Chap 11

3.3K 250 17
                                    

"Woaahh... buahnya banyak sekali." Kagum Naruko ketika melihat banyak buah yang segar diatas meja makan. Naruto tersenyum mendengarnya sambil memilih buah untuk dimakan dirumah.

"Tanam dimana?" Tanya Naruko penasaran. Pasalnya, disamping, depan, belakang rumah tidak ditemukan kebun buah.

"Didalam hutan. Belakang rumah." Jawab Naruto sambil mengupas kulit pisang dan menyuapkannya kearah mulut Naruko.

"Bukannya itu hutan larangan?" Tanya Naruko heran.

"Coba kamu berjalan kedalam sepanjang 10 meter, maka kamu akan menemukan kebun buahnya, Ruko sayang. Kau tau? Terkadang hutan larangan itu memiliki tanah yang subur untuk menanam tanaman yang hasilnya bisa kita jual. Dan kita gunakan untuk kebutuhan sehari-hari." Jelas Naruto panjang lebar.

"Oh... neechan mau jual dimana?" Tanya Naruko yang membuat Naruto diam diam ingin menjepit adik kesayangannya dengan jepit rambut. Banyak tanya, sih!

"Konoha."

Mata Naruko membelalak.

"Sst... karena kalau kita ke Suna, mereka sedang mengalami konflik dengan desa lain. Bisa bisa kamu koid dan kakak ga punya teman untuk curhat. Kita.. menyamar. Oke? Kamu mau ikut kan?" Tanya Naruto sambil mengambil wig abu-abu dan soflent merah.

Hm.. disini udah ada benda untuk menyamar ya.

"Kamu pake ini." Kata Naruto sambil memakai soflen merahnya.

"Jika ada yang bertanya siapa nama, jawab aja nama orang lain. Oke?"

"Oke!!"

.

.

"Buah... siapa yang mau beli buah...!" Ujar Naruto dan Naruko menjajakan dagangannya.

"Buahnya masih segar...! Silahkan dicicipi dulu." Kata Naruko membuat Naruto terkekeh.

Banyak yang beli dagangan mereka berdua. Apalagi, cuacanya sedang panas dan kerongkongan mereka ingin makan dan minum yang seger. Ye kan?

Tidak ada yang mencurigai mereka berdua. Mungkin.

Sakura sudah mencurigai 2 orang asing masuk desa mereka sambil menjajakan dagangan mereka. Pantesan miskin, ternyata orang asing masuk desa tanpa izin.

Woy! Ngaca dong!!

Dengan cepat, ia menuju Naruko dan Naruto, mencampakkan dagangan mereka dengan kasar.

"Apa-apaan ini?!" Seru Naruko yang sejak kecil memang sudah temperamen.

"Orang asing yang masuk desa tanpa izin, menjajakan dagangannya? Miskin sekali." Pongah Sakura sambil memainkan kukunya yang berkutex.

Ingin membalas, tapi ditahan Naruto.

"Biarkan saja." Sahut Naruto sambil memungut dagangannya kembali masuk kedalam keranjang. Naruko ikut membantu.

Dengan sengaja, Sakura menginjak tangan Naruko dengan sangat kuat. Membuat Naruko menjerit kencang sekali. Menjadi pusat perhatian.

Naruto yang terkejut dengan jeritan Naruko segera mendongak murka kearah Sakura. Ia berdiri dan menendang telak ulu hati gadis gulali itu.

"Kurang ajar!" Desis Naruto marah. Ia meraih tangan yang diinjak itu dan mengusapnya pelan. "Sakit, sayang?" Naruko menggangguk pedih.

"Sakit, hiks.. sakit, oneechan..."

"Ada apa itu?"

"Tangan anak itu diinjak putri Sakura."

"Wah, kasihan sekali. Memang putri tidak tau diri."

Naruto menghadap Sakura yang mengaduh kesakitan. "Maumu apa?! Kami hanya ingin mencari uang kenapa malah putri tidak tau sopan santun sepertimu yang mengatur. Kau siapa, hah?! " maki Naruto berang.

"Hei, orang miskin! Aku itu putri Haruno Sakura, dengan status ku yang putri kau harus menghormatiku!"

"Heh? Menghormati putri jorok sepertimu? Kurasa, itu adalah kejadian yang sangat mustahil."

"Miskin sialan!"

"Siapa bilang kalau dia miskin?" Sebuah suara mengalihkan perhatian semua orang. Sakura dan penduduk desa lainnya tak percaya dengan pemuda yang dihadapannya. Tampan melebihi Sasuke dan kulitnya sangat pucat. Satu hal lagi, dia diketahui adalah raja kegelapan yang memerintah seluruh kerajaan di desa lain.

Tau lah iblis kayak mana_-

"A-ada apa anda datang kemari?" Tanya Sakura berpura-pura sopan.

"Mengapa kau menyebut mereka miskin?" Tanya pemuda yang tak lain adalah Sasuke itu menatap Sakura dengan sangat tajam.

"Masuk desa orang lain tanpa izin." Kata Sakura dengan angkuh.

"Itu berhak buat dia," sahut Sai yang membuat Sakura terperangah. Apalagi ketika Sai melewatinya dan memeluk pinggang wanita pirang itu dengan mesra. "Karena dia adalah istriku."

.

Tbc

HAPPINESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang