6 - Day Two (1)

80 5 1
                                    


"Aku sejak dulu selalu sendiri, berusaha menutup hati dari kejamnya dunia roman.
Hingga akhirnya kau datang, mengetuk pintu itu, dan aku hanyut, dalam sedetik tatapan"

☆☆☆☆☆


Devin menghentikan motor nya. Kedua kaki lelaki itu menumpu badan motor sembari kedua matanya menatap rumah dengan cahaya dari bohlam lampu kuning itu.

Setelah memastikan standar motornya berdiri dengan benar, Devin turun dan menyender pada motor sport hijau nya ini. Kepalanya menunduk, menatap layar ponsel yang menunjukkan roomchat nya dengan seseorang.


Roomchat Devin - Vina

Devin : keluar. gua didepan rumah.

Sementara itu di tempat lain, seorang gadis menggeliat tatkala ponselnya bergetar.

"Ck, apasih" Gerutu Vina setengah sadar.

Umpatan yang meluncur dari mulutnya tak tertahan saat melihat jam di ponselnya menunjukkan pukul setengah 5 pagi dan umpatan nya berkembang saat ia membuka pesan yang baru saja masuk itu.

"ANJER DEVIN"

Gadis itu melompat dari kasur dan membuka lemari dengan cepat, mengakibatkan benda itu sedikit terguncang dan memecah keheningan rumah nya.

Bermodal jaket dan sedikit menyisir rambut, Vina berjalan cepat menuju teras sambil memasang wajah tenang.

"Ngapain lo disini subuh-subuh?"

Devin menoleh, menatap Vina yang berdiri di ambang pintu sana. "Buruan mandi. Gua mau ajak lo" Kata cowok itu santai.

Vina mendecakkan lidah, "Ini baru jam setengah 5, Vin. Astaga" Ujarnya gemas.

"Anterin gua cari baju buat prom night yuk" Ajak nya santai.

"Pulang sekolah kan bisa. Harus jam segini emang?" Tanya Vina tak paham.

"Festival hari ini kan sampe sore. Kalo ga nyukup gimana?" Balas Devin lagi. "Lagian lo panitia masa ga tau..."

"IYA IYA INI GUA MAU MANDI" Dan selanjutnya, Vina berbalik dan menghilang di balik pintu.

Meninggalkan Devin yang akhirnya bisa melepas senyum yang sedari tadi ia tahan.

---

Motor hijau itu berhenti di pekarangan didepan salah satu rumah yang ada disalah satu perum mewah ini.

Vina turun kemudian melepas dan menyerahkan helm yang ia pakai ke Devin. Hal yang mencuri fokusnya adalah sebuah pohon bonsai raksasa yang berdiri gagah di pekarangan rumah itu.

"Rumah siapa?" Tanya Vina sambil menatap rumah dengan cat abu-abu ini.

"Karel" Jawab Devin sambil menatap spion dan menata letak rambutnya.

Vina sempat tertegun.

Pemandangan di hadapannya ini sangat...

"Dih sok ganteng" Seru Vina sambil mengacak rambut Devin.

Padahal biasanya, laki-laki yang mengacak rambut perempuan. Bukan kebalikannya seperti yang tadi Vina lakukan.

"Apaan sih Vin" Erang Devin.

"Ga usah ditata gitu. Bagusan rambut lo berantakan" Ujar Vina cepat.

Devin terdiam. Ia menatap Vina dengan mata melebar.

Seakan baru sadar apa yang barusan ia katakan, Vina langsung berbalik dan berjalan menuju pintu utama rumah ini.

"Buruan. Ntar kita telat dateng ke sekolah" Seru Vina.

DeLavinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang