Chap 04

3.9K 325 17
                                    

"Naruko, neechan mau beli sayur dulu,ya? Cuman sebentar,kok.." kata Naruto sambil tersenyum pada sang adik.

"Oke. Jangan lama-lama,ya?" tanya Naruko sambil tersenyum.

"Baiklah." kata Naruto sebelum pergi.

Sudah dua minggu lebih,Minato tak menatap Naruko sebagai anak. Bahkan, Sasuke pun sudah jarang menampakkan diri. Entah mengapa,yang pasti itu sudah berita baik bagi Naruko. Dari dulu,Naruko memang tidak menyukai Sasuke. Entah kenapa, ia merasa benci.

Begitu pun juga dengan Naruto. Naruto merasakan akan adanya sebuah peristiwa menakutkan yang melibatkan dengan dirinya,Naruko, dan Sasuke. Namun, ia membuang jauh jauh fikiran itu.

"Sayurnya,dua ikat ya,Jii-san?" tanya Naruto pada seorang pria tua yang bungkuk badannya itu.

"Ya, nona.." katanya lalu dengan cekatan pria itu memasukkan pesanan Naruto kedalam plastik. "Ada lagi?"

"Tidak. Itu saja,Arigato." pamit Naruto. Pria itu hanya menggangguk.

"Hm,beli apa lagi,ya?" gumam Naruto. Ia memasuki sebuah warung sederhana untuk membeli ramen. Setelah itu,dia memasuki sebuah toko buku.

"Apakah ada buku baru, Iruka Jiisan?"

"Wah,sayang sekali Naruto. Belum ada." sahut Iruka yang membuat Naruto kecewa. Namun, matanya liar menatap buku buku lama yang tersusun dengan rapi di rak.

"Hm,Naru ingin yang ini." kata Naruto sambil mengambil sebuah buku yang sampulnya bewarna biru tua. Ada sepasang sayap bewarna hitam di covernya.

"Hm,baiklah." sahut Iruka. Ia menatap cover buku itu.

"Ini buku yang sangat menarik. Kau tau tentang Lucifer,Naruto?" tanya Iruka.

Naruto menggangguk.

"Lucifer. Iblis tertinggi di neraka. Untuk kisahnya yang kudengar,panggil nama dia dua kali dan ucapkan permohonan. Tapi,sebagai gantinya ia menjadi budak Lucifer dan nyawanya bisa dicabut kapan saja. Akh! Itu sangat mengerikan." jelas Naruto.

"Hei,itu hanya dongeng." sahut Iruka.

"Kalau benar gimana? Kalau benar,aku tidak akan mengucapkan permohonan apapun." katanya sambil menyerahkan sejumlah uang.

"Mudah mudahan saja. Dan,hei! Ini kebanyakan." kata Iruka.

"Ah! Untuk paman saja." sahut Naruto kemudian pamit dari toko buku itu.

Ya,disinilah dia sekarang. Dipandang seluruh penduduk dengan tatapan bertanya tanya. Kenapa seorang putri dibiarkan keluar dan kenapa pakaiannya selusuh itu?

.

"Neechan,kau terlambat." kata Naruko merajuk saat menyambut kepulangan Naruto.

"Maaf,Ruko sayang. Neechan tadi berbincang dengan Iruka Jiisan sebentar." sahut Naruto.

"Hei! Ini sudah 7 malam." sergah Naruko.

"Lalu?"

"Persediaan makan habis. Aku belum makan malam." kata Naruko sambil mengekori kemana Naruto pergi.

"Kan ada dayang." sahut Naruto dengan kening berkerut.

"Neechan lupa,ya? Semua dayang kan libur. Kastil ini kan sekarang terisi oleh kita berdua." jawab Naruko.

Naruto tertawa kecil.

"Oh,iya. Maaf.. Oke,neechan akan memasakkan makanan. Hm,bisa bantu cuci sayurnya?" tanya Naruto.

"Oke."

Tanpa mereka sadari,sepasang mata onyx tajam menatap Naruto dengan tatapan membunuh.

"Beraninya kau,Naruto !!"

HAPPINESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang