3. Awal yang Indah

6.8K 323 1
                                    


Izza turun dari taksi online tepat di depan rumah besar dua lantai bercat ungu muda.  Ia segera menurunkan barang belanjaannya dari bagasi taksi online yang ia tumpangi.

"Izza?!  Sudah datang?!" sapa seorang pria dari dalam rumah yang langsung lari menghampirinya.

Izza tersenyum kepadanya,  "Pak,  bisa tolong bawakan belanjaannya?" kata Izza pada pria yang kini ada di sampingnya.

"Udah sana kamu masuk aja,  ini biar saya yang bawa ke dalam," seru pria itu.

"Iya Pak Wisnu,  saya bawa yang ringan aja ya." Sahut Izza sambil cengengesan menenteng satu plastik berukuran sedang dan tangannya yang satu lagi mendekap sebuah kado masuk ke dalam rumah.

"Si Ayu bener-bener dia. Bocah kecil disuruh belanja segini banyak." Gerutu Wisnu sambil mengambil barang belanjaannya.

"Assalamualaikum ...." Izza mengucap salam saat memasuki rumah Ayu.

"Wa'alaikumsalam, Za ...  langsung masuk ke sini Za, saya ada di dapur!" seru Ayu.

Izza langsung berjalan menuju ke sumber suara yang sudah ia hafal letaknya.

"Maaf ya Za, saya jadi ngrepotin kamu," kata Ayu yang merasa tak enak hati pada Izza.

"Nggak apa-apa kok, Buk ... santai aja. Kan saya juga sekalian ke sini," sahut Izza.

"Apa yang perlu saya bantu nih?" tanya Izza.

"Kamu tolong kupasin bawang deh, sama irisin sayur kolnya ya ... hehee," sahut Ayu.

"Siap ...," sahut Izza.

Hari ini Ayu dan Wisnu mengadakan syukuran ulang tahun anak mereka yang berumur empat tahun.
Ayu mengundang teman-teman Zara satu sekolah dan teman-teman Zara yang ada satu kompleks  dengan rumah mereka.

"Tante Izza!!" Seru Zara sambil melompat-lompat di samping Izza.

"Iya Sayang, ada apa?" tanya Izza lembut.

"Tante,  kado buat Zara mana?" tanya Zara.

"Memangnya kalau ke sini harus bawa kado ya?" tanya Izza dengan wajah dibuat sepolos mungkin.

"Iya ...  kan Zara ulang tahun, Tante," sahut Zara.

"Masa sih? Kok tante nggak tahu ya?" sahut Izza.

"Yaahh, Tante .... " Sahut Zara lesu yang langsung pergi meninggalkan Izza.

Zara duduk lesu di sofa yang ada di dekat dapur.
Zara dan Izza memang sudah cukup akrab.  Bawaan Izza yang ramah,  baik, lembut serta penyayang membuat Zara yang pada pandangan pertama langsung lengket dengan Izza.

"Tarraaaa ...." Seru Izza sambil menyodorkan sebuah kado berukuran sedang tepat di depan mata Zara.

Zara langsung mendongak dan tersenyum ke arah Izza.

"Ini buat Zara ya, Tante?!" tanya Zara tak percaya melihat kado di depannya.

"Iya Sayang, ini kado buat Zara," sahut Izza.

"Yee!! Zara buka sekarang ya, Tante." Seru Zara kegirangan yang dibalas anggukan oleh Izza.

"Barbie!!  Yeee terima kasih, Tante Izza ... Zara seneng deh," pekik Zara sesudah melihat isi kado yang Izza berikan.

"Sudah sana Zara bobok siang dulu,  nanti sore biar Zara nggak ngantuk." Ayu berkata pada putrinya.

"Iya Mama ...." Sahut Zara yang langsung bergegas menuju kamarnya dengan mendekap barbie barunya.

"Za,  nggak usah terlalu memanjakan Zara lah. Kamu beli itu,  saya tahu itu boneka kan nggak murah," kata Ayu pada Izza.

"Kan ngadonya nggak setiap hari sih, Buk." Kilah Izza.

"Hhhh kamu ini ...  jangan suka menghamburkan uang Za, mending uangnya ditabung buat modal nikah," sambung Ayu.

"Iya Za,  modal nikah itu nggak sedikit lho.  Apalagi modal buat rumah tangga, iya kalau dapetnya pasangan yang sedernaha nah kalau dapetnya yang kayak mamanya si Zara .... " Wisnu tiba-tiba ikut menimpali obrolan Izza dengan istrinya.

"Memangnya kenapa sama mamanya si Zara?!!" seru Ayu sambil melotot tajam pada suaminya.

"Hehee."" Wisnu malah cengengesan dan jadi ciut nyali.

"Mamanya si Zara, udah cantik, pinter masak,  baik,  nggak boros dan terpenting sexy ...," kilah Wisnu.

Ayu memutar bola matanya, males meladeni sindiran dari suaminya.
Izza diam-diam menahan tawa karena ia tahu betul karakter Ayu yang galak, judes, nggak bisa masak dan boros. Namun yang dikatakan Wisnu jika Ayu cantik dan sexy memang benar adanya.

***

Suasana rumah Ayu sudah mulai ramai, teman-teman Zara sudah banyak yang datang. Kebanyakan dari mereka diantar oleh orangtua mereka.

Zara begitu senang karena mendapat banyak kado dari teman-temannya.

"Tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga ... sekarang juga ... sekarang juga ... yeee." Zara meniup lilin berbentuk angka empat tepat setelah lagu tiup lilin selesai dinyanyikan.

Selesai meniup lilin,  ada Om badut yang menghibur Zara dan teman-temannya. Selesai dengan Om badut yang lucu, Zara dan mamanya dibantu dengan Tante Izzanya membagikan sebuah bingkisan, topi dan juga balon kepada teman-teman Zara yang hendak pulang.

"Zara ...." Seru seorang pria tampan nan gagah yang baru saja turun dari mobilnya.

Zara terkesiap dengan siapa yang ia lihat.

"Om Rudi!!" seru Zara sambil berlari menyongsong Om Rudinya.

"Mana kado buat Zara, Om?" tanya Zara sambil mengedipkan mataya lucu.  Membuat Rudi gemas dan tak tahan untuk menggendong dan mencium keponakannya itu.

"Om lupa beli kado,  kadonya lain kali aja ya, Sayang." Sahut Rudi berjalan memasuki rumah dengan tetap menggendong Zara.

"Mama,  Om Rudi lupa nggak beli kado buat Zara!" adu Zara pada mamanya.

"Iya,  nanti nggak usah dikasih kue ulang tahun ya," sahut Ayu.

"Jangan gitu dong, Mama ...  kasian Om Rudi," bela Zara.

Rudi tersenyum, "ponakan om baik banget siihh ..., " kata Rudi.

Zara yang sudah tahu arti pujian seperti itu langsung tersenyum bangga.

"Iya dong, Om,  Zara ...." Seru Zara yang mendadak membanggakan dirinya.

Sontak semua yang ada di sana pun tertawa.

"Udah turun, kasian Om Rudi tuh berat gendong Zara," kata Ayu.

"Turun, Om." Kata Zara pada Rudi.

"Zara mau buka kado!" Seru Zara antusias yang langsung berlari menuju tumpukan kadonya berada.

Sedangkan diam-diam ada seorang wanita yang menatap penuh rasa kagum di sana.

***

       ......bersambung.....

Semarang,  3 Juni 2019

Salam

Silvia Dhaka

Repost 26-02-2021

MERAJUT CINTA HALAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang