46. Hasil mengecewakan

2.6K 215 26
                                    

Seharian ini membuat Izza risih karena Rudi terus saja membuntutinya. Hari ini akhir pekan, itu sebabnya Rudi terus saja membuntuti istrinya. Tak ada aktifitas di luar rumah.

"Kenapa sih Mas, sana deh ah ...." Ketus Izza menyenggol lengan suaminya saat ia asik menyiram bunganya di halaman depan.

"Nempel mulu dari tadi," sambung Izza.

"Memangnya salah mau bantu istri nyiram bunga?" sahut Rudi.

Izza melirik Rudi tajam, "nih selang, siram semuanya ya. Aku mau masuk." Ucap Izza menyerahkan selang air pada suaminya lalu berjalan masuk ke dalam rumah.

"Lhoh Sayang, kamu aku bantuin kok malah pergi sih!" seru Rudi yang tak digubris Izza.

"Sayang, buatin sop buah dong. Enak nih dimakan siang-siang, pasti seger." Ucap Rudi tiba-tiba datang setelah selesai menyiram bunga. Rudi bengong membayangkan bagaimana nikmatnya sop buah.

"Aku tunggu di teras belakang ya." Ucap Rudi mengecup pipi Izza lalu menuju teras belakang.

"Isshh ... dasar!" gerutu Izza.

Mak Sainem tersenyum melihat tingkah kedua majikannya.
"Pak Rudi kelihatan cinta banget sama Ibu," celetuk Mak Sainem.

"Emak ini bisa saja, dia itu suka gitu orangnya. Nggak tahu malu." Sahut Izza sambil mulai membuat sop buat untuk suaminya.

"Saya seneng lihat Ibu sama Bapak rukun gini. Saya doakan semoga Ibu dan Bapak langgeng sampai kakek nenek. Amin," doa Mak Sainem.

"Amin ...," Izza ikut mengamini.

"Sudah, aku bawa ini ke Mas Rudi dulu ya, Mak." Ucap Izza membawa pesanan suaminya.

Izza meletakan semangkuk sop buah dan setoples camilan di atas meja lalu ikut duduk di sebelah suaminya.
Mereka menghabiskan siang dengan bersantai di teras belakang.

Izza merasa ada yang aneh dengan keadaan tubuhnya akhir-akhir ini yang tiba-tiba lemas, emosi naik turun dan ia juga merasa lebih manja dengan suaminya walau pun tak jarang ia juga sebal tanpa sebab pada suaminya.
Seperti hari ini contohnya, Izza merasa sebal karena Rudi terus saja membuntutinya.
Mengingat jadwal datang bulannya, sepertinya ia sudah telat tiga minggu.
Dengan bimbang Izza memutuskan untuk membeli sebuah test pack diam-diam tanpa sepengetahuan Rudi. Rencananya ia akan melakukan tes esok hari agar lebih akurat.

***

Seperti malam biasanya Rudi dan Izza menghabiskan malam mereka dengan memadu cinta.
Pagi ini Izza menuju kamar mandi mencoba alat tes yang ia beli kemarin.
Beberapa menit menunggu hasilnya, Izza memejamkan mata. Jantungnya berdebar tak karuan, bahkan tubuhnya ikut bergetar. Dengan hati-hati ia membuka matanya.
Izza merosot ke lantai seraya sesenggukan sambil menggenggam alat tes kehamilan.

"Sayang?!" Seru Rudi saat mendapati istrinya dalam keadaan buruk.

"Ada apa?" Tanya Rudi ikut berjongkok di depan Izza.

"Mas ... hikss ...."

"Ada apa, Sayang?"

Izza mengulurkan genggaman tangannya, "negatif lagi ...."

Rudi membawa Izza ke dalam pelukannya, "ini belum rejeki kita, Sayang. Kamu tenang ya, jangan seperti ini, aku nggak bisa lihat kamu sedih seperti ini. Kita harus terus berusaha dan berdoa,"  kata-kata menenangkan meluncur dari bibir Rudi namun Izza masih sesenggukan.

Rudi menggendong tubuh Izza lalu membaringkan ke atas ranjang. Ia pun ikut berbaring memeluk tubuh bergetar istrinya.

"Sudah ... jangan terlalu dipikirkan. Nanti kamu malah jadi stres, Sayang." Rudi terus menenangkan istrinya, sesekali mengecup pelipis istrinya.

***

Dering ponsel mengagetkan Rudi. Buru-buru mengangkat agar tidur Izza tak terganggu setelah suyah payah Rudi menenangkan istrinya dari rasa kecewanya itu.

"Halo assalamualaikum, Buk," salam Rudi saat sambungan telponnya terhubung.

"Wa'alaikum salam, Lee. Bagaimana keadaan kamu, sehat to?"

Rudi berjalan menjauh agar tidur Izza tak terusik.
"Sehat, Buk. Ibu dan Bapak bagaimana? Sehat juga to."

"Ibu akan lebih sehat kalau kamu mau pulang. Jarak Gunung Kidul sama Yogya itu dekat Lee, nggak seperti Jakarta sana yang jauh. Tapi kok kamu ini nggak pernah pulang."

"Ibu kan tahu sendiri Rudi sibuk kerja, belum bisa ambil cuti."

"Bagaimana Lee, apa sudah ada kabar gembira?"

"Do'akan saja, Buk," sahut Rudi.

Terdengar Yanti menghela nafas. "Kalian itu sudah ibu suruh pulang tapi tetap ngeyel. Istri kamu itu bawa tinggal di sini biar ibu pantau keadaannya. Mungkin pola hidupnya kurang sehat makanya dia belum juga hamil."

"Tinggal di situ bersama Ibu malah membuat Izza tambah stres, Buk. Nggak bagus buat kesehatannya," celetuk Rudi

"Ngawur kamu itu. Aku ini ibumu lho, Lee. Kok kamu bisa-bisanya bicara seperti itu!"

"Bukan maksud Rudi begitu, Buk. Tapi mengingat sikap Ibu sama Izza selama ini malah membuat Rudi khawatir mengajak Izza menginap di situ."

"Kamu itu sok tahu! Ibu itu sebenarnya sayang sama istrimu kalau saja kalian manut omongan ibu. Sudah cepat kalian pulang, biar ibu carikan obat herbal."

"Nanti coba Rudi bicarakan dulu sama Izza."

"Ya sudah. Assalamualaikum."

"Wa'alaikum salam." Sahut Rudi menutup sambungan telponnya.
Rudi pusing. Pikirannya terbelah oleh istrinya yang masih terpuruk dan ibunya yang terus saja menuntut cucu hasil dari pernikahannya dengan Izza.

***

Dua part menuju tamat iyess😉

Baca juga cerita ku yang baru:

1. Sang Ratu

2. Jomblo Kebelet Kawin.
   #Edisi nubar you&i publisher. Update serempak besok tanggal 1 Mei 2020

             .........bersambung........

Semarang, 30 April 2020

Salam

Silvia Dhaka

Repost 17-04-2021

Ada cerita baru yang nggak kalah dramanya lhoh😂 judulnya PERNIKAHAN  YANG  TAK DIINGINKAN.

MERAJUT CINTA HALAL (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang