Rudi tak bisa tidur, entah mengapa ia sulit sekali memejamkan matanya. Dilihatnya ponsel yang ada di meja kecil sebelah ranjangnya. Dengan rasa yang tak menentu ia mengambil ponselnya.
Tuutttt..... ttutttt.....
"Assalamualaikum," terdengar suara halus seorang wanita dari sambungan telpon.
Deg
"Halo ...." Wanita itu kembali bersuara karena tak ada jawaban dari sang penelpon.
Entah kenapa saat ini Rudi merasakan desiran halus di dadanya, lidahnya kelu untuk sekedar menjawab salam dari wanita yang ia telpon malam-malam begini.
"Halo, Mas Rudi? Mas Rudi ngigo ya?" Wanita itu kembali bersuara.
"Ha-halo, Za ...," sahut Rudi dengan susah payah.
"Alhamdulilah ... saya kira Mas Rudi sedang mengigau malam-malam begini telpon saya," sahut wanita itu yang ternyata adalah Izza.
Rudi sendiri juga bingung kenapa ia malah menghubungi Izza, seharusnya yang ia hubungi saat ini adalah Anjani wanita yang sudah sah berstatus sebagai tunangannya itu.
"Kamu belum tidur, Za?" tanya Rudi.
"Belum, Mas. Mas sendiri kok belum tidur?" Izza balik bertanya kepada Rudi.
"Saya nggak bisa tidur."
"Kenapa?"
"Keinget kamu," sahut Rudi tanpa sadar.
"Apa Mas? bisa ulangi lagi?" tanya Izza yang terdengar bingung.
"Em ... maksud saya ... tadi saya nggak bisa tidur dan nggak ada teman ngobrol lalu tiba-tiba saja saya teringat kamu. Ya saya coba telpon kamu dan ternyata kamu belum tidur. Hhehhe ...," kilah Rudi, dan Izza pun percaya.
"Oh ... begitu, saya kira Mas Rudi beneran kepikiran saya sampai-sampai Mas Rudi nggak bisa tidur. Hhahaha ... dan itu adalah hal yang nggak mungkin. Iya kan, Mas?!" celetuk Izza.
Rudi tertawa sumbang mendengar celotehan Izza, karena hal yang semestinya tidak mungkin kini malah menjadi mungkin dan sangat mungkin.
Senyum Izza terus saja menari-nari dalam benaknya. Ada apa dengan pikirannya saat ini, harusnya pikirannya terpusat pada Anjani karena sebentar lagi mereka akan segera melangsungkan pernikahan. Pernikahan yang sejak dulu ia impikan, menikah dengan wanita pujaan hatinya."Halo ... Mas Rudi bengong ya? Atau jngan-jangan malah sudah tidur?!" seru Izza.
"Eh nggak kok, Za. Saya kan lagi mendengarkan kamu bicara," kilah Rudi.
"Besok hari libur kamu mau ke mana?" tanya Rudi.
"Nggak ke mana-ke mana sih, palingan juga di kost aja. Mas Rudi mau main?" sahut Izza.
"Memangnya boleh ya, ada tamu laki-laki di kost kamu?" tanya Rudi.
"Nggak boleh ...."
"Lah tadi kok nawarin buat main?"
"Kan saya cuma bercanda, Mas. Hhahaa ... Mas Rudi ini."
"Ini beneran nggak pa-pa kamu begadang nemenin saya?"
"Iya. Nanti kalau saya udah nggak ada suara, berarti saya udah tidur ya, Mas."
"Kamu sudah ngantuk?"
"Belum sih, kan saya tadi bilangnya nanti."
"Iya ya."
Pembicaraan mereka lewat sambungan telpon pun terus berlanjut hingga hari menjelang pagi.
***
Ayu terbangun saat tubuhnya terasa gerah, ada tangan kokoh yang melingkar di perutnya. Dengan perlahan ia mengyingkirkan lengan yang membelit tubuhnya.
Ayu turun dari ranjang lalu mengambil gelas kosong yang ada di meja kecil samping ranjangnya. Ayu berjalan menuju dapur untuk mengambil air minum. Saat berjalan menuju kamarnya Ayu mendengar suara seperti orang yang sedang bicara dari dalam kamar Rudi.
Ayu mengintip dari celah kamar Rudi yang tak sepenuhnya tertutup rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MERAJUT CINTA HALAL (TAMAT)
RomanceIzza tak menyangka jika malam kelam itulah yang menjadi awal dari kehidupan yang akan ia jalani bersama seorang pria hingga seumur hidupnya. Meski pria itu adalah pria yang ia cintai diam-diam tapi ia merasa sedih atas pernikahannya yang hanya dilan...