu istirahat dulu deh, pasti kamu capek kan seharian bantuin saya," kata Bu Ayu saat aku hendak membereskan sisa makan kita.
"Ayo kita ngobrol di luar, Za," imbuh Bu Ayu.
"Iya, Buk." Sahutku sambil mengikuti langkah Bu Ayu.
"Izza cantik kan, Rud?" celetuk Bu Ayu.
Aku sampai terkejut mendengar pertanyaannya pada Rudi.
Rudi tersenyum padaku, dan itu semakin membuatku gugup.
"Perempuan ya cantik dong, Mbak. Mbak juga cantik kok," sahut Rudi membuat Bu Ayu cemberut.
"Emm ... sepertinya saya hurus pulang, Buk. Takut kemalaman." Kataku yang ingin segera pamit pulang.
"Eh iya sih nanti kamu kemalaman ya," sahut Bu Ayu.
"Rud, kamu juga mau pulang kan?! Izza antar pulang sekalian ya!" Seru Bu Ayu pada Rudi.
"Mbak ngusir aku ...," kata Rudi memelas.
"Ya nggak gitu, Adekku sayang ... udah malam, nggak baik perempuan cantik seperti Izza pulang sendirian. Kamu sebagai laki-laki harusnya peka dong ahh ... gimana sih?!" kata Bu Ayu panjang lebar.
"Iya ... iya ... aku tahu," sahut Rudi.
"Nggak usah Mas, biar saya pulang sendiri saja, saya sudah biasa kok," sahutku cepat karena terus terang aku merasa tak enak dengan Rudi.
"Aciiee ciee ... Mas ... so sweetnya," goda Bu Ayu dan itu tentu saja membuatku malu.
"Mah, jangan digoda terus ah, kasian Izza sampai mukanya merah gitu," kata Pak Wisnu.
"Iya nih Mbak, jahat banget," imbuh Rudi.
"Ayo Za, saya antar kamu pulang," kata Rudi padaku.
"Apa tidak merepotkan, Mas?" tanyaku pada Rudi.
Rudi tersenyum padaku, "enggak kok, ayo Za," ajak Rudi padaku.
***
"Trima kasih ya, Mas." Ucapku saat mobil yang di kendarai Rudi berhenti di depan rumah kostku.
Rudi tersenyum dan mengangguk padaku.
"Saya masuk dulu, Mas." Ucapku.
Rudi kembali mengangguk dan tersenyum.
Aku masuk ke dalam kost saat mobil Rudi mulai melaju.***
......bersambung.....
Semarang, 4 Juni 2019
Salam
Silvia Dhaka
Repost 26-02-2021
KAMU SEDANG MEMBACA
MERAJUT CINTA HALAL (TAMAT)
RomanceIzza tak menyangka jika malam kelam itulah yang menjadi awal dari kehidupan yang akan ia jalani bersama seorang pria hingga seumur hidupnya. Meski pria itu adalah pria yang ia cintai diam-diam tapi ia merasa sedih atas pernikahannya yang hanya dilan...