Chap 12

3.7K 245 13
                                    

"A-apa istri?" Tanya Sakura tak percaya. Sai menggangguk dan mengecup mesra kening Naruto yang terdiam. Naruko membulatkan matanya. Kakaknya ga pernah bilang kalau ia sudah menikah!

"Karena dia istriku, sudah berarti kalau jabatannya lebih tinggi darimu. Apalagi dia juga seorang permaisuri." Kata Sai. Sakura bergetar menahan malu. Sementara penduduk desa lainnya menahan tawa meremehkan untu seorang Haruno Sakura.

"Ngapain? Bukankah sudah kubilang jangan berjualan." Kata Sai. Naruto yang terdiam langsung melancarkan aktingnya.

"Kamu memerintah kerajaan. Aku malas tinggal di istana. Aku bosan kesepian, jadi kuajak adikku jualan buah. Lihat, untung laris bukan?" Tanya Naruto sambil tersenyum manis.

Sai yang tau awalnya itu cuman untuk akting, merasa terlena dengan orang yang ia sayangi.

"Aduh, ya sudah. Ayo kita pulang dan obati tangan adikmu." Kata Sai sambil melepaskan pelukan. Naruto menggangguk. Tapi, sebelum itu ia berjalan menuju Sakura. Berusaha membuatnya berlutut dan menginjak punggung tangannya dengan kuat.

"Aaaa...!!"

"Itulah balasannya. Apa kau tidak mengira ngira bagaimana rasanya sakit saat tangannya diinjak? Sialan." Desis Naruto marah. Lalu, berjalan menuju Naruko dan mengusap tangannya yang merah.

Naruko dapat merasakan tangan kakaknya yang dingin.

"Nanti oneechan jelaskan dirumah. Oke?"

.

"Aduhhh.. pelan-pelan..." ringis Naruko pelan. Kakaknya mencelupkan kain bersih kedalam mangkok plastik yang berisi air dingin. Lalu memerasnya dan meletakkannya ke tangan Naruko.

"Sakit? Tapi, nanti rasanya sangat menyenangkan kok." Ujar Naruto sambil mengusapkan pelan kain itu.

"Menyenangkan seperti apa?" Tanya Naruko berusaha menahan tangisnya.

"Rasa kecut dingin mengagetkan sensasi tanganmu, sayang.." lirih Naruto sambil menyuapkan permen manis kedalam mulut Naruko buat meredakan sakit.

"Hm," bisik Naruko.

"Yang tadi itu... suami neechan? Kenapa neechan tidak memberitahuku kalau neechan belum nikah??" Tanya Naruko.

Suami? Dia hanya tuan.' Batin Naruto. Tapi perlakuan Sai A.k.a Lucifer itu lebih mirip perlakuan sepasang kekasih.

"Kami menikah setahun yang lalu." Ujar Sai yang mengikuti pembicaraan mereka.

Naruto menatap Sai, lalu tersenyum kearah Naruko.

"Benarkah? Kenapa aku tidak tau?"

"Kamu tidak bertanya," dengus Naruto yang disambut cubitan kasih sayang Naruko.

"Adaw. Becanda..." ringis Naruto sambil tertawa.

"Hm.. oke. Oke, penjelasannya sudah ku mengerti. Ada yang ingin kutanyakan mengenai pernikahan kalian berdua." Jelas Naruko.

"Mau bertanya apa?" Tanya Naruto dengan heran sementara Sai menunggu sambil menaruh tangannya dipundak Naruto.

Sejujurnya, Sai ingin membaca pikiran Naruko. Tapi, entah kenapa tidak bisa.

"Hmm,"






Krik.








Krik.











Krik.









Krik.











Krik.











Krik.






.

.




"Bagaimana malam pertama kalian? Apa kah nikmat? Berapa ronde kalian mainkan? Apakah Sai-niisan memuaskan Naru Neechan? Kapan Neechan punya bayi, kalau belum kapan Sai Niisan menggempur Neechan lagi?"

Sungguh pertanyaan yang tak dapat diduga. Rahang Sai seakan mau jatuh kebawah. Naruto menutup mulutnya begitu pertanyaan meshom dari mulut Naruko.

Dan sang pelaku sudah melarikan diri. Dengan darah yang mengalir dihidungnya.




"YAK!! MENGAPA KAU BERTANYA SEPERTI ITU, HAH?! DASAR BOCAH NAKAL."

Dan, Sai hanya menutup mukanya yang memerah. Tak disangka alasan nya membuat senjata utk memojokkan dirinya.

Syukurin ;))

T. B. C

HAPPINESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang