5. Ada Rindu

5.4K 271 5
                                    


"Woi Za ... kok kamu senyum-senyum sendiri? Kenapa?" Rindu tiba-tiba datang mengagetkan Izza.

"Nggak bisa lihat orang seneng ya?" ketus Izza pada teman baiknya itu.

"Haahaa ya habisnya kamu bikin serem ih, masa senyum-senyum sendiri," sahut Rindu.

"Siapa yang senyum-senyum sendiri?!" terdengar suara lain dari belakang Rindu.

"Eh, Ibu Ayu," sapa Rindu pada Ayu.

"Apa tidak ada yang bisa dikerjakan sehingga pagi begini kalian sudah ngrumpi?" Ayu mulai melontarkan kalimat pedasnya.

"Sa-saya kembali ke ruangan saya Buk, permisi." Sahut Rindu yang tak mau mengambil resiko berurusan dengan Ayu.

"Hemm ...." Sahut Ayu kemudian berjalan memasuki ruangannya.

"Huuffttt ...." Izza menghela nafasnya karena kali ini ia beruntung Ayu tak begitu mengeluarkan tanduknya.

***

Sore hari yang indah Izza memutuskan untuk duduk di taman pinggir kali dengan berentet pedagang yang menjajakan dagangannya diatas mobil.
Tiba-tiba ada sebuah kebab jumbo muncul di hadapannya.
Izza menoleh ke arah di mana tangan yang mengulurkan kebab itu berada.

"Untukmu." Kata Rudi sambil tersenyum ramah.

Izza tersenyum, "terima kasih." Sahut Izza sambil menerima makaan yang kini sudah disodorkan untuknya.

"Memberi makanan tanpa minuman?" celetuk Izza.

Rudi terbengong dengan celetukan Izza. "Biar saya belikan dulu."

"Tidak perlu." Cegah Izza cepat sambil menarik tangan Rudi yang hendak berdiri.

"Eh maaf," kata Izza saat tatapan Rudi mengarah pada tanggannya yang masih ada di tangan Rudi.

Rudi tersenyum pada Izza.

"Saya hanya bercanda,  saya sudah punya minuman kok," kata Izza.

Rudi kembali tersenyum, "bagaimana bisa ada perempuan cantik duduk sendiri di pinggir kali seperti ini?"

"Tentu saja bisa," sahut Izza dengan mencoba mati-matian menahan senyumnya.

"Kebetulan sekali kita bertemu di sini," kata Rudi.
"Ya ...." Sahut Izza singkat karena sibuk mengatur degup jantungnya yang entah mengapa berdetak begitu nyaring seperti irama genderang mau perang.

"Mungkin kita berjodoh," celetuk Rudi.

"Uhuukk ... uhhuukk." Izza terbatuk saat mendengar celetukan dari Rudi.

"Pelan-pelan makannya, minum dulu deh." Kata Rudi sambil menyodorkan minumannya kepada Izza.

"Terima kasih." Sahut Izza saat menerima minuman yang diberikan Rudi.

"Saya kan punya minum sendiri, kenapa Mas ngasih minuman Mas ke saya?" tanya Izza saat sudah berhenti terbatuk.

Rudi mengaruk rambutnya, "tadi kan saya panik," sahut Rudi.

"Sudah mau gelap, lebih baik saya antar kamu pulang," kata Rudi.

"Bagaimana jika saya traktir Mas makan malam?" seru Izza cepat saat Rudi akan beranjak dari tempat duduknya.

Rudi menyerngit, "boleh."

***

Di sini lah mereka, duduk lesehan sambil menikmati makan malam di lesehan lamongan yang menyediakan berbagai aneka menu penyet.

"Maaf ya Mas, saya cuma bisa traktir di tempat yang beginian," kata Izza di sela-sela makannya.

Rudi tersenyum, "memangnya mau makan di tempat yang bagaimana? ini juga tempat makan kan, yang pentingkan ditraktir." Rudi terkekeh di akhir kalimatnya.

"Hahha, Mas Rudi bisa aja ...," sahut Izza.

"Kamu bukan orang Jakarta asli kan?" tanya Rudi.

"Kenapa? Suara saya kedengaran medok ya?" 

"Hahaa enggak ... bukan gitu Za, menurut saya perempuan manis seperti kamu pasti orang Jawa," sahut Rudi.

Izza melongo mendengar perkataan Rudi barusan.

"Gombal!" Seru Izza sambil menyenggol lengan Rudi.

"Hahaa ... kelihatan jelas ya kalau aku lagi nyoba gombalin cewek?" sahut Rudi.

Izza mendengus, tak tahu saja Rudi jika Izza begitu mati-matian menormalkan degup jantungnya yang menggila.

"Kamu asli mana?" tanya Rudi.

"Saya asli Demak, Mas," sahut Izza.

"Ohh ...," sahut Rudi.

"Kamu nggak tanya saya asli mana, Za?" sambung Rudi.

"Harus tanya ya?" sahut Izza.

"Hhh ... kamu ini seperti tidak pernah ngobrol sama orang yang baru pertama kali kenal aja sih," sahut Rudi.

"Hahaa bercanda kali, Mas ...," sahut Izza.

Rudi  mendengus mendengar penuturan dari Izza.

"Mas Rudi asli Yogyakarta kan?! Saya kan sudah tahu dari Bu Ayu, Mas ...," sahut Izza.

"Kalian banyak ngomongin saya ya?"

"Nggak ih ... pede banget, Mas." 

"Ayo saya antar kamu pulang, sudah malam." Kata Rudi yang beranjak dari duduknya yang diikuti Izza di belakangnya.

***

"Terima kasih, Mas." Kata Izza saat turun dari mobil Rudi.

"Untuk?"

"Tumpangannya," sahut Izza.

Rudi tersenyum, "seharusnya saya yang berterima kasih," sambung Rudi.

"Untuk?"

"Traktirannya," sahut Rudi.

Izza tersenyum, "mau mampir dulu, Mas?" 

"Kamu nyuruh saya mampir ke kamar kos kamu? Malam-malam begini?!" seru Rudi yang tak menyangka jika perempuan seperti Izza akan mengajaknya mampir di kamar kostnya.

Izza tersenyum miring, "saya kan cuma basa-basi, Mas ... cuma pantes-pantes aja," sahut Izza.

Rudi tertawa menertawakan kebodohannya, "ya sudah saya pulang dulu ya. Jangan rindu sama saya lho," celetuk Rudi.

"Iya, saya bakalan rindu."

"Apa?!!" seru Rudi terkejut.

"Kenapa, Mas?" tanya Izza polos.

"Kamu tadi bicara apa?" tanya Rudi.

"Saya rindu," sahut Izza.

"Kamu rindu sama saya?!" Rudi kembali berseru.

"Kan saya cuma bercanda, Mas. Mas juga kan? Selamat malam, Mas Rudi. Saya masuk ya ...." Sahut Izza yang malah membuat Rudi terbengong di dalam  mobil.

Rudi mulai melajukan mobilnya saat Izza sudah benar-benar masuk ke dalam rumah kostnya.

***

...bersambung...

Semarang, 30 JUNI 2019

Salam

Silvia Dhaka

Repost 26-02-2021

MERAJUT CINTA HALAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang