Rudi mengerutkan keningnya saat Ayu dan Wisnu saling diam saat menyantap sarapan mereka. Rudi menatap Wisnu dengan berbagai macam pertanyaan di matanya namun Wisnu hanya menggeleng dan mengangkat kedua bahunya.
"Mbak Ayu tumben jadi pendiam, lagi sariawan ya, Mbak?" tanya Rudi pada kakak sepupunya itu.
"Enggak ... lagi males ngomong aja sih ...," sahut Ayu.
"Mama, Zara mau telur lagi, sama kecap juga, Ma," pinta Zara pada Ayu.
"Ini, Sayang ...." Kata Ayu pada putrinya saat meletakan telur dan kecap di piring Zara yang masih penuh dengan nasi goreng.
"Sayang, tolong ambilin telur lagi dong." Pinta Wisnu menatap Ayu penuh harap.
"Ambil sendiri kan bisa, ngelesin istri aja bisa kok ngambil telur aja susah amat," kalimat pedas keluar dari mulut manis Ayu.
Rudi tersenyum mendengar kalimat pedas yang terlontar dari Ayu, namun melihat wajah Wisnu yang menatapnya garang membuat senyumnya lenyap seketika. Sedangkan Zara mengedipkan matanya menatap aneh kearah ketiga orang dewasa yang ada di depannya.
"Udah ah, aku mau berangkat kerja. Ayo Rud, antar mbak ke kantor," kata Ayu tak terbantahkan.
Ayu kemudian berdiri dan mengambil tasnya."Sayang, Zara ke sekolah di antar sama Papa ya ... mama sudah terlambat soalnya," kata Ayu yang mencoba memberi pengertian kepada putrinya.
Zara mengangguk mengiyakan perkataan dari mamanya.
"Sekalian aja aku antar kamu, Mah," sela Wisnu cepat.
"Aku sudah terlambat, dan lihat itu Zara belum selesai makan," kata Ayu penuh penekanan pada suaminya.
Sedangkan Rudi hanya bisa melongo melihat drama rumah tangga di pagi hari tanpa berani berbuat apa-apa.
"Ayo, Rud!" ajak Ayu sambil melengggang meninggalkan rumah.
***
Izza berjalan gontai memasuki area kantor, hatinya masih kacau saat ini. Luka hatinya atas cintanya yang kandas sebelum mulai bermekaran. Rasanya ia enggan berangkat ke kantor namun demi tugas dan kewajibannya ia harus rela mengenyampingkan luka hatinya.
"Izza!" teriak Ayu saat melihat Izza yang akan memasuki kantor.
Izza berhenti saat mendengar ada suara yang memanggilnya, dahinya berkerut, "Bu Ayu?" sapa Izza ramah dan sopan.
"Sini saya ada oleh-oleh buat kamu." Kata Ayu girang sambil menyerahkan tas berukuran sedang ke arah Izza.
"Terima kasih Buk, saya nggak enak jadi merepotkan," sahut Izza.
"Alaahh kamu ini, Za," sahut Ayu.
"Izza ...," sapa Rudi.
Izza terpaku mendengar suara seseorang yang saat ini tengah ia hindari mati-matian.
Izza tersenyum kaku, "Mas Rudi ...." Sahut Izza.
"Eh iya, kamu belum ngucapin selamat sama Rudi lho," celetuk Ayu.
Izza tersenyum getir, "selamat atas pertunangannya ya, Mas," ucap Izza pada Rudi.
"Iya, terima kasih, Za," sahut Rudi.
'Semoga kalian tidak jadi menikah, semoga aku lah yang menjadi jodohmu, Mas' sambung Izza dalam hati.
"Izza ... Izza ... kamu bengong? kamu kenapa sih?" seru Ayu.
"Astaghfirullahaladzim ...." Kata Izza sambil mengelus dadanya.
'Astaghfirullahaladzim ... kenapa saya jadi sejahat ini mendoakan keburukan atas hubungan orang lain. Ya Allah ampuni hamba,' seru Izza dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
MERAJUT CINTA HALAL (TAMAT)
RomanceIzza tak menyangka jika malam kelam itulah yang menjadi awal dari kehidupan yang akan ia jalani bersama seorang pria hingga seumur hidupnya. Meski pria itu adalah pria yang ia cintai diam-diam tapi ia merasa sedih atas pernikahannya yang hanya dilan...