Aeripov
setelah jungkook pergi aku merasa sangat bersalah entah mengapa?. tapi, itu sangat tak enak dan ku merasa sesak melihat dia pergi.
dan apa-apaan jimin tiba-tiba seperti itu?. aneh. aku seketika tak suka dengan perlakuan jimin yang memelukku atau berbuat manis padaku.
sebenarnya aku kenapa?.
kini aku dan jimin ada di kamarku. jimin duduk di karpet kamarku dan aku masih sibuk mencarikan komik jimin yang pernah ia tinggal disini. bahkan aku lupa ada dimana komik itu sekarang?. jimin kenapa sih? aneh sekali.
"Ri, belum ketemu ya?" tanya jimin membuyarkan konsentrasiku. aku melihat ke belakang sebentar dan kembali menatap rak buku ku.
"belum, chim. aku lupa ada dimana komik itu? lagian itu kan sudah lama. kamu kenapa sih chim?" tanya dengan nada sedikit emosi. dan bukan jimin namanya jika ia tak tertawa saat aku emosi. typical jimin.
"sudah, sudah. kemarilah. biarkan saja. kapan-kapan akan ku cari sendiri. kemarilah, princess" ucapnya menyuruhku menghampirinya. dan ia memanggilku princess? sungguh demi apapun aku merasa geli.
aku menghampirinya dengan wajah letih dan mungkin sudah berkeringat. melelahkan sekali. dasar park jimin!.
"astaga, Ri. maaf. wajahmu sampai berkeringat seperti ini" ucapnya lagi menata setiap anak rambut di wajahku dan mengeringkan keringatku dengan tissu yang ada di kamarku.
aku diam saja dengan perlakuannya. aku kelewat lelah. jadi, aku diam saja.
"Ri, boleh aku bercerita sesuatu padamu?" kini ia berbicara dengan nada serius dan tatapannya juga demikian. aku menatapnya sebentar berusaha memastikan bahwa ia baik-baik saja dengan masalah yang ia rasakan atau alami. karena, apapun itu aku tak suka melihatnya frustasi dengan masalahnya. dia bisa menggila jika sudah frustasi. itu sangat bahaya. siapa pun bisa menjadi korban. itu kejelekan yang sangat aku benci dari jimin.
"Ya, boleh. ceritakan saja" balasku santai. jimin pergi menutup pintu balkon dan menguncinya lalu ia beralih mengunci pintu kamarku. kenapa harus mengunci dan menutup pintu? memangnya mau cerita apa? kok segitunya.
ia kembali dan duduk didepan ku. jimin menyisir rambutnya dengan tangannya ke arah belakang seperti kebiasaannya. dan ia menggit sedikit bawah bibirnya sebelum berbicara. apa itu rahasia besar?. kok aku jadi deg-deg an?.
"Jadi, sebenarnya aku...
Jungkookpov
rasanya aneh. sakit. dan ini bukan salah Aeri. kenapa aku lemah sekali menjadi lelaki?. astaga, aku tadi sudah menangis di jalan melihat Aeri di peluk seperti itu. dan kenapa ku masih mengingat itu?.
aku melihat seseorang yang duduk di sebelah kananku, ku temukan ia sedang sibuk dengan laptopnya. hm, pasti sedang mengerjakan lagu atau mengeditnya. dia kan produser musik ternama di agensinya.
aku kembali fokus melihat appa yang kondisinya belum juga membaik. aku bahkan masih mengira bahwa ini mimpi.
aku bangun dari dudukku dan beranjak untuk melihat appa yang berbaring di ranjangnya.
beberapa kabel dan selang menempel pada tubuhnya. aku menatapnya iba. menyentuh pelan jemari tangannya yang tak bergerak. seketika ingatanku akan appa terlintas.
dulu, tangan ini yang selalu menggendongku saat aku menangis. mengelus puncak kepalaku saat aku merasa gagal, mencubit pipiku saat ia merasa gemas, dan tangan ini juga yang pertama kali menyatukan tanganku dengan suga hyung.
aku tersenyum mengingat itu. tapi juga sedih karena tangan appa kini hanya bisa diam. aku sangat merindukan appa.
"Appa, aku sangat merindukan mu" ucapku lirih. dan tiba-tiba seseorang memeluk dari samping. aku meliriknya sebentar dan itu adalah eomma. aku tersenyum padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Leave Me
RomanceIt's my fault i have to say sorry and could i said Don't leave me? - xxx . . Baca aja dulu. sapa tau suka 😉 kalo suka jangan Lupa Vote yah~ Thank you.