Part 33 | Afra Kembali

1.1K 82 6
                                    

Ayok vote sama komen sekarang! Aku tungguin! *menatap horor lewat layar HP

Happy reading:)

"Pertahankanlah apa yang memang harus diperhatahankan"
-Marshmallow-

***

Lampu darurat Ruang ICU berubah menjadi warna merah, menandakan sedang ada penanganan darurat didalam sana. Lampu-lampu terang itu menyilaukan retina mata-nya, ia merasa ada yang menahan tangan kanan dan kirinya. Remang-remang gadis itu melihat seorang berpakaian putih lengkap dengan masker menusukkan jarum kecil ke lengan atas-nya.
Cairan dari suntikkan itu membuatnya lelah dan kembali memejamkan mata.
Kemudian tertidur pulas.

Sementara di luar Ruangan, pemuda bernama Gara itu tengah dilanda rasa cemas. Ia berdiri dan terus melihat ke arah pintu. Rahang-nya mengeras, memperlihatkan dengan jelas urat-urat yang merambat sekitaran leher-nya. Rasa takut terus menyerangnya tanpa jeda, pikirannya benar-benar kalut saat ini.

Ia mengepal kuat tangan-nya, dan meninju tembok didepannya. Tidak peduli dengan rasa sakit pada tangannya. Ia meremas rambutnya frustasi. Bayangan Alena yang terbaring lemah membuat otaknya seperti berhenti bekerja.

Kali ini ini dia kembali gagal menjaga gadis itu. Lalu bolehkah ia membeci dirinya sendiri?

Amarah yang sejak tadi ditahan-nya akhirnya meluruh, tergantikan dengan air mata. Cowok itu menangis untuk yang kedua kalinya.

Cowok itu menyenderkan kepalanya ke tembok dan menengadah keatas-menahan agar air matanya tidak tumpah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cowok itu menyenderkan kepalanya ke tembok dan menengadah keatas-menahan agar air matanya tidak tumpah. Pandangan-nya mengabur kian membuat-nya kesal. Tidak bisakah air mata sialan itu berhenti? Sekarang ia malah terlihat seperti cowok cengeng yang sedang patah hati.

Ia tidak mau terlihat lemah. Ia harus menjadi cowok kuat demi Alena.

"Cowok juga manusia yang punya perasaan, menangislah jika ingin menangis. Menangis itu manusiawi. Terkadang menangis itu memang membuat kita merasa lebih baik."

Gara merasakan ada yang menepuk pundaknya, pemilik suara berat itu mendudukan dirinya disamping Gara. Wajah lelaki itu tampak kelelahan, mata sembab seperti habis menangis, tatapan sayu yang menyiratkan betapa keras-nya dunia, kemeja berantakan yang berkesan pekerja keras tak kenal waktu, dan suara tegas namun tersirat jelas sebesar apa kesedihan yang tengah dialami.

Kelihatannya dia adalah orang yang baik.

"Maaf, tapi anda siapa?" Gara menatap lelaki itu, bingung.

Satya memaksakan dirinya untuk tersenyum, "Saya Papah-nya Alena."

Gara tersentak kaget mendengarnya. Ia segera berdiri lalu menyalami tangan Satya. Ia tidak tahu kalau lelaki itu adalah Ayah-nya Alena, karena lelaki itu tiba-tiba saja datang dan duduk disebelahnya.

PRESAGE [Completed]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang